Raine Abang Dluwang
Author:editorTembi / Date:25-08-2014 / Ungkapan raine abang dluwang menggambarkan atau menyimbolkan bahwa orang yang dimaksudkan wajahnya merah seperti kertas, padahal yang dimaksudkan adalah sebaliknya.Dalam kehidupan masyarakat Jawa ada begitu banyak produk dan permainan simbol untuk mengungkapkan sesuatu. Simbol menjadi hal yang penting bagi masyarakat Jawa bahkan melekat dan menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Simbol mengindikasikan ketidaklangsungan, ketidakterusterangan. Di dalamnya selalu tersimpan hal-hal tersembunyi yang harus dimengerti dengan sendirinya oleh orang yang menerima simbol.
Ketidakmampuan menangkap simbol sering dianggap sebagai sebuah kebodohan atau belum dewasa. Pengungkapan maksud secara harafiah pun sering dianggap sebagai sebuah kedangkalan. Oleh karenanya simbol menjadi semacam medan pertarungan makna yang harus dapat dicapai oleh pemberi dan penerima simbol.
Salah satu permainan simbol yang hingga saat ini terus hidup di dalam masyarakat Jawa misalnya sanepan. Sanepan berasal dari kata sanepa yang dalam pengertian luas setara maknanya dengan perumpaan atau semacam perbandingan. Akan tetapi perumpaan dalam sanepan bisa saja bermakna kebalikan. Artinya, makna yang dituliskan atau disampaikan berkebalikan atau bermakna berlawanan dari yang dimaksudkan.
Salah satu ungkapan yang bermakna demikian misalnya, raine abang dluwang. Ungkapan ini secara harafiah berarti wajahnya merah (seperti) kertas. Istilah dluwang yang berarti kertas itu mengacu pada pengertian kertas pada umumnya yang berwarna putih.
Ungkapan raine abang dluwang menggambarkan atau menyimbolkan bahwa orang yang dimaksudkan wajahnya merah seperti kertas, padahal yang dimaksudkan adalah sebaliknya. Artinya, orang tersebut wajahnya putih seperti kertas (jauh dari warna merah) atau pucat pasi.
A. Sartono
Ensiklopedi BothekanLatest News
- 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Musik perkusi yang selama ini jarang digarap kini mendapat wadah berupa rangkaian pertunjukan akbar Jogja Percussion Festival 2014. Festival yang... more » - 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Malam itu, Sabtu 23 Agustus 2014 Jogja Percussion Festival memanjakan para penonton dengan lineup yang sangat berkesan. Tidak sedikit dari pengisi... more » - 29-08-14
Jagang Masjid Gede K
Pada tempo dulu umumnya orang tidak mengenakan alas kaki (nyeker) sehingga dapat dipastikan bahwa kakinya kotor. Sedangkan untuk masuk masjid orang... more » - 28-08-14
Resep Sambel Goreng
Majalah Kajawen ini awalnya memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas saja, yang kala itu “melek” huruf atau istilahnya bisa membaca,... more » - 28-08-14
Serat Suryaraja, Pus
Karena kedudukannya sebagai pusaka, maka tak sembarang orang boleh membaca. Bahkan yang boleh memegang hanya orang-orang tertentu, yaitu mereka yang... more » - 27-08-14
Keris
Judul : Keris Penulis : Drs. Hamzari Penerbit : Djambatan, 1993, Jakarta Bahasa : Indonesia dan Inggris Jumlah... more » - 27-08-14
Lakon Ketoprak Jaka
Pementasan ketoprak di Pendapa Yudanegaran Tembi Rumah Budaya itu mampu memberikan hiburan segar bagi penonton. Jumlah penonton yang memenuhi... more » - 26-08-14
“Sokola Rimba”, Pem
film “Sokola Rimba” diputar kembali pada acara Pemutaran dan Diskusi Film di AtAmerica, Pasific Place, Jakarta. Meski saat diskusi berlangsung Butet... more » - 26-08-14
Denmas Bekel 26 Agus
more » - 26-08-14
Daladi Ahmad, Penyai
Sebagai penyair dia telah menulis banyak puisi, selain juga menulis geguritan. Padahal, dia sebagai guru di SMP I Ngluar, yang mengajar mata... more »