Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Tamansari

18 Oct 2007 10:00:00

Perpustakaan

Judul : Tamansari
Penulis : Drs. Djoko Soekiman, dkk
Penerbit : Depdikbud, 1992/1993, Jakarta
Bahasa : Indonesia
Halaman : viii + 95
Ringkasan isi :

Kraton Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi atau Hamengkubuwana I setelah adanya perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang membagi kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Selama pembangunan kraton (yang mengambil lokasi di hutan Beringin) Pangeran Mangkubumi berdiam di istana Ambar Ketawang yang terletak di daerah Gunung Gamping. Perpindahan dari Ambar Ketawang ke kraton Yogyakarta ditandai candrasengkala memet berupa arca dua ekor naga yang ekornya saling berlilitan di bangunan gapura sebelah barat kraton inti. Sengkalan tersebut berbunyi “Dwi Naga Rasa Tunggal” yang mengandung makna angka tahun Jawa 1682 atau 1756 Masehi.

Tamansari merupakan salah satu bangunan peninggalan sosial-budaya Sultan Hamengkubuwana I. Perintah pembangunan Tamansari ditandai dengan sengkalan memet berupa gambar empat ekor naga yang saling membelit, dibaca catur naga rasa tunggal tahun 1684 Jawa atau 1758 Masehi. Urusan pengawasan pembangunan dibebankan kepada Raden Tumenggung Mangundipura di bawah pimpinan Raden Arya Natakusuma (kelak Paku Alam I). Selesainya pembangunan ditandai sengkalan memet berupa gambar pepohonan sedang berbunga dan seekor burung sedang menghisap madu bunganya. Gambar tersebut dapat dibaca lajering kembang sinesep peksi tahun 1691 Jawa atau 1768 Masehi.

Tamansari secara administrasi terletak di rukun kampung Taman, kecamatan Kraton, Kotamadya Yogyakarta. Nama Tamansari dapat diartikan suatu taman yang sangat indah dan mempesona. Taman ini dilengkapi kolam tempat bercengkerama yang sangat luas (sering disebut segaran), taman bunga dan kebun buah.

Bangunan-bangunan yang terdapat di Tamansari antara lain:

  1. Gerbang Kenari
    Merupakan pintu gerbang yang terletak di sisi timur. Gerbang ini sekarang merupakan pintu utama menuju Tamansari padahul dulu merupakan gerbang yang terletak paling belakang.

  2. Gedung Pengunjukan dan Gedung Temanten
    Masing-masing ada dua buah. Gedung Pengunjukan lebih kecil berpintu empat, sedang Gedung Temanten pintu berbentuk lengkungan di bagian ambang atas.

  3. Gapura Panggung
    Terletak di sebelah barat Gedung pangunjukan, berfungsi sebagai pintu dan juga panggung untuk melihat situasi di sekitarnya.

  4. Gedung Sekawan
    Dibangun di sebuah lapangan berbentuk segi delapan. Gedung Sekawan merupakan empat buah bangunan yang sama ukuran dan bentuknya, masing-amsing ada di sudut tenggara, barat daya, barat laut dan timur laut.

  5. Pasiraman Umbul Binangun
    Merupakan kompleks pasiraman/pemandian yang besar. Terdiri dari dua kelompok utara dan selatan yang dibatasi bangunan bertingkat dua. Di sebelah utara terdapat dua kolam yang dipisahkan gang kecil.

  6. Gapura Agung
    Merupakan gapura pertama terletak di sebelah barat kompleks Tamansari. Selain sebagai pintu gerbang jaga juga sebagai gedung karena di sana terdapat dua buah kamar, sehingga disebut juga Gedung Gapura Agung.

  7. Sumur Gumuling
    Merupakan sumur besar yang dikelilingi bangunan berbentuk lingkaran, terletak di tengah segaran. Untuk mencapainya harus melalui urung-urung. Di dalamnya terdapat ruangan yang ditandai dengan ambang bagian atas pintu berbentuk tapal kuda (lengkungan), masyarakat menyebutnya mihrab masjid.

  8. Pulo Kenanga
    Terletak di tengah-tengah segaran, untuk mencapainya dengan naik perahu atau melalui urung-urung Sumur Gumuling atau urung-urung Pulo Panembung.

  9. Pulo Panembung
    Terletak di tengah segaran, untuk mencapainya melalui urung-urung atau menggunakan perahu. Diperkirakan merupakan tempat Sultan ketika bermeditasi.

  10. Gerbang Carik
    Berfungsi sebagai pintu gerbang, sekaligus ruang tempat carik atau sekretaris Sultan bekerja bila sedang berada di Tamansari.

  11. Pasarean Ledoksari
    Tempat peristirahatan Sultan bila berada di Tamansari. Pada bangunan induk terdapat dua buah tempat tidurt.

  12. Pongangan
    Tempat perahu berhenti atau merapat.

Bangunan-bangunan tersebut dibangun dengan ragam hias tertentu yang sangat indah bermotif tumbuh-tumbuhan, binatang atau bentuk-bentuk geometri. Sayangya saat ini banyak dari bangunan-bangunan tersebut yang kurang terawat sehingga rusak, juga terdesak rumah-rumah penduduk di sekitarnya (misal kebun buah sekarang tidak ada lagi).

Buku ini selain membahas Tamansari juga mengulas sedikit tentang perjanjian Giyanti sampai berdirinya kraton Yogyakarta. Obyek-obyek wisata di sekitarnya juga ditulis misal pasar Ngasem dan museum Sonobudoyo.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta