- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Bale-karya-pameran»PAMERAN MAINAN ALA PERUPA
25 May 2011 07:46:00Di ViaVia Café seekor ikan besar yang siap terhidang dalam baki tengah diincar seekor kucing dengan ekspresi iseng dan jahilnya. Tak jauh darinya, sebutir telur mata sapi yang menggiurkan siap disantap. Tiga ekor ayam berdiri di sampingnya. Ayam yang siap dipotong dan digoreng? Bukan, karena semuanya karya seni rupa Sasta Kirana Putri yang terbuat dari kain perca katun dan dacron berwarna-warni.
Karya-karya Sasta manis dan lucu, dengan tampilan naif dan ekspresi yang ringan. Karyanya yang lain adalah ‘My Assistan’, seorang perempuan berambut berombak, dalam tampilan separuh badan, tertawa ramah. Kepada Tembi, Sasta menjelaskan bahwa karya-karyanya bertemakan melayani. Karyanyatentang ikan dan ayam masing-masing berjudul ‘Serving the Other’ #1 dan #2. Ikan, ayam dan telur, kata Sasta, bagian dari pelayanan kafe ini. Dengan begitu, karyanya menjadi bagian dari tempat berpamerannya.
Sasta tidak berpameran sendirian. Bersamanya ada Maria Magdalena NW (Aria), Fahla F. Lotan (Dilla), Robet Kan (Obet), Ipo Synthetic dan R Bonar Diat SP (Otong). Mereka berenam tergabung dalam kelompok Six Needle Six. Kata ‘needle’ (jarum) di sini memang diartikan harafiah sebagaijarum yang dipakai untuk menjahit sesuai dengan judul pameran ini ‘Sew and Share’.
Pameran yang berlangsung pada 21 April - 11 Mei ini diistilahkan mereka sebagai toys exhibition atau pameran mainan. Menurut Sasta, yang dalam kelompoknya didaulat sebagai kepala suku, mainan yang dipamerkan adalah mainan yang berada dalam pikiran. Jadi konsep mainan dikembalikan kepada para perupanya.
Walhasil, mainan dalam pameran ini memang berbeda dengan konsep mainan pada umumnya walaupun tetap mengandung unsur lucu. Sebagian besar karya tetap membawa kekhasan para perupanya.
Karya Aria lebih didominasi kesan mistis meski tetap menyisakan kesan komikal. Karakter karya Aria selama ini yang mistis, sendu, sepi, sendiri masih muncul dalam boneka-boneka ciptaannya. Otong masih tampil dengan cumi-cuminya. Sebagiannya bermetamorfosis dalam bentuk-bentuk lain, hanya belalainya yang mewakili. Misalnya, sosok wayang golek Gatotkaca yang hanya menyisakan kepala sebagai anatomi aslinya, lainnya adalah belalai dari kain flanel dan wol. Otong juga berduet dengan Dila dalam sejumlah karya yang berbelalai gurita. Dila sendiri menampilkan boneka barbie yang dimodifikasi menjadi kemasan pementasan. Ipo juga masih bermain dengan rambut-rambut sintetisnya. Kali ini ia mewujudkannya dalam beberapa action figure.
Sedangkan karya Obet berpolakan boneka yang mengesankan gerakan. Karya tiga dimensi nelayan yang menumbak di atas perahunya berdampingan dengan lukisan dua dimensi ikan paus di laut. Begitu pula karya tiga dimensi anak kecil yang berayun-ayun dalam gantungan batang pohon berlatarkan lukisan pepohonan di dinding.
Pameran yang dipersiapkan selama tiga bulan ini, menurut Sasta, menyajikan pameran yang tidak rumit dan fun. Mainan-mainan hasil imajinasi orang dewasa yang bisa jadi disukai orang dewasa. .
Dalam pengantarnya, Ratna Juwita, Art Manager ViaVia Café, memaparkan bahwa pameran ‘Sew and Share’ membawa kita pada sebuah memoar. Simbol kanak-kanak yang ditampilkan lewat bentuk–bentuk naïf, dan pemaknaan pesan yang disampaikan melalui figur dan bentuk yang dirancang dengan cermat, dirangkai dalam sebuah medium boneka. Di sini kita diajak mengingat sebuah masa, ingatan kita dirujukan pada ingatan masa kecil. Dan ketika kita dihadapkan pada realita kekinian, kita akan sejenak berada di persimpangan. Kita dituntut untuk kembali merefleksikan kedirian kita yang sekarang dan memori bawah sadar yang lampau. Mungkin, kata Ratna, kita akan bersenang-senang ataupun menangis karena kita akan menghidupkan kembali mitos-mitos yang pernah kita bangun, namun kita juga diajak untuk meruntuhkan kembali mitos –mitos ini.
Menurut Sasta, meski cara pembuatan karya yang dipamerkan memang tidak lepas dari menjahit namun ke depannya kelompok ini tidak membatasi diri pada proses kreatif menjahit yang hanya menggunakan jarum. Misalnya pada pameran mereka mendatang di Sangkring Art Space pada awal Juni, ada karya berbahan besi yang “dijahit” dengan cara dilas. Pameran ini rencananya juga menggunakan technotoys. Pameran instalasi di Sangkring ini didukung oleh Honef (House of National Fiber) dari Swedia hasil dari residensi selama satu minggu bersama perupa Belanda dari kelompok Six.
Mainan karya para perupa ini bagian dari sisi manusiawi kita sebagai makhluk bermain. Bermain dengan beragam rasa, mulai dari keceriaan sampai kesedihan, dari yang sekadar sampai yang mengakar.
barata
Artikel Lainnya :
- PAK POS DI MASA KOLONIAL BELANDA(23/06)
- KOLEKSI-KOLEKSI MENARIK MUSEUM Tembi(20/08)
- Silahkan Memilih Menu yang Disukai(01/10)
- 15 Februari 2010, Suguhan - NASI GANDUL PERPADUAN GULE DAN SEMUR(15/02)
- 15 Oktober 2010, Pasinaon basa Jawa - RUUK DIY SING ORA RAMPUNG-RAMPUNG(15/10)
- HOME CONCERT SALAM INDONESIA OLEH FAMILY FOCUS(22/12)
- Maca Titi, Basa lan Carita. Jilid IV(20/06)
- 28 April 2010, Yogya-mu - PENGHIJAUAN KOTA JOGJA MULAI MENAMPAKKAN HASILNYA(28/04)
- Ekspedisi Anjer - Panaroekan. Laporan Jurnalistik Kompas 200 Tahun Anjer-Panaroekan, Jalan (untuk) Perubahan (25/11)
- Menek Jambe(26/06)