Ultah Sukra Kasih ke-3 Mementaskan Kaca Nagara untuk Bekal Pemilu

Author:editortembi / Date:07-04-2014 / Pementasan ini menampilkan dalang muda dari Gamping, Sleman, yang bernama Ki Bayu Aji Nugroho. Ada pun lakon yang dipentaskan adalah Kaca Nagara. Seperti diketahui Kaca Nagara (Kacanegara) adalah nama lain dari tokoh Gatotkaca. Tema atau lakon ini dipilih dengan maksud agar dapat menjadi bekal menuju pemilihan umum.

Serah terima “kedhukan tumpeng” dari Tembi kepada Sukra Kasih yang masing-masing diwakili oleh Sugihandono Kurniawan (Tembi) dan Ki Suharno, SSn. (Sukra Kasih), difoto: Jumat malam, 28 Maret 2014, foto: a.sartono
Serah terima “kedhukan tumpeng” dari Tembi kepada Sukra Kasih

Sukra Kasih, paguyuban dalang muda Yogyakarta yang berdiri 11 Maret tiga tahun yang lalu, kembali mengadakan pagelaran wayang kulit di Pendapa Yudanegaran,  Tembi Rumah Budaya. Pementasan itu dilaksanakan hari Jumat malam, 28 Maret 2014.

Pagelaran atau pementasan kali ini bertepatan dengan ulang tahun ke-3 Sukra Kasih. Sebelum pagelaran dilakukanlah kedhuk tumpeng oleh Sugihandono Kurniawan selaku Kepala Bagian Marketing  Tembi Rumah Budaya. Nasi dari kedhuk tumpeng itu kemudian diserahkan kepada Ketua Sukra Kasih, Ki Suharno Ssn. Pementasan wayang kulit kali ini dihadiri oleh para dalang dan pengrawit serta penonton umum, juga Bupati Bantul, Hj Sri Surya Widati bersama jajarannya.

Bupati Bantul, Hj. Sri Surya Widati, berkenan menyaksikan pagelaran wayang kulit Sukra Kasih di Tembi Rumah Budaya, difoto: Jumat malam, 28 Maret 2014, foto: a.sartono
Bupati Bantul, Hj Sri Surya Widati, menyaksikan 
pagelaran wayang kulit Sukra Kasih 
di Tembi Rumah Budaya

Pementasan ini menampilkan dalang muda dari Gamping, Sleman, yang bernama Ki Bayu Aji Nugroho. Ada pun lakon yang dipentaskan adalah Kaca Nagara. Seperti diketahui Kaca Nagara (Kacanegara) adalah nama lain dari tokoh Gatotkaca. Tema atau lakon ini dipilih dengan maksud agar dapat menjadi bekal menuju pemilihan umum. Intinya, agar semua pemimpin dan rakyat bisa bersifat ksatria: jujur, adil, berani dalam kebenaran, cakap, dan patriotik seperti Kaca Nagara. Nama ini juga meyiratkan agar kita semua bisa berkaca (introspeksi) untuk memperbaiki diri.

Adegan pementasan lakon Kaca Negara diawali dengan suasana di pertapaan Begawan Bisarwa. Bisarwa ingin memperistri bidadari yang bernama Dewi Sarta. Namun, keinginan dia ini ditolak istri pertamanya, Dewi Rubiah yang tengah mengandung. Bisarwa nekat menuju Kayangan. Rubiah akhirnya melahirkan 4 ekor burung garuda. Kenekatan Bisarwa berujung pada kematiannya karena kalah bertempur dengan Dewa Wisnu.

Dyah Tetuko (Gatotkaca) keluar dari Kawah Candradimuka, difoto: Jumat malam, 28 Maret 2014, foto: a.sartono
Dyah Tetuko (Gatotkaca) keluar dari Kawah Candradimuka

Empat ekor garuda ini akhirnya menyatu dan menjadi kekuatan Prabu Kagapracona di Kerajaan Gilingwesi. Kagapracona mengutus patihnya, Kala Sekipu menuju Kayangan untuk melamar bidadari yang bernama Dewi Gagar Mayang. Lamaran ditolak dewa.

