Judul : Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta
Penulis : Dra. Taryati, dkk
Penerbit : Depdikbud, 1994/1995, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xi + 148
Ringkasan isi :

Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa YogyakartaKeluarga yang terwujud sebagai suatu sistem jaringan sosial, kelangsungannya sangat tergantung pada kesiapan masing-masing individu dalam memenuhi fungsi dan peranannya sesuai dengan statusnya dalam keluarga. Oleh karena itu setiap keluarga menyelenggarakan pendidikan sedini mungkin kepada anak-anaknya sebagai generasi penerus. Keluarga merupakan tempat yang efektif untuk menanamkan dan membina nilai-nilai budaya, karena dalam keluarga anak belajar tentang nilai budaya, peran sosial, norma budaya dan adat istiadat dalam proses sosialisasinya.

Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya. Melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga, anak-anak disiapkan dan dilatih untuk memenuhi fungsi dan peranannya masing-masing, serta disiapkan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat. Dengan demikian setiap anggota keluarga harus belajar memahami dan menghayati nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan pandangan yang berlaku dalam masyarakat sebagai pedoman hidup. Peranan nilai-nilai budaya merupakan modal yang amat berharga sebelum seseorang dilepas ke dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas.

Suatu keluarga atau disebut juga rumah tangga merupakan satu kesatuan sosial akibat dari perkawinan, sering terdiri dari keluarga inti saja, tetapi dapat juga terdiri dari lebih dari satu kelurga inti atau disebut keluarga luas. Pada umumnya aturan-aturan dalam keluarga menuntut para anggotanya untuk mentaatinya. Di dalam keluarga, setiap anggota saling memberi dan menerima berbagai pengetahuan dan saling mengingatkan untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang tidak diharapkan. Di dalamnya ada beberapa konsep yang harus dipelajari dan ditaati. Seperti konsep tentang agama, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membina mental atau rohani, agar berkeyakinan pada Tuhan dan menuntun manusia menjadi orang yang selalu berbuat baik dan berbudi luhur. Konsep tentang tata krama/sopan santun, adalah suatu tata cara atau aturan yang turun temurun dan berkembang dalam suatu budaya masyarakat yang bermanfaat dalam pergaulan, agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian, hormat-menghormati. Konsep kerukunan, berdasarkan keyakinan bahwa pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Suatu keluarga dianggap rukun apabila terdapat hubungan yang serasi lahir batin, tenang, tenteram, bahagia, bersatu padu dalam suka mau pun duka. Konsep ketaatan anak terhadap orang tua, bahwa anak harus patuh dan menghormati peraturan orang tua tanpa rasa paksa atau tulus. Konsep disiplin dan tanggung jawab, apabila segala hal dikerjakan dengan teratur sehingga kewajiban dan tugasnya dapat selesai pada waktunya. Konsep tentang kemandirian, apabila segala hal termasuk kebutuhannya telah dapat dilaksanakan dan dikerjakan sendiri sesuai dengan kemampuan dan posisi dalam kelurga.

Dalam pembinaan budaya di lingkungan keluarga, orang tua memegang peranan yang sangat penting, terlebih bila merupakan kelurga inti. Orang tua dalam melakukan pembinaan budaya tentu saja dipengaruhi oleh konsep nilai-nilai budayanya dan juga pengalaman-pengalaman pribadi yang telah diperolehnya. Juga oleh latar belakang pendidikan, mata pencaharian, keadaan ekonomi, sistem kekerabatan, kepercayaan, lingkungan hidup dan adat-istiadat. Di dalam mendidik anak biasanya orang tua memberi contoh, nasehat, hadiah atau pujian, pengawasan dan hukuman bila anak melakukan pelanggaran.

Teks : Kusalamani.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta