Celeng Demalung

Author:editorTembi / Date:04-08-2014 / Selain di dalam kisah berdirinya kerajaan Hastinapura, Celeng Demalung juga dikisahkan dalam cerita Dewi Sri. Namun di dalam kisah ini, Celeng Demalung tidak sebagai punggawa Hastina, melainkan sebagai pengikut Putut Jantaka yang menjadi musuh petani, karena dianggap sebagai hama dan perusak tanaman.

Celeng dalam bentuk wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo, koleksi museum Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)

Pada saat Palasara membuka hutan Gajahoya untuk membangun kerajaan Hastinapura (hasti = gajah, pura = bangunan suci), ia menghimpun energi para binatang hutan untuk menjadi kekuatannya. Binatang-binatang yang ada diciptakan menjadi manusia untuk membantu tata pemerintahannya yang baru. Celeng Demalung adalah salah satu binatang hutan yang menjadi manusia. Celeng adalah babi hutan.

Selain di dalam kisah berdirinya kerajaan Hastinapura, Celeng Demalung juga dikisahkan dalam cerita Dewi Sri. Namun di dalam kisah ini, Celeng Demalung tidak sebagai punggawa Hastina, melainkan sebagai pengikut Putut Jantaka yang menjadi musuh petani, karena dianggap sebagai hama dan perusak tanaman.

Berkebalikan dengan kisah berdirinya kerajaan Hastinapura dimana binatang celeng dicipta menjadi manusia oleh kesaktian Palasara, di dalam kisah Arjuna Wiwaha ada seorang manusia raksasa yang bernama Mamangmurka, dicipta menjadi seekor celeng oleh kesaktian Begawan Ciptoning Mintaraga.

Mamangmurka adalah seorang patih dari kerajaan Imaimantaka. Ia diutus oleh Prabu Niwatakawaca untuk membunuh Arjuna yang sedang bertapa di Gunung Indrakikla dengan gelar Begawan Ciptoning Mintaraga.

Hal tersebut dikarenakan Niwatakawaca mencium gelagat bahwa para dewa yang kalah berperang melawan dirinya, akan meminta bantuan kepada Arjuna. Maka sebelum Dewa Indra atau Dewa Siwa menemui Arjuna, ia menyuruh patih Mamangmurka untuk membunuh Arjuna di petapaan di Gunung Indrakila.

Melalui panakawan yang menjaga pertapaan, Arjuna mendapat laporan bahwa ada manusia raksasa yang merusak taman Indrakila yang indah. Arjuna berucap bahwa orang yang telah dengan sengaja merusak tanaman, tidak pantas disebut manusia, ia lebih pantas disebut ‘celeng.’ Seketika itu juga Patih Mamangmurka berubah menjadi celeng. Ia semakin ngawur, memporak-porandakan taman Indrakila. Ketika sampailah Mamangmurka di tepi sendang, terkejutlah ia melihat bayangan dirinya di air telah menjadi celeng.

Maka marahlah ia kepada Arjuna yang telah mengutuk dirinya. Melihat celeng yang membahayakan, Arjuna dengan sigap mengambil panah pusaka dan melepaskannya tepat mengenai jantung celeng perusak itu. Dalam sekejap celeng Mamangmurka yang melambangkan angkara murka itu mati. Tidak ada yang menyesali kematiannya, kecuali Ditya Niwatakawaca sang pemilik angkaramurka itu sendiri.

Herjaka HS

Ensiklopedi Figur Wayang

Latest News

  • 07-08-14

    Denmas Bekel 7 Agust

    more »
  • 07-08-14

    Bakda Kupat Kampung

    Bakda Kupat merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Nusantara, khususnya Jawa. Khusus untuk Kampung Pandeyan, Bakda Kupat dimeriahkan... more »
  • 07-08-14

    Mengenang Linus: Sol

    Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat... more »
  • 07-08-14

    Perang Kera dan Raks

    Gerak tari kera (wanara) dan raksasa (buto) menjadi tontonan utama, terutama saat perkelahian di antara mereka. Lakon yang dibawakan memang... more »
  • 06-08-14

    Apakah Mereka Mata-m

    Judul : Apakah Mereka Mata-mata? Orang-orang Jepang di Indonesia (1868-1942)  Penulis : Meta Sekar Puji Astuti  Penerbit : Ombak,... more »
  • 06-08-14

    Kaya Pitik Trondhol

    Pepatahan ini sesungguhnya mengiaskan akan kondisi seseorang yang sudah hidup sengsara tetapi masih harus menanggung kesengsaraan lainnya. Papatah... more »
  • 06-08-14

    Perkutut Manggung un

    Hadir dalam acara ini beberapa teman Linus Suryadi seperti Ashadi Siregar, Bakdi Sumato, Fauzi Rizal, Sutirman Eka Ardhana, Butet Kertaredjasa, Indra... more »
  • 05-08-14

    Banyusumurup Sentra

    Ada yang menduga bahwa empu keris mulai menempati wilayah ini sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Dugaan ini didasarkan pada alasan... more »
  • 05-08-14

    Orang Wuku Wuye Muda

    Perwatakan dan sikap Wuku Wuye adalah sesuai dengan penggambaran watak dari Batara Kuwera yaitu: pandai bicara, membuat senang orang lain, lebih... more »
  • 05-08-14

    Apri Susanto Sedang

    Apri adalah peserta program Artis Residen (Artist in Residence) Tembi Rumah Budaya yang ke-14. Saat ini ia sedang menyiapkan pameran tunggalnya, yang... more »