Mengenang Linus: Soliter, Solider dan Penyembuh
Author:editorTembi / Date:07-08-2014 / Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat kepenyairan sangat soliter. Tapi di kemudian hari dia melakukan perubahan sehingga puisi-puisinya ada muatan sosial, terjadi perubahan dari soliter menuju ke arah solider.
Ashadi Siregar
Semasa hidupnya Linus Suryagi AG berteman akrab dengan (alm) Umar Kayam, Bakdi Sumanto, Ashadi Siregar dan sejumlah pemikir kebudayaan lainnya. Dalam acara ‘Perkutut Manggung: Mengenang 15 Tahun Kepergian Linus Suryadi AG, yang diselenggarakan Rabu Malam, 30 Juli 2014 di Bentara Budaya, Kotabaru, Yogyakarta, Ashadi Siregar dan Bakdi Sumanto memberikan kesaksian perihal Linus.
Tiga kata, soliter, solider dan penyembuh bisa kita temukan dalam kesaksian dari dua sahabat Linus yang lebih senior itu. Bakdi Sumanto adalah guru besar di Fakultas Ilmu Budaya UGM dan Ashadi Siregar pengjar di jurusan Komunikasi Fisipol UGM dan direktur Lembaga Penelitian dan Penerbitan Pers Yogyakarta (LP3Y).
Bakdi Sumanto melihat bahwa Linus awalnya sebagai seorang penyair liris yang kuat. Puisi-puisi yang ditulis pada awal dia mulai menapaki jagat kepenyairan sangat soliter. Tapi di kemudian hari dia melakukan perubahan sehingga puisi-puisinya ada muatan sosial, terjadi perubahan dari soliter menuju ke arah solider.
“Sering kali saya berdiskusi dengan Linus di rumah Umar Kayam dan mendengarkan bagaimana mas Kayam menjelaskan soal perubahan yang berlangsung tidak hanya di dalam negeri, tetapi menyangkut tatanan global. Barangkali hal-hal seperti itu yang mempengaruhi Linus mengalami perubahan,” kata Bakdi Sumanto.
Prosa Lirik ‘Pengakuan Pariyem’, lanjut Bakdi, dengan sangat jelas menunjukkan puisi panjang Linus yang sudah mengalami perubahan dan secara sosial memiliki muatan solidaritas sosial bagi orang-orang yang bisa disebut sebagai orang kalah.
Sesudah Pengakuan Pariyem, yang terbit tahun 1981, puisi-puisi Linus banyak mengandung solidaritas sosial, atau setidaknya puisi yang memiliki muatan sosial, tetapi kekuatan liriknya masih kuat. Puisi berjudul ‘Ibu Di Desa’ salah satu contohnya.
Ashadi Siregar, sahabat senior Linus yang lain, meski dari kultur yang berbeda, tetapi bisa bergaul akrab dengannya. Sering kali Ashadi diajak menjalani ngelmu Jawa, yang tidak ia pahami, tetapi bisa menakjubkan baginya. Misalnya Ashadi diajak mengambil batu akik atau keris dari dalam tanah. Dunia yang asing bagi Ashadi, tetapi oleh Linus diperkenalkan padanya.
Selain itu, Ashadi melihat Linus memiliki kemampuan menyembuhkan. Ia punya pengalaman, karena kebanyakan begadang sehingga badannya terasa tidak enak, ia sakit masuk angin, dan oleh Linus coba disembuhkan, dan Ashadi mengikutinya.
“Tetapi beberapa hari kemudian penyakit saya kambuh lagi,” kata Ashadi disambut tawa hadirin yang hadir.
Sebagai penyair Linus Suryadi telah menerbitkan antologi puisi dan beberapa buku yang membahas kebudayaan. Beberapa diantaranya; Langit Kelabu (terbit pertama 1976); Pengakuan Pariyem (terbit pertama kali 1981, Penerbit Sinar Harapan); Perkutut Manggung (1986, Pustaka Jaya); Kembang Tunjung (1989, Nusa Indah); Rumah Panggung (1989, Nusa Indah); dan Tirta Kamandanu (Yayasan Untuk Indonesia, 1997). Pengakuan Pariyem yang merupakan karya prosa liris telah diterjemahkan dalam bahasa Belanda oleh Marjanne Termohuizen, De Bekentenis van Pariyem.
