Membedah Semarang Zaman Dahulu
17 Mar 2016 Judul : Semarang Tempo Dulu. Teori Desain Kawasan BersejarahPenulis : Wijanarka
Penerbit : Ombak, 2007, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : xii + 190
Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah melalui sejumlah tahapan pembangunan, sehingga memiliki sejumlah kawasan bersejarah. Seperti halnya kota-kota bersejarah lain di Indonesia, Semarang mengalami penurunan tingkat kualitas lingkungan. Di kota Semarang terdapat kawasan-kawasan bersejarah yang awalnya merupakan kawasan rancangan dan kawasan yang berkembang secara spontan (kawasan tradisional).
Kawasan bersejarah yang dikaji dalam buku ini adalah Kampung Kauman, Pecinan,Little Netherland,Kampung Melayu, Pemukiman Sewa Mlaten, kawasan Tugu Muda dan kawasan Candi Baru. Setiap kawasan memiliki ciri khas, permasalahan dan potensi sendiri-sendiri, juga sejarah serta perkembangan yang terjadi di kemudian hari.
Dalam mengkaji kawasan ini penulis memakai tiga teori. Pertama tipomorfologi, yang melihat kawasan sebagai sekumpulan gugusan dengan pola-pola yang apabila ditilik lebih mendalam akan memperlihatkan sejumlah karakteristik khas. Kedua teori konstektual, melihat kawasan sebagai sebuah sistem keterkaitan antara berbagai unsur dan elemen baik di dalam kawasannya sendiri maupun hasil rekayasa. Ketiga teori perspektif, melihat kawasan dari indra utama yakni penglihatan, dan ilusi yang dihasilkan secara alami, sehingga ada kawasan yang terasa menyenangkan, membosankan, mengesankan dan lain-lain.
Membicarakan kota Semarang pasti tidak akan meninggalkan nama Thomas Karsten, yang dikenal sebagai perancang Kota Semarang. Tetapi ada beberapa kawasan yang sudah terbangun sebelum Karsten, semisal Kauman dan kawasan Pecinan.
Dengan membaca buku ini kita akan mengetahui bagaimana awal berdirinya beberapa kawasan tersebut dan perkembangannya, serta teori mana yang sesuai. Berdasarkan teori tersebut, suatu kawasan dapat ditata dan dibangun kembali, sehingga tercapai suatu keserasian visual dan kesinambungan sejarah.
Kusalamani
EDUKASIBaca Juga
- 19-03-16
Wisrawa (2): Dewi Sukesi dan Sastrajendra
Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more » - 19-03-16
Pameran Temporer Yogyakarta Benteng Proklamasi
Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more » - 18-03-16
Lambang Kotapraja di Hindia Belanda Awal Abad ke-19
Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more » - 17-03-16
Tumenga Sepa Tumungkul Sepi
Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti mendongak (melihat ke atas) hambar melihat ke bawah sepi. Pepatah ini ingin menggambarkan keadaan... more » - 15-03-16
Ritual Sakral di Desa Kuno Bali
Judul : Kajian Bentuk Ritual dan Kepercayaan Masyarakat di Desa Sidetapa Penulis... more » - 14-03-16
Mahasiswa Jepang Belajar Menabuh Gamelan
Hari Jumat siang, 5 Maret 2016, Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dikunjungi oleh 8 mahasiswa dan 2 dosen kedokteran gigi dari Jepang yang... more » - 14-03-16
Masjid Al Huda Pucung Dipercaya Punya Karomah
Masjid kuno Al Huda Pucung secara administratif terletak di Dusun Dengkeng Pucung, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah... more » - 10-03-16
Wisrawa (1): Berada di Antara Orang Baik
Anak lelaki bernama Wisrawa tersebut lahir, tumbuh dan menjadi besar di pertapaan. Maklum saja karena ia anak seorang Begawan pinunjul bernama... more » - 10-03-16
Kondisi Peradaban Hindia Belanda Awal Abad XX
Judul : Indiese Vraagstukken Penulis ... more » - 08-03-16
Macapatan Malam Rabu Pon Putaran 144: Karaoke Macapat
Pada macapatan malam Rabu Pon putaran 144 di Tembi Rumah Budaya 2 Februari 2016 lalu, pengembaraan Mas Cebolang yang diikuti oleh empat... more »
Artikel Terbaru
- 21-03-16
Pergantian Pengurus
Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more » - 21-03-16
Serba Ikan dengan Na
Selain Es Timun Ijem dan Es Timun Emas, pada bulan Maret 2016 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya juga menawarkan menu promo serba ikan... more » - 21-03-16
Sastra Bulan Purnama
Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more » - 19-03-16
Napi Perempuan Memba
Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more » - 19-03-16
Selasa Legi Hari Tid
Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more » - 19-03-16
Wisrawa (2): Dewi Su
Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more » - 19-03-16
Pameran Temporer Yog
Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more » - 18-03-16
Warna-Warni Seribu T
Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more » - 18-03-16
Lakon Dewa Ruci Dipe
Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more » - 18-03-16
Lambang Kotapraja di
Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »