Stasiun Winongo, Salah Satu Stasiun Lama di Bantul
Author:editortembi / Date:04-04-2014 / Stasiun Winongo dibangun sekitar tahun 1874. Stasiun ini dibangun sebagai rangkaian dari rute kereta api yang dikembangkan NISM/NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij), yakni perusahaan swasta Belanda yang mengelola jaringan kereta api di Hindia Belanda.
Stasiun Winongo dilihat dari sisi utara-timur
Stasiun Winongo terletak di Dusun Glondong, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi stasiun ini dapat dicapai melalui Pojok Beteng Kulon ke arah selatan (masuk Jl Bantul). Setelah melintasi Jembatan Winongo dalam jarak sekitar 350-an meter akan ditemukan jalan yang agak menikung ke kiri. Perhatikan sisi kanan. Pada jalan menikung tersebut terdapat pertigaan (jalan tanah) menuju Dusun Glondong. Ikuti jalan tersebut. Pada jarak sekitar 200 meter dari pertigaan tersebut akan ditemukan stasiun tersebut.
Stasiun Winongo bisa dikatakan dibangun dalam gaya yang serupa dengan stasiun-stasiun kecil lain di Yogyakarta, seperti Stasiun Ngabean, Stasiun Palbapang, Stasiun Dongkelan, Stasiun Bantul, dan sebagainya. Bahkan ukuran atau luasan dari bangunan stasiun-stasiun kecil itu juga nyaris serupa.
Stasiun Winongo dilihat dari sisi belakang (barat)
Stasiun Winongo semula menghadap arah barat. Namun sekarang, pintu utama menghadap ke timur. Pintu ini mengambil sebagian dinding tembok yang dulu merupakan dinding belakang dari stasiun. Arah hadap stasiun ini berbalik 180 derajat karena di bagian belakang stasiun ini pada saat ini merupakan jalan utama warga Dusun Glondong. Sementara halaman depan (barat) dari stasiun ini sekarang merupakan pemukiman penduduk dan kebun warga setempat.
Bangunan Stasiun Winongo seperti stasiun kecil lain bergaya limasan. Sistem angin-angin atau ventilasi berbentuk bundar dengan teralis dari besi berbentuk gilig dengan diameter sekitar 6 mm. Ventilasi berbentuk bundar ini menjadi salah satu cirri khas bangunan stasiun kecil lama di Jawa.
Dinding tembok sisi luar dari stasiun ini dihiasi susunan batu kerikil sedemikian rupa sehingga permukaan dinding tembok bagian bawah terlihat lebih kasar daripada dinding bagian atas. Pola hias dengan penataan kerikil pada tembok bagian bawah ini juga menjadi salah satu ciri khas bangunan stasiun kecil lama (kuno).
Subain, pensiunan pegawai DKI, berada di
ruang dalam/utama Stasiun Winongo
Dulu pintu untuk keluar masuk penumpang pada Stasiun Winongo berupa dinding lengkung tanpa daun pintu. Sedangkan pintu-pintu kayu digunakan untuk kantor penjualan karcis (tiket) di bagian dalam bangunan stasiun.
Kini bangunan Stasiun Winongo telah mengalami beberapa perubahan. Pintu lengkung dari tembok di sisi bagian barat bangunan ini sudah tidak ada. Ruangan bagian dalam dari stasiun ini telah disekat-sekat. Satu ruangan di bagian paling utara digunakan untuk ruang umum, satu ruangan bagian tengah digunakan untuk menyimpan kereta jenazah, dan satu ruangan kecil di bagian paling selatan digunakan untuk menyimpan kursi milik warga RT setempat.
Luas bangunan Stasiun Winongo sekitar 5 m x 15 m. Sisi utara dari bangunan ini berbatasan dengan pemukiman penduduk. Sisi timur berbatasan dengan jalan dusun, sisi selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk. Di sebelah barat dari stasiun ini dibatasi oleh pemukiman penduduk.
Detail model ventilasi stasiun kecil lama di Jawa
Stasiun Winongo dibangun sekitar tahun 1874. Demikian menurut penuturan Subain (67) yang rumahnya terletak di belakang Stasiun Winongo dan sekaligus pensiunan pegawai DKA (Djawatan Kereta Api, sekarang PT Kereta Api Indonesia). Stasiun ini dibangun sebagai rangkaian dari rute kereta api yang dikembangkan NISM/NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij), yakni perusahaan swasta Belanda yang mengelola jaringan kereta api di Hindia Belanda.
Kini sisa-sisa kejayaan sistem transportasi darat yang murah meriah serta merakyat ini masih dapat dilihat di beberapa titik di Yogyakarta. Salah satunya adalah Stasiun Winongo.
Naskah dan foto: A. Sartono
Ensiklopedi SitusLatest News
- 05-04-14
Pasinaon Basa Jawa K
Pancen menawi dipun tandhingaken kaliyan jaman rumiyin, undha-usuk basa Jawi samenika langkung ringkes. Dene ing jaman rumiyin undha-usuk basa Jawi... more » - 05-04-14
Jejak Pahlawan Nasio
Hari besar tersebut untuk mengenang jasa-jasa besar dia yang berusaha memajukan pendidikan wanita agar setara dengan pria. Hal itu dilatarbelakangi... more » - 05-04-14
Kesuksesan dan Kesej
Orang Wuku Tolu kokoh pendiriannya, teliti, serius dalam pembicaraan dan sabar, namun sedikit sombong dan mau berbohong. Agar terhindar dari mara... more » - 05-04-14
Sang Hyang Patuk Ber
Banyak orang mengira bahwa anak nomor dua yaitu Sang Hyang Patuk dan anak nomor sembilan yaitu Batara Temboro lahir kembar, karena wajah keduanya... more » - 04-04-14
Judul Buku 90
... more » - 04-04-14
Menjelajah Nusantara
Apalagi koleksi kopi di Tirana akan terus ditambah. Dalam waktu dekat ini, akan datang anggota baru dari Toraja dan Papua. Kopi Toraja sudah banyak... more » - 04-04-14
Stasiun Winongo, Sal
Stasiun Winongo dibangun sekitar tahun 1874. Stasiun ini dibangun sebagai rangkaian dari rute kereta api yang dikembangkan NISM/NIS (Nederlands... more » - 03-04-14
Empat Tahun Perjalan
Panggung Musik Tradisi Baru (MTB) menjadi benang merah sekaligus penanda visi Forum Musik Tembi (FMT) untuk memberi ruang kreatif bagi para musisi... more » - 03-04-14
Lintang Panjer Wengi
Buku antologi puisi yang memuat karya 90 penyair Yogya, Sabtu, 29 Maret 2014, diluncurkan di Taman Budaya Yogya, Jalan Sri Wedari 1. Dalam buku itu... more » - 03-04-14
Sensasi Blusukan den
Naik andong bagi orang kota tentulah merupakan sensasi tersendiri. Betapa tidak. Karena begitu kaki penumpang menginjak foot step, untuk bisa naik ke... more »