Ketoprak Golek, Kesenian Baru yang Lahir dari Keprihatinan

Kelahiran seni pertunjukan Ketoprak Golek tidak bisa dilepaskan dari peran Sosro Sugondo (tokoh ketoprak RRI Yogyakarta) dan Agustinus Wahadi (dalang dan ketua Sanggar Puntadewa, Pandak, Bantul). Kedua tokoh itu semula merasa prihatin atas nasib ketoprak maupun nasib wayang golek di Yogyakarta, yang meskipun lambat namun pasti semakin kekurangan peminat.

Agustinus Wahadi, dari Sanggar Ngesti Budi Luhur Puntadewa, Pandak, Bantul, tengah mementaskan Ketoprak Golek di Pendapa Yudanegaran, Tembi Rumah Budaya, foto: a.sartono
Agustinus Wahadi pencipta Ketoprak Golek tengah mementaskan karyanya
di Tembi Rumah Budaya

Tembi Rumah Budaya kembali mempergelarkan kesenian tradisional yang kali ini dinamakan Ketoprak Golek. Jenis kesenian ini merupakan perpaduan antara kesenian Ketoprak dan Wayang Golek. Mungkin jenis kesenian ini masih terasa agak asing. Memang keberadaannya belum lama. Ketoprak Golek disajikan pertama kali untuk publik pada tanggal 13 Februari 2011. Sedangkan pertunjukan di Tembi Rumah Budaya dilaksanakan tanggal 22 Oktober 2012.

Kelahiran seni pertunjukan Ketoprak Golek tidak bisa dilepaskan dari peran Sosro Sugondo (tokoh ketoprak RRI Yogyakarta) dan Agustinus Wahadi (dalang dan ketua Sanggar Puntadewa, Pandak, Bantul). Kedua tokoh itu semula merasa prihatin atas nasib ketoprak maupun nasib wayang golek di Yogyakarta, yang meskipun lambat namun pasti semakin kekurangan peminat. Akhirnya mereka berinisiatif menggabungkan keduanya menjadi satu jenis kesenian baru.

Ketoprak golek dimainkan oleh satu dalang dan tiga-delapan orang pemain ketoprak. Iringan untuk Ketoprak Golek sama dengan iringan untuk ketoprak pada umumnya. Akan tetapi untuk Ketoprak Golek ada pula tambahan berupa kepyek/kecrek yang umum dalam pementasan wayang (kulit, wong, maupun golek).

Ketoprak Golek, dipentaskan di Tembi Rumah Budaya tanggal 22 Oktober 2012 malam, foto: a.sartono
Profil pementasan dari Ketoprak Golek

Dalam pertunjukan Ketoprak Golek dalang wayang golek umumnya akan memainkan wayang goleknya di depan pakeliran ’layar’. Sementara para pemain ketoprak duduk di sekitar dalang dan menjadi pemeran dari tokoh-tokoh yang dimainkan sang dalang. Tokoh-tokoh yang diperankan itu diwujudkan dalam boneka-boneka wayang golek. Jika wayang golek umumnya berisi cerita Panji atau Menak serta profil boneka wayang goleknya juga menggambarkan penokohan dalam cerita Panji/Menak, Ketoprak Golek menampilkan hal yang lain.

Ketoprak Golek menampilkan cerita-cerita yang umum dimainkan dalam panggung ketoprak yang bersumber pada cerita tentang Majapahit hingga Mataram. Jadi boneka wayang golek pun tidak lagi menampilkan sosok-sosok wayang seperti dalam cerita Panji atau cerita Menak. Tokoh yang diwujudkan dalam boneka pada pementasan Ketoprak Golek di antaranya adalah Pangeran Darpo, Pangeran Kayun, Demang Losari, Paruno, Patih Mangkuprojo, dan sebagainya. Dapat juga tokoh yang ditampilkan menggambarkan Panembahan Senopati, Sultan Agung, dan lainnya.

Pakeliran Ketoprak Golek yang dipentaskan di Pendapa Yudanegaran Tembi Rumah Budaya, foto: a.sartono
Pakeliran Ketoprak Golek tidak jauh berbeda dengan pakeliran wayang golek

Pada pementasan di Tembi Rumah Budaya ini Ketoprak Golek yang disuguhkan oleh Sanggar Puntadewa, Pandak, Bantul dengan ketua Ag Wahadi menampilkan lakon Darpo Kayun. Lakon Darpo Kayun menceritakan tentang perebutan tahta. Intrik, hasutan, dan muslihat kait-berkait dan saling membelit. Tentu saja dengan bumbu-bumbu asmara. Konflik yang dibangun dalam lakon ini berawal dari dibaginya Kerajaan Singosari menjadi dua. Satu bagian kerajaan bernama Singosari diberikan kepada Pangeran Darpo dan satu bagian kerajaan yang bernama Tumapel diberikan kepada Pangeran Kayun.

Ambisi Darpo untuk mengusai seluruh bagian kerajaan mendapat sokongan dari Demang Losari yang sangat berambisi menduduki jabatan patih. Hasutan dan muslihat yang dilancarkan Demang Losari membuat hubungan Darpo-Kayun retak dan keduanya terlibat peperangan. Di samping itu semua punggawa kerajaan dihasut oleh Demang Losari sehingga carut-marut persoalan kian kusut. Demang Losari akhirnya dihukum berat akibat perbuatannya yang terbongkar berkat kecerdasan Taruno, seorang pemuda putra Patih Mangkuprojo yang menjadi korban fitnahan Demang Losari.

Agustinus Wahadi pencipta Ketoprak Golek dari Pandak, Bantul, foto: a.sartono
Agustinus Wahadi menunjukkan kreasinya, wayang golek untuk lakon-lakon ketoprak

Nonton yuk ..!

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta