Ketoprak Tjontong Suguhkan Kisah Kepahlawanan Pemuda Yogyakarta
Author:editorTembi / Date:19-08-2014 / Faridan mau mengatakan bahwa Jepang harus meninggalkan Kotabaru, walaupun hal itu harus ditebus dengan nyawa. Namun tidaklah mudah untuk menyampaikan suasana heroik dalam bungkusan ketoprak Tjontong, yang sudah mendapat predikat sebagai ketoprak humor.
Faridan M Noto (kedua dari kiri) bersama kawan-kawannya bersiap menyerang Kotabaru
Untuk Agustus tahun 2014 ini, ada cerita sejarah menarik seputar transisi kemerdekaan Republik Indonesia, judulnya ialah: ‘Kotabaru Lunas Janjiku’. Namun kali ini yang bercerita bukan orang tua di malam tirakatan, melainkan kelompok Ketoprak Ringkes Tjap Tjontong, di Gedung Concert Hall Tamana Budaya Yogyakarta, pada Jumat dan Sabtu malam, 1 dan 2 Agustus 2014.
‘Kotabaru Lunas Janjiku’ merupakan naskah ketoprak yang mengambil cerita sejarah perjuangan laskar rakyat dalam mengusir tentara Jepang di Kotabaru, Yogyakarta. Naskah ini merupakan karya Drs Susilo Nugroho ke-15 yang ditulis untuk dipentaskan oleh Ketoprak Ringkes Tjap Tjontong pada produksi ke-18, dan disutradarai oleh Marwoto “Kawer” dan Susilo Nugroho, serta didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.
Memukul kentongan, sebagai kabar bahwa Faridan
dan kawan-kawan telah gugur
Cerita berawal saat Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman melebur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baru saja diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta. Sikap politik tegas dan cerdas yang dipilih oleh Raja Kasultanan Yogyakarta dan Adipati Kadipaten Pakualam tersebut merupakan modal politik dan modal sosial yang sangat berharga bagi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan maklumat itu mampu menggugah semangat laskar rakyat untuk mengusir prajurit Jepang yang masih bercokol di Yogyakarta.
Walaupun tentara Jepang sudah mendapat perintah menyerah, mereka belum ‘legawa’ memberikan kekuasaannya kepada Tentara Keamanan Rakyat Indonesia. Mereka masih tetap bertindak sebagai penguasa, dengan melucuti persenjataan yang dimiliki para laskar rakyat.
Dalam suasana seperti itulah, muncul tokoh-tokoh pemberani yang rela mengorbankan nyawanya untuk negara dan bangsa Indonesia. Di antaranya adalah Siti Ngaisah, yang dengan kenekatan berani menurunkan bendera Hinomaru dan diganti dengan Merah Putih. Ada juga tokoh muda dari laskar rakyat, Faridan namanya. Ia berjanji rela mati asal tentara Jepang dapat diusir dari Kotabaru. Dengan satu semangat mengusir penjajah, laskar rakyat dari penjuru kota Yogya berkumpul dan bergerak menuju Kotabaru yang menjadi benteng pertahanan terakhir tentara Jepang.
Salah satu adegan yang mengundang tawa
Maka kemudian pada 6 dan 7 September 1945 terjadilah pertempuran di Kotabaru. Faridan M Noto gugur bersama 21 temannya, yaitu: I Dewa Nyoman Oka, Amat Jazuli, Bagong, Umar Kalipan, Ngadikan, Ahmad Zakir, Suroto, Syuhada, Sunaryo, Sujiono, Supadi, Sabirin, Juwadi, Hadidarsono, Sukartono, Johar Nurhadi, Mohammad Sareh, Trimo, Abubakar Ali, Atmo Sukarto dan Muhammad Wardhani.
Judul ‘Kotabaru Lunas Janjiku’ merupakan teriakan semangat juang seorang Faridan. Ia mau mengatakan bahwa Jepang harus meninggalkan Kotabaru, walaupun hal itu harus ditebus dengan nyawa. Namun tidaklah mudah untuk menyampaikan suasana heroik dalam bungkusan ketoprak Tjontong, yang sudah mendapat predikat sebagai ketoprak humor. Para penonton yang datang tentunya ingin tertawa, apapun adegannya dan apapun suasananya, tidak terkecuali ketika suasana duka yang dibangun dengan memukul kentongan sebagai berita duka gugurnya Faridan dan kawan-kawan.
