Monoteater Burung Pak Lurah, Ambisi yang Berujung Gila
Author:editorTembi / Date:19-05-2014 / Jika monolog dapat tampil dengan setting dan property sangat minimal, bahkan seadanya, monoteater menuntut property dan setting lebih dari itu. Bagaimanapun karena pementasan ini hendak menampilkan suasana seperti yang dituntut dalam naskah (lakon).
Lurah Sarwidi Siswo Raharjo dan burung-burung kesayangannya
Monolog mungkin bukan merupakan jenis seni pertunjukan yang asing lagi. Namun monoteater, mungkin merupakan hal baru, yang diperkenalkan oleh Pusat Studi Kebudayaan UGM pada Jumat, 9 Mei 2014 di Gedung Pusat Kesenian Kebudayaan Hardjasoemantri, Bulaksumur.
Lakon yang dibawakan dalam pementasan itu adalah “Burung Pak Lurah” karya Habsari Banyu Jenar. Aktor dalam pementasan ini adalah Heddy Prasetyo. Bertindak sebagai koordinator arstistik adalah Retno Hermanto. Musik oleh Rio-Sinang. Pimpinan Produksi adalah Saeful Anwar dan penanggung jawab serta penyelaras adalah Dr Aprinus Salam. Pementasan didukung penuh oleh Tim Kreatif Pusat Studi Kebudayaan UGM.
Jika monolog dapat tampil dengan setting dan property sangat minimal, bahkan seadanya, monoteater menuntut property dan setting lebih dari itu. Bagaimanapun karena pementasan ini hendak menampilkan suasana seperti yang dituntut dalam naskah (lakon), maka setting dan property dibuat mendekati maksud dan pesan yang ada di dalam naskah.
Adegan Lurah Sarwidi menghadap dukun
Panggung di PKKH UGM dibuat dengan setting serba hitam dengan pintu di bagian tengah belakang panggung. Tiga sangkar burung menghiasi sisi kanan-kiri dan tengah panggung. Di samping itu beberapa meja dan kursi ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk pengadeganan di dalam rumah tokoh utama, rumah dukun, dan kamar praktek dukun. Selain itu ada pula bingkai yang digantung sebagai gambaran sebuah cermin besar.
Semua perlengkapan atau property tersebut dicat atau dibungkus dengan kain putih sehingga menjadi kontras dengan setting panggung. Pada sisi belakang juga tampak tirai transparan sebagai gambaran tentang setting tempat tidur.
Properti dan penataan setting demikian menjadi penting dalam monoteater karena kemampuan bermonolog akan kurang hidup jika aktor monolog tidak mampu masuk dan mendayagunakan semuanya dengan baik.
Adegan Lurah Sarwidi berkhotbah
di saat hari raya Idul Fitri
Burung Pak Lurah merupakan cerita yang menggambarkan tentang keinginan Lurah Sarwidi Siswo Raharjo yang ingin dipilih menjadi lurah kembali pada periode berikutnya. Untuk itu ia pun menghubungi seorang dukun agar mampu memuluskan cita-citanya. Dukun tersebut mempunyai seorang anak gadis yang bernama Jalidu. Lurah Sarwidi diam-diam berpacaran dengan Jalidu. Hal itu dilakukan Lurah Sarwidi karena perkawinannya dengan Retno Sarwidi Siswo Raharjo bukan merupakan perkawinan yang didasari atas cinta. Bahkan Rupiah yang merupakan anak keluarga Retno Sarwidi dan Lurah Sarwidi bukan merupakan benih biologis dari Lurah Sarwidi.
Lurah Sarwidi mencurahkan segala isi hati dan segala macam uneg-unegnya pada tiga burung peliharaannya yang diberi nama Surti, Jon, dan Jim. Burung-burung itulah obyek yang bagi Lurah Sarwidi dapat menjadi tumpuan keresahan hatinya.
