Drama Musikal Timun Mas
Andalkan Video Mapping
Drama musikal Timun Mas yang berlangsung, 29-30 Juni 2013 di Istora Senayan, sukses digelar. penonton benar-benar dimanjakan oleh suguhan visual, tata cahaya, suara dan cerita y.ang menarik.
Ratu (Nola Be3) dan Timun Mas (Angel Pieters) bernyanyi dalam dua tempat yang berbeda
Video mapping sebagai metode baru sebagai bagian dari evolusi seni visual yang menarik, belakangan kerap digunakan dalam berbagai panggung pertunjukan. video mapping menggabungkan pemetaan film dan video sebagai strategi pertunjukan, ini juga yang dilakukan oleh tim kreatif drama musikal Timun Mas.
Cerita yang berlatar belakang dari sebuah kerajaan yang sedang menanti kelahiran putri pertama Raja (Chandra Satria) dan Ratu (Nola B3), yang kelak diberi nama Timun Mas (Angel Pieters), namun kebahagiaan tidak berlangsung lama karena kakak Raja, Bude Tami yang diperankan oleh Ria Irawan ingin membuang Timun mas. Akhirnya Timun mas lahir dan dimasukkan ke dalam timun raksasa yang kemudian dibuang ke sungai dekat istana oleh Bude Tami. Namun Timun Mas ditemukan oleh 4 nyonya baik budi yang diperankan kelompok Sahita, dan dirawat dengan baik.
Bunga Matahari sedang menghibur Timun Mas
Akhir cerita tentunya bahagia, Timun Mas ditemukan, dirawat dengan baik, dan tidak jadi dimakan hidup-hidup oleh Wolfie raksasa yang dikutuk menjadi serigala (diperankan Indra Birowo). Timun Mas pun Kembali ke orang tuanya dengan selamat dan bahagia. Intinya, menceritakan tentang kebaikan yang akhirnya bisa mengalahkan kedengkian dan kejahatan.
Sebuah kerajaan mewah lengkap dengan balkon di sayap kanan dan kiri benar-benar membawa kita seperti melihat istana kerajaan asli. Belum lagi penataan cahaya yang membuat suasana sangat hidup. Banyak adegan dan ekspresi yang sangat terbantu menjadi dramatis dengan bantuan tata cahaya. Sugeng Yeah adalah orang yang memegang peranan penting dalam tata pencahayaan pertunjukan ini.
Pria lulusan ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta jurusan Desain Panggung ini sudah mempelajari teknik pencahayaan sejak lama. Beberapa kali ia mengikuti workshop yang diadakan Jennifer Tipton dan Clifton Taylor dari Amerika. Tak terhitung berapa banyak pementasan musik, teater, tari skala nasional dan internasional yang dia ikuti.
Budhe Tami (Ria Irawan) dan Wolfie (Indra Birowo) sedang
menjaga Empat Nyonya (Sahita Grup) yang sedang ditawan.
Suasana di dalam hutan hijau belantara pun dibuat seperti nyata di atas panggung, dengan bunyi-bunyi binatang hutan beterbangan pada saat Timun Mas bermain dengan penghuni hutan, atau suara dentuman keras dan visual reruntuhan batu pada saat pasukan raksasa datang.
Tak hanya itu, kostum para pemain pun sangat menarik, mulai dari kostum Raja dan Ratu rancangan Anne Avantie, sampai pakaian para penari yang berperan sebagai jerami, srigala, pepohonan dan burung hantu. Adalah Tania Soeprapto orang di balik pengarah kostum, sebagai Fashion Stylist for movies Production Tania lebih dikenal sebagai disainer kostum film, beberapa di antaranya Berbagi Suami, Pintu Terlarang, Eat Pray Love dan lainnya.
Kualitas vokal dari para pemain juga boleh dibilang mengesankan, tentunya karena Angel Pieters, Nola B3, adalah penyanyi yang kualitas suaranya tak perlu diragukan, juga Chandra Satria, backing vokal yang pernah mendukung berbagai konser penyanyi ternama, antara lain Chrisye, Konser Badai Pasti Berlalu, Konser Harvey Malaiholo dan lainnya.
Timun Mas dan burung hantu
Secara keseluruhan panggung drama musikal berbasis tradisi ini berhasil memuaskan penonton yang hadir malam itu. Setidaknya selain menggunakan teknologi, panggung-panggung pertunjukan kita sudah tertarik menggali kekayaan tradisi sendiri, meskipun cerita Timun Mas ini sedikit berbeda latar belakang dari cerita aslinya. Rama Soeprapto sebagai sutradara berharap pertunjukan ini bisa menambah semangat nasionalisme dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya generasi muda.
Natalia S.
Foto:Image Dynamics PR
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Festival Peh Cun di Sungai Cisadane Tangerang(05/07)
- Forum Pengembangan Center of Excellence Budaya Jawa(05/07)
- Gelar Budaya Slarong 2013(04/07)
- Ramayda Akmal dalam Jejak Pemikiran Budaya(03/07)
- Lawatan Sejarah Pelajar Bantul ke Tembi Rumah Budaya(03/07)
- Paket Dari Tropis Karya I Nyoman Suyasa Di Tembi Rumah Budaya Hingga 3 Juli Ini(02/07)
- Cerita dari Jazz Gunung 2013 (2)(02/07)
- Sagopi, Racun atau Madu Asmara Kerajaan Mandura(02/07)
- Cerita dari Jazz Gunung 2013 (1), Indahnya Jazz Merdunya Gunung(01/07)
- Majalah Sastra Bernama Sabana Terbit Di Yogyakarta(29/06)