Judul : Kebudayaan Indis. Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi
Penulis : Djoko Sukiman
Penerbit : Komunitas Bambu, 2011, Jakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : x + 185
Ringkasan isi :
Kehadiran bangsa Belanda di Pulau Jawa (yang kemudian menjadi penjajah) menyebabkan pertemuan dua kebudayaan. Kebudayaan Barat (Belanda) dan kebudayaan Timur (Jawa) yang masing-masing didukung etnis dan struktur sosial berbeda bercampur. Lambat laun pengaruh tersebut makin besar dan mempengaruhi berbagai bidang dan unsur kebudayaan.
Dengan tersebarnya aparat pemerintah Belanda ke berbagai pelosok Nusantara terbukalah daerah-daerah pedalaman. Pada saat itulah semakin berkembang percampuran gaya hidup Belanda dan Jawa yang disebut gaya hidup Indis. Suburnya budaya Indis pada awalnya didukung kebiasan hidup membujang para pejabat Belanda. Hal ini mendorong lelaki Belanda menikahi penduduk setempat. Maka lahirlah anak-anak yang berdarah campuran, serta tumbuh budaya dan gaya hidup campuran pula. Setelah perempuan Eropa mendapat kesempatan datang ke Nusantara percampuran kebudayaan tersebut makin meluas.
Gaya Indis sebagai suatu hasil perkembangan budaya campuran Belanda dan pribumi Jawa menunjukkan adanya proses historis. Unsur-unsur normatif gaya Indis terbentuk oleh keadaan yang khusus. Gaya Indis sebagai fenomena historis timbul dan berkembang sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politik, ekonomi, sosial dan seni-budaya. Faktor yang menentukan dalam perkembangan pola hidup gaya Indis ini antara lain, adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagai rakyat jajahan, karena lahir sebagai keturunan Eropa dan Jawa, keinginan untuk hidup lebih baik, bekerja pada penguasa penjajah, mendapat pendidikan atau jabatan yang tinggi.
Kebudayaan dari Belanda yang masuk ke Pulau Jawa dan kemudian bercampur dengan kebudayaan Jawa meliputi:
- Bahasa
Dalam penggunaan, baik lisan maupun tertulis terjadi bahasa campuran misal bahasa Jawa, Melayu dan Belanda sehingga timbul ‘gaya’ bahasa baru. - Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
Misalnya pakaian, rumah, senjata, alat transportasi, alat produksi dan lain-lain. - Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Adanya jenis pekerjaan baru misal prajurit sewaan, tenaga administrasi pemerintah Belanda, tenaga kasar, perkebunan dan lain-lain. Timbul makanan jenis baru misal nasi goreng, bistik dan lain-lain. - Sistem kemasyarakatan
Misalnya organisasi politik, sistem kekerabatan, sistem hukum, sistem perkawinan, sistem pendidikan dan lain-lain - Kesenian
Meliputi seni rupa (misalnya lukisan), seni sastra dan pertunjukan (misalnya komedi stambul), seni suara dan sebagainya. - Ilmu pengetahuan
Timbulnya pembudidayaan alam (misal perkebunan kopi, teh), adanya hasil penelitian tentang flora dan fauna oleh orang-orang Belanda/Eropa. - Religi
Misal bangunan gedung gereja memakai unsur-unsur budaya Jawa, penggunaan gamelan dalam ibadat, dan lain-lain.
Gaya hidup golongan masyarakat pendukung kebudayaan Indis menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan kelompok sosial lainnya., terutama dengan kelompok masyarakat tradisional Jawa. Tujuh unsur universal kebudayaan Indis, (seperti halnya tujuh unsur universal yang dimiliki semua bangsa), mendapatkan bentuk yang berbeda dari akar budaya Belanda maupun pribumi Jawa. Kehidupan sosial dan ekonomi yang rata-rata lebih baik memungkinkan mereka memiliki rumah tinggal berukuran besar yang bagus di dalam kompleks yang wilayahnya khusus pula. Salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang adalah gaya hidupnya, yaitu berupa berbagai tata cara, adat istiadat serta kebiasaan berperilaku, dan mental sebagai ciri golongan Indis.
Kebudayaan Indis tersebut sampai saat ini dapat diketahui melalui berbagai sumber. Sumber tersebut yaitu berita tertulis (baik karya orang Jawa, Belanda (Eropa)) dan lainnya, peninggalan bangunan yang masih ada, sketsa, lukisan, hasil penelitian alam, dokumen pejabat VOC, dokumentasi pemerintah dan fotografi (setelah ditemukan alat potret).
Runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda ke tangan balatentara Jepang dalam Perang Dunia 2, disusul revolusi Indonesia 1945, tidak membuat kebudayaan Indis runtuh, hanya mengalami erosi. Hingga sekarang masih terdapat unsur-unsur budaya Indis yang masih hidup dan dilestarikan.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
- DOLANAN SLIRING GENDHING-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-31)(11/05)
- Ekskursi SMA de Britto di Tembi(31/01)
- Mercusuar di Pantai Selatan Jogja(09/05)
- Tripama. Wedjangane Kandjeng Gusti Pangeran Adipati Arja Mangku Nagoro IV marang para pradjurit (04/04)
- MELACAK LIKA-LIKU PERDAGANGAN OPIUM DI JAWA PADA ABAD 19(18/04)
- Berkumpulnya Penggurit Jawa di Malam Purnama(11/10)
- Sekilas dari Festival Musik Tembi 2012(28/05)
- Bisma (7) Matang Dalam Usia Muda(09/02)
- DARI BILIK WARTEL, MENYAPA DUNIA DARI YOGYAKARTA(01/01)
- 12 Oktober 2010, Kabar Anyar - PENTAS TARI ASIATRI DI Tembi RUMAH BUDAYA 6 OKTOBER 2010(12/10)