Pengkhianatan semua orang di lingkungannya,
termasuk hewan-hewannya membuat Lurah Sarwidi gila
Dalam perjalannya Lurah Sarwidi ternyata ditipu oleh hampir semua orang di lingkungan terdekatnya. Istrinya ternyata berselingkuh dengan dukun yang dipercayainya. Selain itu istrinya ternyata juga berselingkung dengan adiknya yang bernama Ridwan. Bagi Lurah tersebut semua burungnya juga dianggap mengkhianatinya karena semua burung tersebut selama ini tahu tentang semua kejadian di dalam rumah tangganya namun tidak memberitahukannya. Lurah Sarwidi pun meledak dalam amarahnya. Semua diamuknya. Jalidu pun didampratnya karena ayah Jalidu menyelingkuhi istrinya. Semua burung dibantingnya bersama dengan sangkarnya.
Lurah Sarwidi demikian frustrasi dan depresi. Ia tidak mampu lagi mengontrol emosinya. Meledaklah jiwanya, Jebollah saraf kesadaran dan keseimbangannya. Ia menjadi gila. Ia marah yang semarah-marahnya. Adegan ditutup dengan nyanyian sorak-sorai yang mencibir Lurah Sarwidi yang telah menjadi gila.
“Asu ! Asu kabeh ! Semua buajingan ! Asu bajingaaan….. !”
Demikian teriak Lurah Sarwidi sambil lari pontang-panting di tengah jalan karena anak-anak terus menguntit dan menyorakinya.
Naskah dan foto: A. Sartono
Bale Karya Pertunjukan SeniLatest News
- 22-05-14
Calon Mono Durung Me
Pepatah ini mengajarkan kepada kita bahwa apa pun yang masih belum terjadi atau bersifat calon selalu saja memiliki kemungkinan untuk tidak terjadi... more » - 22-05-14
Deniar Titih Aldyan,
Deniar yang masih sekolah di SDN Loktabat 1 Kota Bantarbaru, Kalimantan Selatan, ini memainkan tokoh-tokoh wayang dengan cekatan dan lincah. Ditambah... more » - 22-05-14
Karya Arsitek Romo M
Karena lebih dari sekadar fisik, arsitektur Romo Mangun akan dapat dipahami dan dirasakan dengan lebih baik jika diikuti dengan membaca tulisannya... more » - 21-05-14
Situs Gunung Padang.
Judul : Situs Gunung Padang. Misteri dan Arkeologi Penulis : Ali Akbar Penerbit : Change Publication, 2014, Jakarta Bahasa... more » - 21-05-14
Membaca Puisi di Ten
Hujan pun bertambah deras. Puisi terus dibacakan. Bunyi hujan sekaligus menjadi musik bagi pembacaan puisi Sastra Bulan Purnama edisi ke-32 yang... more » - 21-05-14
Sanding Gendhing yan
Pertunjukan ini memberikan proses belajar kepada pengrawit-pengrawit cilik, supaya mengerti makna dari karawitan dan mengenal karakter dari alat... more » - 20-05-14
Retno Maruti, Tak Ke
Pertunjukan tari selain sebagai santapan mata, juga bisa menjadi santapan batin yang konon bisa membuat orang bisa berpikir lebih positif. Itu yang... more » - 20-05-14
Jangan Pernah Minder
Ponsel kini tak hanya sebatas alat komunikasi saja, ada puluhan merk ponsel yang siap memberikan hiburan bagi penggunanya. Bahkan mereka berlomba-... more » - 20-05-14
Sadapan Air Kamijoro
Pembangunan sadapan air ini ditandai dengan dikeluarkan izin pembuatan saluran irigasi dari Sungai Progo kepada Ir Julius Schmutzer oleh Sultan... more » - 19-05-14
Orang Wuku Galungan
Pekan ini Wuku Gulungan. Orang wuku ini tampan wajahnya, anteng tidak lelemeran atau tidak gampang jatuh ke dalam godaan, dan senang berdarma. Sikap... more »