“Sokola Rimba”, Pembelajaran Hidup dalam Kehidupan Masyarakat Suku Anak Dalam

Author:editorTembi / Date:26-08-2014 / film “Sokola Rimba” diputar kembali pada acara Pemutaran dan Diskusi Film di AtAmerica, Pasific Place, Jakarta. Meski saat diskusi berlangsung Butet Manurung sedang berada di Canberra, Australia, ia tetap bisa terlibat dalam pembicaraan dengan perantaraan media Skype.

Diskusi film “Sokola Rimba”, AtAmerica, Pasific Place, Jakarta, 21 Agustus 2014, foto: Natalia S
Saat diskusi berlangsung, Butet Manurung (tampil di layar) 
ikut diskusi melalui saluran Skype

“Sokola Rimba”, mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Butet Manurung yang bekerja di Lembaga Koservasi wilayah Jambi selama hampir tiga tahun. Butet terjun dan tinggal di Hutan Bukit Duabelas. Ia mengajarkan baca tulis dan hitung kepada anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di hulu Sungai Makekal di hutan itu.

Film “Sokola Rimba” terinspirasi dari buku dengan judul yang sama (cetakan pertama tahun 2007) yang diadaptasi dari kisah nyata Butet Manurung dan Sokola Rimba. Dalam film tersebut tokoh Butet diperankan oleh Prisia Nasution. Film itu disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana yang dirilis pada tanggal 21 November 2013.

Pada Kamis, 21 Agustus 2014, film tersebut diputar kembali pada acara Pemutaran dan Diskusi Film di AtAmerica, Pasific Place, Jakarta. Diskusi melibatkan langsung Butet Manurung dan Andit, serta Riri Riza. Meski saat diskusi berlangsung Butet Manurung sedang berada di Canberra, Australia, ia tetap bisa terlibat dalam pembicaraan dengan perantaraan media Skype.

Butet mengaku awalnya hanya ingin mendapatkan petualangan yang menarik, kemudian ia melamar pekerjaan di Lembaga Konservasi wilayah Jambi. Hingga dalam proses perjalanannya Ia memperoleh pembelajaran dan pengalaman hidup di tengah hutan bersama masyarakat Suku Anak Dalam.

Pada kehidupan Orang Rimba, lanjut Butet, tradisi kepercayaan dan adat yang kuat lah yang mengatur cara hidup mereka, dan hutan merupakan rumah bagi mereka. Sebenarnya ini yang harus dipertahankan. Mereka tidak menyesuaikan modernisasi dalam kehidupan tetapi hanya mengadopsi saja sesuai kebutuhan. Jika mereka ikut dalam modernisasi sekarang ini, mereka tidak lagi menjadi orang rimba, dan komunitas masyarakat adat yang dimiliki Indonesia lama kelamaan bisa punah.

Andit, sahabat Butet yang juga sama-sama mendirikan Sokola Rimba pada tahun 2003, menyatakan metode pengajaran di Sokola Rimba sangat berbeda dengan sekolah formal nasional. Karena kehidupan adat Suku Anak Dalam berdasarkan musim bukan jam seperti pada sekolah formal lainnya.

Pengajaran di Sokola Rimba berkembang bukan hanya sebatas baca tulis saja, tetapi sebagai mediator untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi di dalam hutan. Sehingga metode pengajaran harus menyesuaikan dengan kehidupan, lingkungan dan tradisi yang ada.

Riri Riza sebagai sutradara film ini, mengatakan bahwa film mempunyai kekuatan untuk menggambarkan keadaan atau suasana yang sebenarnya. Melalui peran dari para pemain yang terlibat di dalam film ini, termasuk Orang Rimba, penonton diajak ke dalam suatu pengalaman seru dan menarik dalam melihat sebuah komunitas masyarakat Indonesia yang tinggal di rimba. Komunitas masyarakat yang masih sangat menjunjung tinggi tradisi dan peraturan adat mereka, kehidupan yang sangat berbeda dengan komunitas masyarakat Indonesia pada umumnya. Ia merasa beruntung dapat mengalami masuk ke dalam kehidupan orang rimba dengan pendekatan yang unik.

Pesan pembelajaran hidup, cinta, tanggung jawab, kemanusian dan pengabdian terpancar dalam film ini.

Marcellina Rosiana

Berita budaya

Latest News

  • 29-08-14

    Jogja Percussion Fes

    Musik perkusi yang selama ini jarang digarap kini mendapat wadah berupa rangkaian pertunjukan akbar Jogja Percussion Festival 2014. Festival yang... more »
  • 29-08-14

    Jogja Percussion Fes

    Malam itu, Sabtu 23 Agustus 2014 Jogja Percussion Festival memanjakan para penonton dengan lineup yang sangat berkesan. Tidak sedikit dari pengisi... more »
  • 29-08-14

    Jagang Masjid Gede K

    Pada tempo dulu umumnya orang tidak mengenakan alas kaki (nyeker) sehingga dapat dipastikan bahwa kakinya kotor. Sedangkan untuk masuk masjid orang... more »
  • 28-08-14

    Resep Sambel Goreng

    Majalah Kajawen ini awalnya memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas saja, yang kala itu “melek” huruf atau istilahnya bisa membaca,... more »
  • 28-08-14

    Serat Suryaraja, Pus

    Karena kedudukannya sebagai pusaka, maka tak sembarang orang boleh membaca. Bahkan yang boleh memegang hanya orang-orang tertentu, yaitu mereka yang... more »
  • 27-08-14

    Keris

    Judul : Keris  Penulis : Drs. Hamzari  Penerbit : Djambatan, 1993, Jakarta  Bahasa : Indonesia dan Inggris  Jumlah... more »
  • 27-08-14

    Lakon Ketoprak Jaka

    Pementasan ketoprak di Pendapa Yudanegaran Tembi Rumah Budaya itu mampu memberikan hiburan segar bagi penonton. Jumlah penonton yang memenuhi... more »
  • 26-08-14

    “Sokola Rimba”, Pem

    film “Sokola Rimba” diputar kembali pada acara Pemutaran dan Diskusi Film di AtAmerica, Pasific Place, Jakarta. Meski saat diskusi berlangsung Butet... more »
  • 26-08-14

    Denmas Bekel 26 Agus

    more »
  • 26-08-14

    Daladi Ahmad, Penyai

    Sebagai penyair dia telah menulis banyak puisi, selain juga menulis geguritan. Padahal, dia sebagai guru di SMP I Ngluar, yang mengajar mata... more »