Kretek Abrit di Bantul yang Unik

Author:editorTembi / Date:04-08-2014 / Jembatan Cemplung atau Jembatan Merah ini dibuat pada dekade 1940-an. Semula jembatan konstruksi baja tersebut dibuat untuk penyeberangan kereta pengangkut tebu (lori).

Pipi Kretek Abrit/Jembatan Cemplung merupakan rangkaian plat baja yang unik, difoto: Selasa, 8 Juli 2014, foto: a.sartono
Pipi Kretek Abrit/Jembatan Cemplung berupa rangkaian plat baja yang unik

Jembatan Cemplung yang menghubungkan Dusun Cemplung dan Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, merupakan salah satu jembatan tua di Bantul. Jembatan ini melintang di atas Sungai Bedog. Jembatan ini telah mengalami perkembangan dan bahkan alih fungsi, digantikan jembatan baru di sisinya.

Jembatan Cemplung lama berkonstruksi baja. Sementara Jembatan Cemplung baru berkonstruksi beton bertulang. Jembatan Cemplung lama dulu terkenal dengan nama Kretek Abrit (Jembatan Merah) karena pipi jembatan yang menjadi pelindung bagi pelintas jalan dicat dengan warna merah. Namun pada tahun 1990-an Kretek Abrit atau Jembatan Cemplung ini dicat kuning sehingga sering pula disebut sebagai Jembatan Kuning atau Kretek Kuning/Jene.

Menurut Pujo Utomo (80) yang tinggal di sisi timur jembatan dan mantan mandor gudang Pabrik Gula Madukismo, Jembatan Cemplung atau Jembatan Merah ini dibuat pada dekade 1940-an. Semula jembatan konstruksi baja tersebut dibuat untuk penyeberangan kereta pengangkut tebu (lori). Namun dalam perkembangannya banyak juga orang yang melintasi jembatan tersebut.

Jembatan Cemplung/Kretek Kuning dilihat dari sisi barat, difoto: Selasa, 8 Juli 2014, foto: a.sartono
Jembatan Cemplung/Kretek Kuning dilihat dari sisi barat

Akhirnya jembatan untuk perlintasan kereta tebu tersebut dibuatkan di sisi selatan (atas). Oleh karena proses dan perkembangan dari semuanya itu, maka di lokasi tersebut sekarang terdapat tiga buah jembatan. Satu jembatan dengan letak paling selatan (atas) adalah jembatan kereta tebu, berikutnya adalah Jembatan Kuning, dan terakhir (terbaru) adalah Jembatan Cempung baru (beton) yang dibangun tahun 2006.

Jembatan Cemplung lama yang sampai sekarang masih kelihatan jelas cat kuningnya memiliki ukuran panjang sekitar 18 meter, lebar 4 meter, ketinggian pipi jembatan 175 cm. Plat baja yang digunakan sebagai pipi jembatan memiliki ketebalan 1 cm, panjang rata-rata plat baja yang digunakan sebagai pipi tangga adalah 210 cm. Sedangkan lebar plat baja 12 cm. Plat baja untuk pipi jembatan ini dirangkai bersilangan dengan posisi masing-masing plat miring. Dilihat dari jarak tertentu persilangan plat baja ini seperti sebuah anyaman.

Jembatan Cemplung yang dikhususkan untuk perlintasan kereta pengangkut tebu, difoto: Selasa, 8 Juli 2014, foto: a.sartono
Jembatan Cemplung yang dikhususkan untuk perlintasan kereta pengangkut tebu

Jembatan Cemplung lama ketika dibangun pertama kali juga memiliki sistem roll di pangkal/ujung bawah konstruksinya. Masing-masing ujung memliki 4 (empat buah) roda (roll). Roll ini berfungsi untuk menetralisir beban tekan dari atas dan untuk memberikan daya lentur gelagar bawah dari jembatan. Namun roll ini sekarang sudah tidak ada lagi. Sistem roll pada jembatan seperti itu masih dapat disaksikan di Jembatan Pangukan (Sleman).

Rangkaian plat baja pada Jembatan Kuning/Kretek Abrit dikunci dengan sistem sekrup yang hampir semuanya dimatikan. Kini semua sekrup tersebut dimakan karat dan seperti menyatu dengan plat baja atau rangkaian besi/baja lainnya. Ketika ada gagasan untuk memperbaiki jembatan ini hal tersebut tidak bisa dilakukan karena semua sekrup memang telah mati (permanen).

Jembatan kereta tebu, Kretek Abrit, dan Jembatan Cemplung baru dalam satu lokasi, difoto: Selasa, 8 Juli 2014, foto: a.sartono
Jembatan kereta tebu, Kretek Abrit, dan Jembatan Cemplung baru dalam satu lokasi

Salah satu kekhasan dari Kretek Abrit atau Jembatan Cemplung ini di samping ketuaan usianya, terletak pada rangkaian atau sistem sambungan plat baja bersilang miring yang menjadi pipi jembatan di kedua sisinya. Pipi jembatan dengan konstruksi semacam ini tidak didapatkan pada jembatan lain.

Naskah dan foto:A.Sartono

Ensiklopedi Situs

Latest News

  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »
  • 07-08-14

    Mengenang Linus: Sol

    Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat... more »
  • 07-08-14

    Perang Kera dan Raks

    Gerak tari kera (wanara) dan raksasa (buto) menjadi tontonan utama, terutama saat perkelahian di antara mereka. Lakon yang dibawakan memang... more »
  • 06-08-14

    Apakah Mereka Mata-m

    Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)  Penulis : Meta Sekar Puji Astuti  Penerbit : Ombak,... more »
  • 06-08-14

    Kaya Pitik Trondhol

    Pepatahan ini sesungguhnya mengiaskan akan kondisi seseorang yang sudah hidup sengsara tetapi masih harus menanggung kesengsaraan lainnya. Papatah... more »
  • 06-08-14

    Perkutut Manggung un

    Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra... more »
  • 05-08-14

    Banyusumurup Sentra

    Ada yang menduga bahwa empu keris mulai menempati wilayah ini sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dugaan ini didasarkan pada alasan... more »
  • 05-08-14

    Orang Wuku Wuye Muda

    Perwatakan dan sikap Wuku Wuye adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Kuwera yaitu: pandai bicara, membuat senang orang lain, lebih... more »
  • 05-08-14

    Apri Susanto Sedang

    Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more »