Diskusi Buku Dangdut karya Andrew Weintraub

Diskusi Buku Dangdut karya Andrew WeintraubSatu buku yang berjudul ‘Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia karya Andrew Weintraub, dibincangkan di ruang seminar Pasca Sarjana UGM, Selasa (24/4) lalu dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Faruk HT, pengajar jurusan Sastra Indonesia FIB UGM dan Dr. Lono Simatupang, dosen jurusan Antropologi, FIB UGM.. Dan penulisnya. Adrew Wientrub. Bertindak sebagai moderator Krisbudiman, pengajar Program Kajian dan Media, Pasca Sarjana UGM.

Dalam buku ini, Andrew diantaranya memberi penjelasan mengenai penelitiannnya seperti bisa disimak berikut:

“Partisipasi saya sendiri dalam kerja representasi juga patut dicermati. Di sepanjang buku ini, saya berbicara atas nama khalayak utama dangdut, “rakyat”, golongan mayoritas dari 220 juta penduduk Indonesia. Saya bersandar pada streotipe rakyat, “yang sering menderita ketidakadilan yang ditimbulkan oleh kaum kaya dan berkuasa’. (Heryanto 1999:162). Saya membayangkan rakyat sebagai kaum yang tersisih dari pusat-pusat kekuasaan, kelompok yang memerlukan perlindungan atau campur-tangan lembaga komersial, media dan pemerintah yang kuat. Tafsir yang ditampilkan dalam buku ini sudah barang tentu dibatasi oleh pengalaman hidup saya dan dibingkai dengan kacamata posisi subyek saya sendiri sebagai laki-laki kulit putih heteroseksual, warga negara Amerika Serikat, pegawai sebuah universitas, musisi dan penggemar musik. Pembaca akan mendapatkan sekilas pandangan terpilih tentang dangdut, dan perspektif ini dibentuk oleh kepentingan ideologis dan personal saya sendiri”.

Diskusi Buku Dangdut karya Andrew WeintraubFaruk, selain mengutip apa yang dikatakan oleh Adrew di atas, juga mengutip yang lain. Namun, sebelum menyertakan kutipan dalam buku yang ditulis Andrew, apa yang dikatakan Faruk mengenai buku ini, menarik untuk dimengerti.

Bagi Faruk, kajian yang dilakukan Andrew mengalami kerancuan obyek, sehingga tidak jelas memposisikan dangdut sebagai yang dimaknai atau memaknai. Kerancuan itu sekaligus mengaburkan batas antara konteks diskursif dengan konteks sistemik.

Dikatakan Oleh Faruk, Andrew mengalami kerancuan pendekatan yang digunakan, fenomenologis, strukturalis, atau pascastrukturalis, esensialis atau konstruksionis, historis atau new historis.

“Buku karya Adrew Weintraub ini, dengan demikian terombang-ambing antara peragaan data yang fragmentaris dengan keinginan untuk mempunyai perspektif dan sistem yang menyeluruh” ujar Faruk.

Andrew mengatakan, cerita menjadi penting bukan saja karena apa yang diungkapkannya, tetapi juga karena apa yang disembunyikannya. Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia adalah kisah tentang dangdut dan hubungannya dengan lembaga musik komersial dan lembaga media (rekaman musik, radio dan televisi), lembaga pemerintah (badan regulasi), dan lembaga kritik (media berita dan pendidikan).

Diskusi Buku Dangdut karya Andrew Weintraub

“Lembaga-lembaga ini tidak merepresentasikan satu posisi yang terpadu, tapi memiliki hirarki dan konflik ideologis internal sendiri-sendiri” tulis Andrew.

Disisi yang lain, Andrew menyampaikan, bahwa apa yang dituturkan diawali dengan dangdut sebagai pusat dialog tentang relasi sosial di Indonesia modern. Andrew percaya, bahwa dangdut membukakan teks-teks yang dapat ‘bicara’ dengan cara yang sangat terbuka dan signifikan mengenai nilai dan makna kelas, gender, etnisitas, dan bangsa. Dalam pendekatan ini, dangdut memediasi dan mengorganisasi makna sosial melalui penekanan dan pengaitan dengan momen-momen sejarah Indonesia.

Diskusi Buku Dangdut karya Andrew Weintraub

“Saya mengupas sejarah dangdut di lokasi-lokasi tertentu yang melibatkan aktor-aktor tertentu di lingkungan historis tertentu”. Kata Andrew.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta