Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)

Author:editorTembi / Date:06-08-2014 /

Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942) 
Penulis : Meta Sekar Puji Astuti 
Penerbit : Ombak, 2008, Yogyakarta 
Bahasa : Indonesia 
Jumlah halaman : xxxiv + 183

Interaksi orang Jepang dengan dunia luar terbuka kembali pada zaman Meiji (1868). Banyak orang Jepang datang dan beraktivitas di wilayah Indonesia (pada masa itu masih disebut Hindia Belanda). Salah satunya yang menonjol adalah di bidang perdagangan. Pada mulanya mereka memulai usahanya dengan memikul dagangan dan berkeliling ke pelosok-pelosok.

Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)

Orang Jepang diperkirakan sudah melakukan interaksi dengan daerah Selatan (termasuk Indonesia) sejak lama. Namun hubungan tersebut terputus sejak Jepang melakukan politik isolasi tahun 1633. Sejak itu, Pemerintah Jepang melarang pelayaran kapal-kapal dagang ke luar negeri. Dan sebaliknya orang-orang yang sudah terlanjur berada di luar negeri dilarang untuk kembali.

Interaksi orang Jepang dengan dunia luar terbuka kembali pada zaman Meiji (1868). Banyak orang Jepang datang dan beraktivitas di wilayah Indonesia (pada masa itu masih disebut Hindia Belanda). Salah satunya yang menonjol adalah di bidang perdagangan. Pada mulanya mereka memulai usahanya dengan memikul dagangan dan berkeliling ke pelosok-pelosok. Baru pada dekade 1910-an muncul toko-toko kelontong yang kemudian menyebar, baik di kota-kota besar maupun kecil. Salah satu kunci keberhasilan mereka adalah kerja keras dan terbentuknya jaringan yang sangat kuat di antara orang Jepang tersebut.

Pada Perang Dunia II, Jepang berhadapan dengan Belanda. Untuk menjamin keselamatan warga negaranya, menjelang Jepang menduduki Indonesia (dan mengusir Belanda dari Indonesia) pemerintah Jepang memulangkan mereka. Pada akhir tahun 1941 dapat dikatakan aktivitas dagang orang Jepang sudah berakhir.

Pada masa perdagangan, pedagang Jepang tersebut ada yang melakukan perdagangan murni tetapi ada pula yang memiliki misi ganda. Salah satunya adalah menjadi mata-mata. Merekalah yang pada masa pendudukan Jepang, beberapa di antaranya kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai personil nonmiliter di beberapa daerah di Indonesia.

Baca yuk ..!

M. Kusalamani

Bale Dokumentasi Resensi Buku

Latest News

  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »
  • 07-08-14

    Mengenang Linus: Sol

    Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat... more »
  • 07-08-14

    Perang Kera dan Raks

    Gerak tari kera (wanara) dan raksasa (buto) menjadi tontonan utama, terutama saat perkelahian di antara mereka. Lakon yang dibawakan memang... more »
  • 06-08-14

    Apakah Mereka Mata-m

    Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)  Penulis : Meta Sekar Puji Astuti  Penerbit : Ombak,... more »
  • 06-08-14

    Kaya Pitik Trondhol

    Pepatahan ini sesungguhnya mengiaskan akan kondisi seseorang yang sudah hidup sengsara tetapi masih harus menanggung kesengsaraan lainnya. Papatah... more »
  • 06-08-14

    Perkutut Manggung un

    Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra... more »
  • 05-08-14

    Banyusumurup Sentra

    Ada yang menduga bahwa empu keris mulai menempati wilayah ini sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dugaan ini didasarkan pada alasan... more »
  • 05-08-14

    Orang Wuku Wuye Muda

    Perwatakan dan sikap Wuku Wuye adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Kuwera yaitu: pandai bicara, membuat senang orang lain, lebih... more »
  • 05-08-14

    Apri Susanto Sedang

    Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more »