Oleh karenanya yang memikat penonton bukanlah tokoh Faridan, melainkan Srundeng dan Sronto. Selain humor-humor yang dilontarkan keduanya, rupanya mereka berdua mengemban tugas untuk membawa alur cerita, dari awal hingga akhir. Sehingga dengan demikian keseluruhan cerita yang disajikan telah ‘didlujuri’ atau dijahit dengan benang humor. Ditambah lagi dengan penampilan Marwoto, Den Baguse Ngarso, Nano Asmorodono, Ngatirah, maka semakin kuatlah balutan humor dalam cerita kepahlawanan Faridan.
Tokoh Srundeng dan Sronto
Dua kutub bertemu, antara penonton dan produsen, bagaikan ‘tumbu oleh tutup’, klop. Pihak penonton menginginkan tertawa, pihak produsen membuat naskah untuk tertawa. Itu adalah sebuah pilihan, tema yang disajikan boleh berbeda-beda tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu tertawa.
Dalam kaitanya dengan pentas malam itu, bukan berarti bahwa kisah kepahlawanan Faridan menjadi tidak penting. Justru hal tersebut dapat dijadikan sebagai penjajakan, sejauh mana para penonton dapat menemukan inti dari semangat kepahlawan Faridan di dalam balutan humor yang tebal.
Bisa juga, anak muda sekarang akan menertawakan cerita serius tentang perjuangan yang disampaikan dengan semangat berapi-api oleh tetua setempat pada acara malam tirakatan, tetapi akan mencerna dengan serius cerita kepahlawanan yang disampaikan dengan humor segar oleh sekelompok orang yang menamakan dirinya Ketoprak Tjontong.
Pentas yang dihadiri ratusan penonton “berbayar’ ini didukung oleh para seniman profesional, diantaranya adalah: Marwoto Kawer, Susilo Nugroho, Bagong Tris Gunanto, Novi Kalur, Nano Asmorodono, Rio Pujangkoro, Sudi Sronto, Wiro Adritama, Nicky Nazaready, Toelis Smero, Bayu Saptomo, Eko, Yoga, Hargi Sundari, Rini Widyastuti, Ngatirah, Cici Anjasmoro Masitoh. Penata musik digarap Warsono Kliwir didukung pemusik Maryono, Anom, Doyok Kadipiro, Anon 'Dugul', Catur Benyek.
Herjaka
Foto: Hadi Susanto
Latest News
- 21-08-14
Hendrawan Nadesul In
Selain dikenal sebagai dokter, ia juga penyair. Sejak tahun 1970-an dia sudah menulis puisi. Dalam ‘peta penyair’ di Indonesia, Hendrawan tercatat... more » - 21-08-14
Ukir Perak Kotagede
Judul : Ukir Perak Kotagede. Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A., dkk Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya + Pusat Sudi... more » - 21-08-14
Ayam Goreng Sentolo
Ayam yang diungkeb ini kemudian digoreng dengan waktu yang cepat sehingga tekstur daging dan kulit ayam tidak mengeras seperti ayam goreng pada... more » - 21-08-14
Raya Indonesia Menga
Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian akan bangsa dan Tanah Air-nya yang... more » - 21-08-14
Faces Of Java, Puisi
Faces of Java merupakan judul antologi puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris karya Iman Budhi Santosa. Ia penyair yang aktif menulis puisi... more » - 21-08-14
Sinta Ilang, Menghar
Ki Faizal Noor Singgih menyampaikan pesan pada cerita ‘Sinta Ilang’ bahwa Sinta adalah manusia lemah, namun begitu berharga dan bernilai tinggi di... more » - 20-08-14
Wayang Pusaka Kerato
Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga... more » - 19-08-14
Monolog Garingan dar
Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain... more » - 19-08-14
Gending Djaduk Tanda
Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa... more » - 19-08-14
Kunjungan SMK I Sewo
Kunjungan ini dirasa perlu untuk melengkapi pengetahuan siswa tentang berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang ada di sekitarnya.... more »