Bakdi Sumanto
Sejumlah puisi Linus Suryadi AG juga dimuat dalam beberapa antologi bersama, antara lain: Laut Biru Langit Biru (1977, penyunting: Ajip Rosidi); Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang (1986, penyunting Pamusuk Eneste); Walking Westward in the Morning: Seven Contemporary Indonesian Poets (1990,penyunting-penerjemah: John H. MacGlynn); On Foreign Shores (1990, penyunting-penerjemah: John H. MacGlynn); Tantangan Kemanusiaan Universal (1992, penyunting: Drs. G. Moedjanto, MA., dkk.); Menagerie1 (1992, penyunting: John G. MacGlynn); dan This Same Sky: Poems from Around the World (1992, penyunting: Naomi Shihab Nye).
Linus Suryadi adalah penyunting untuk dua antologi puisi Indonesia modern, Tugu, antologi puisi 32 penyair Yogyakarta (1986, Dewan Kesenian Yogya: Barata Offset), dan Tonggak, antologi puisi Indonesia modern, Jilid 1 – 4 (1987, Gramedia). Ia juga menceritakan ulang kisah mitos Yunani Kuno Perang Troya (terbit 1977, Pustaka Jaya) untuk anak-anak.
Sedangkan buku kumpulan esainya meliputi Dari Desa ke Kota (1986, Badan Penerbit Kedaulatan Rakyat); DiBalik Sejumlah Nama, jilid 1 (1989, Gadjah Mada University Press); Kesaksian di Pinggir (1993, de auteur); Regol Megal-megol (1993, Andi Offset Yogya); dan Dari Pujangga ke Penulis Jawa (1995, Pustaka Pelajar).
Foto: Shashin-Tata
Berita budayaLatest News
- 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Musik perkusi yang selama ini jarang digarap kini mendapat wadah berupa rangkaian pertunjukan akbar Jogja Percussion Festival 2014. Festival yang... more » - 29-08-14
Jogja Percussion Fes
Malam itu, Sabtu 23 Agustus 2014 Jogja Percussion Festival memanjakan para penonton dengan lineup yang sangat berkesan. Tidak sedikit dari pengisi... more » - 29-08-14
Jagang Masjid Gede K
Pada tempo dulu umumnya orang tidak mengenakan alas kaki (nyeker) sehingga dapat dipastikan bahwa kakinya kotor. Sedangkan untuk masuk masjid orang... more » - 28-08-14
Resep Sambel Goreng
Majalah Kajawen ini awalnya memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas saja, yang kala itu “melek” huruf atau istilahnya bisa membaca,... more » - 28-08-14
Serat Suryaraja, Pus
Karena kedudukannya sebagai pusaka, maka tak sembarang orang boleh membaca. Bahkan yang boleh memegang hanya orang-orang tertentu, yaitu mereka yang... more » - 27-08-14
Keris
Judul : Keris Penulis : Drs. Hamzari Penerbit : Djambatan, 1993, Jakarta Bahasa : Indonesia dan Inggris Jumlah... more » - 27-08-14
Lakon Ketoprak Jaka
Pementasan ketoprak di Pendapa Yudanegaran Tembi Rumah Budaya itu mampu memberikan hiburan segar bagi penonton. Jumlah penonton yang memenuhi... more » - 26-08-14
“Sokola Rimba”, Pem
film “Sokola Rimba” diputar kembali pada acara Pemutaran dan Diskusi Film di AtAmerica, Pasific Place, Jakarta. Meski saat diskusi berlangsung Butet... more » - 26-08-14
Denmas Bekel 26 Agus
more » - 26-08-14
Daladi Ahmad, Penyai
Sebagai penyair dia telah menulis banyak puisi, selain juga menulis geguritan. Padahal, dia sebagai guru di SMP I Ngluar, yang mengajar mata... more »