Perkutut Manggung untuk Mengenang Linus Suryadi AG

Author:editorTembi / Date:06-08-2014 / Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra Tranggono, Jadug Ferianto dan sejumlah nama lain, termasuk anak-anak muda yang mungkin tidak mengenali Linus.

Kelompok nyanyi puisi Kembang Tunjung tampil mengisi acara Mengenang Linus Suryadi di Bentara Budaya Yogya, foto: Shashin-Tata
Kelompok nyanyi puisi Kembang Tunjung

Pada Rabu malam, 30 Juli 2014 di Bentara Budaya, Kotabaru, Yogyakarta digelar acara mengenang Linus Suryadi AG, seorang penyair yang dikenal melalui prosa liris berjudul ‘Pengakuan Pariyem’. Hari itu tepat 15 tahun ia meninggalkan dunia pada 30 Juli 1999.

Tajuk acara mengangkat salah satu judul antologi puisi karya Linus Suryadi ‘Perkutut Manggung’. Pembaca yang tampil adalah generasi seangkatan Linus Suryadi seperti Slamet Riyadi Sabrawi, Landung Simatupang dan generasi di atasnya seperti Nin Bakdi Sumanto dan generasi di bawah Linus seperti Helga Korda, Ami Simatupang, Nasarius Sudaryono dan generasi yang tidak mengenal Linus secara langsung seperti Lulu Rahardi dan Umi Kulsum.

Lulu membaca puisi karya Linus berjudul ‘Kadisobo’ desa tempat kelahiran Linus yang ditulisnya pada 15 April 1987. Pada saat puisi ini ditulis Linus, Lulu Rahardi baru berusia 4 tahun.

“Ketika puisi ini ditulis saya masih kecil, baru berusia 4 tahun, dan saya baru tahu malam ini, bahwa Kadisobo adalah nama desa dimana mas Linus dilahirkan dan bertempat tinggal,” kata Lulu Rahardi setelah selesai membaca puisi karya Linus.

Karya-karya Linus Suryadi yang dibacakan adalah karya-karya yang ditulis sejak awal dia mulai berkarya setidaknya di Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi diantaranya berjudul ‘Alibi’ ditulis tahun 1971 dan ‘Rimba’ ditulis tahun 1974 dan dibacakan oleh Helga Korda.

“Bagi saya, mas Linus adalah spesial karena dialah yang mengenalkan seorang novelis yang sekarang menjadi suami saya,” kata Helga sebelum membaca puisi. Helga adalah istri dari novelis dan ahli komunikasi massa Ashadi Sireger, sahabat dan senior Linus Suryadi.

Lulu Rahardi membacakan puisi ‘Kadisobo’ karya Linus Suryadi di Bentara Budaya Yogya, foto: Shashin-Tata
Lulu Rahardi

Pembaca lain, sahabat Linus, seorang perempuan dari Perancis, Elisabeth namanya, membacakan beberapa alinea penggalan dari prosa lirik ‘Pengakuan Pariyem’, yang sudah diterjemhakn dalam bahasa Inggris dan Perancis. Prosa lirik ini diterbitkan pertama kali tahun 1981.

Slamet Riyadi Sabrawi, penyair seangkatan Linus di Persada Studi Klub yang tinggal di Kulonprogo membacakan puisi yang berjudul ‘Syair Kali Progo’ yang ditulis Linus tahun 1977.

“Mungkin karena saya tinggal di Kulonprogo, oleh panitia saya diminta untuk membaca puisi Linus berjudul Syair Kali Progo,” ujar Slamet Riyadi mengawali membaca puisi.

Linus memang menulis sejumlah puisi dengan menyajikan kisah desa, misalnya ada puisi berjudul ‘Ibu Di desa’ atau ‘Kadisobo’ yang dibacakan Lulu. Linus juga menulis puisi berjudul ‘Malam Paskah di Desa’, yang ditulis tahun 1977, yang malam itu dibacakan Nin Bakdi Sumanto.

Landung Simatupang teman karib Linus Suryadi, yang usianya hanya selisih 3 bulan lebih muda dari Linus, membacakan puisi karya Linus secara dramatik, yang dibacakan bersama dengan Yuliana Rahayu. Puisinya berjudul “Satyawati di Padang Kurusetra’.

Selain pembacaan puisi dihadirkan pula musikalisasi puisi yang menggarap puisi Linus menjadi lagu yang dikerjakan oleh Untung Basuki dan kelompok nyanyi puisi ‘Kembang Tunjung’.

Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra Tranggono, Jadug Ferianto dan sejumlah nama lain, termasuk anak-anak muda yang mungkin tidak mengenali Linus.

Mengenang Linus Suryadi
Linus Suryadi dengan Vespa kesayangannya

Mengakhiri acara ‘Perkutut Manggung’ satu puisi berjudul ‘Doa Malam’ dibacakan oleh Nasarius Sudaryono. Puisi ini ditulis Linus tahun 1987, saat Nasar masih belia. Sebelum membaca puisi, lampu di ruangan dipadamkan dan digantikan oleh nyala lilin. Setiap hadirin yang ada di ruangan memegang lilin sehingga suasana khidmat terasa. Puisi ini laiknya doa penutup acara mengenang Linus. Berikut puisi ‘Doa Malam’ karya Linus Suryadi.

Doa Malam

Perkenankan aku simpuh 
Di tikar yang kumuh 
Untuk pasrah dan nyembah 
Padamu, Sang Mesiah

Telah kucium bumi suci 
Warisan nenek moyangku 
Di mana Aba dan Eba 
Turun pertama kali 
Darahnya yang tumpah 
Mengaliri jiwa ragaku 
Sambil menjalin cinta 
Kupetik buah-buah rindu

Maka lilin dan setaman 
Membumbung ke hadiratMu 
Perkenankan, o Mesiah 
Kumohon bisik gaibMu

Kadisobo, 22 Maret 1987

Ons Untoro 
Foto:Shashin-Tata

Berita budaya

Latest News

  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »
  • 07-08-14

    Mengenang Linus: Sol

    Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat... more »
  • 07-08-14

    Perang Kera dan Raks

    Gerak tari kera (wanara) dan raksasa (buto) menjadi tontonan utama, terutama saat perkelahian di antara mereka. Lakon yang dibawakan memang... more »
  • 06-08-14

    Apakah Mereka Mata-m

    Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)  Penulis : Meta Sekar Puji Astuti  Penerbit : Ombak,... more »
  • 06-08-14

    Kaya Pitik Trondhol

    Pepatahan ini sesungguhnya mengiaskan akan kondisi seseorang yang sudah hidup sengsara tetapi masih harus menanggung kesengsaraan lainnya. Papatah... more »
  • 06-08-14

    Perkutut Manggung un

    Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra... more »
  • 05-08-14

    Banyusumurup Sentra

    Ada yang menduga bahwa empu keris mulai menempati wilayah ini sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dugaan ini didasarkan pada alasan... more »
  • 05-08-14

    Orang Wuku Wuye Muda

    Perwatakan dan sikap Wuku Wuye adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Kuwera yaitu: pandai bicara, membuat senang orang lain, lebih... more »
  • 05-08-14

    Apri Susanto Sedang

    Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more »