Patih Kala Sekipu pun mengamuk dan tidak ada dewa yang sanggup menandinginya. Sementara itu Dewi Arimbi dari Kerajaan Pringgodani melahirkan jabang bayi buah cintanya dengan Raden Wijasena (Werkudara). Usai dipotong pusarnya dengan sarung senjata Kunta Wijaya Danu, Raden Tetuka (nama kecil Gatotkaca) dibawa ke Kayangan dan dimasukkan Kawah Candradimuka.

Tetuka muncul dari Kawah Candradimuka dan menjadi pemuda yang sakti. Ia bertugas menaklukkan Kala Sekipu. Kala Sekipu tewas di tangan Gatotkaca. Kala itu Gatotkaca sebagai keturunan raseksi (raksasa wanita) juga masih berwajah dan berperilaku seperti raksasa (buta). Ia kemudian diberi pakaian oleh Batara Guru, yakni Caping Basunanda, Kutang Antakusuma, dan Terompah Madu Kacerma. Semua pakaian itu memiliki tuah atau kesaktian luar biasa.

Ki Bayu Aji Nugroho tengah menyiapkan wayangnya, , difoto: Jumat malam, 28 Maret 2014, foto: a.sartono
Ki Bayu Aji Nugroho tengah menyiapkan wayangnya

Gatotkaca akhirnya dapat menunaikan tugas membinasakan musuh Kayangan. Kelak di kemudian hari Gatotkaca juga menjadi senopati perang dalam perang agung, Baratayuda. Di tangannya, Padang Kurusetra banjir darah setinggi dada orang dewasa. Namun ia akhirnya gugur di tangan pamannya, Prabu Basukarna dengan senjata sakti Kunta Wijayadanu.

Nonton yuk ..!

Naskah dan foto: A. Sartono

Bale Karya Pertunjukan Seni

Latest News

  • 08-04-14

    Tata Titi Tatas Titi

    Wejangan bahasa Jawa tersebut selaras dengan manajemen modern. Efisiensi, ketelitian, ketepatan waktu dan sasaran, pengawasan dan kontrol, serta... more »
  • 08-04-14

    Jalan Magelang Dulu

    Sebelum tahun 1956 jalan ini dinamakan Jl Bulurejo, karena dulu di sisi timur jalan ini terdapat Kampung Bulu. Istilah bulu mengacu pada nama salah... more »
  • 08-04-14

    Rumata, Membuka Akse

    Sebuah rumah budaya bernama Rumata hadir di Makassar, yang diharapkan bisa menjadi tempat berbagi inisiatif komunitas seni di kota itu. Riri Riza... more »
  • 07-04-14

    Selayang Pandang Lan

    Judul : Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh  Penulis : H.M. Nur El Ibrahimy  Penerbit : Grasindo, 1993, Jakarta... more »
  • 07-04-14

    Ultah Sukra Kasih ke

    Pementasan ini menampilkan dalang muda dari Gamping, Sleman, yang bernama Ki Bayu Aji Nugroho. Ada pun lakon yang dipentaskan adalah Kaca Nagara.... more »
  • 07-04-14

    55 Tahun Sanggarbamb

    Yang selalu khas dari ulang tahun Sanggarbambu adalah suasana akrabnya. Tua-muda berbaur, duduk lesehan sambil mendengarkan musik, membaca puisi dan... more »
  • 05-04-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Pancen menawi dipun tandhingaken kaliyan jaman rumiyin, undha-usuk basa Jawi samenika langkung ringkes. Dene ing jaman rumiyin undha-usuk basa Jawi... more »
  • 05-04-14

    Jejak Pahlawan Nasio

    Hari besar tersebut untuk mengenang jasa-jasa besar dia yang berusaha memajukan pendidikan wanita agar setara dengan pria. Hal itu dilatarbelakangi... more »
  • 05-04-14

    Kesuksesan dan Kesej

    Orang Wuku Tolu kokoh pendiriannya, teliti, serius dalam pembicaraan dan sabar, namun sedikit sombong dan mau berbohong. Agar terhindar dari mara... more »
  • 05-04-14

    Sang Hyang Patuk Ber

    Banyak orang mengira bahwa anak nomor dua yaitu Sang Hyang Patuk dan anak nomor sembilan yaitu Batara Temboro lahir kembar, karena wajah keduanya... more »