Retno Maruti, Tak Kenal Maka Tak Sayang

Author:editorTembi / Date:20-05-2014 / Pertunjukan tari selain sebagai santapan mata, juga bisa menjadi santapan batin yang konon bisa membuat orang bisa berpikir lebih positif. Itu yang dirasakan maestro tari, Retno Maruti setiap melihat pertunjukan tari. Kenalilah tari lebih dalam maka ‘rasa’ itu akan datang dengan sendirinya.

Retno maruti, ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’, 4 Mei 2014
Retno masih aktif menari, 
foto: dok.padnecwara

Melihat geliat panggung pertunjukan yang kerap memasukan unsur tari tradisi membuat Retno Maruti lega, apalagi belakangan para penari yang dilihat masih berusia muda. Sebagai penari yang sudah menari hampir di sepanjang usianya, wajar jika ia menaruh rasa khawatir akan tari tradisi apalagi tari jawa klasik yang selama ini dianggap kuno dan membosankan akan hilang seiring berjalannya waktu.

Selain usahanya memberikan sentuhan ‘kebaruan’ dalam karya-karyanya, wanita yang pernah menerima gelar Kanjeng Mas Ayu (KMA) Kumalaningrum dari Raja Surakarta Paku Buwono XII ini berharap masyarakat juga memberikan dukungan kepada pertunjukan dan seni tari. “Tak kenal maka tak sayang, saya rasa itu juga yang dirasakan generasi muda sekarang. Mereka belum tahu banyak tentang kesenian tari,” paparnya saat ditemui Tembi di Teater Tanah Air beberapa waktu lalu.

Istri dari Arcadilus Sentot Sudiharto, yang juga seorang penari, ini juga tak ingin darah seni khususnya di bidang tari ini putus sampai dia saja, meski tidak mudah ia meregenerasikan ke anak bahkan sampai ke cucunya. “Dalam satu generasi itu biasanya tidak banyak yang muncul penari profesional. Satu dua orang saja sudah bagus, tapi saya masih bersyukur daripada tidak ada sama sekali,” ungkapnya.

Retno maruti, ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’, 4 Mei 2014
Retno Maruti masih cantik di usianya sekarang, 
foto: soloraya.com

Selain mengajar di Institut Kesenian Jakarta, Retno bersama sanggar tarinya, Padnecwara yang sudah berusia 38 tahun terus melakukan inovasi-inovasi dalam pembuatan karya. Mereka mengajak dan mendidik generasi muda untuk mencintai seni Jawa melalui tari Jawa gaya Surakarta. Salah satu wujud dari karyanya adalah pentas bertajuk ‘Abimanyu Gugur’ di Gedung Kesenian Jakarta pada Maret 2014. Pentas ini terinspirasi dari karya sastra ‘Nostalgia’ karya Danarto.

Retno maruti, ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’, 4 Mei 2014
Poster pertunjukan 38 Tahun Padnecwara, 
foto: dok.padnecwara

“Saya optimis masih banyak penari yang akan melanjutkan tari Jawa Klasik ini, walaupun saya sempat khawatir banyak penari muda yang memilih tari kontemporer. Namun disamping itu kita juga butuh generasi pemikir, yang mau memikirkan, mengalami dan merasakan, agar mereka tahu bagaimana caranya melestarikan kesenian ini, dan saya selalu siap membuka diri untuk berdiskusi tentang ini,” kata Retno.

Temen nan yuk ..!

Naskah & foto 
Natalia S
 

Teman

Latest News

  • 23-05-14

    Ada Mastodon di Muse

    Di museum yang terletak di Jalan Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta ini, para pelajar dan masyarakat dapat belajar berbagai koleksi yang berkaitan... more »
  • 23-05-14

    Konser Gala Orkes Ma

    Tahun ini, ‘Gala Concert’ kembali terasa spesial karena rekan-rekan mahasiswa dipimpim oleh konduktor tamu dari Jepang, Kanako Abe dan host konduktor... more »
  • 23-05-14

    Perbincangan Tentang

    Sebagai kota kecamatan, Lasem masih ramai. Bahkan bisa dikatakan kota kedua teramai setelah Ibukota Kabupaten Rembang. Pilihan kata Tiongkok Kecil... more »
  • 22-05-14

    Calon Mono Durung Me

    Pepatah ini mengajarkan kepada kita bahwa apa pun yang masih belum terjadi atau bersifat calon selalu saja memiliki kemungkinan untuk tidak terjadi... more »
  • 22-05-14

    Deniar Titih Aldyan,

    Deniar yang masih sekolah di SDN Loktabat 1 Kota Bantarbaru, Kalimantan Selatan, ini memainkan tokoh-tokoh wayang dengan cekatan dan lincah. Ditambah... more »
  • 22-05-14

    Karya Arsitek Romo M

    Karena lebih dari sekadar fisik, arsitektur Romo Mangun akan dapat dipahami dan dirasakan dengan lebih baik jika diikuti dengan membaca tulisannya... more »
  • 21-05-14

    Situs Gunung Padang.

    Judul : Situs Gunung Padang. Misteri dan Arkeologi  Penulis : Ali Akbar  Penerbit : Change Publication, 2014, Jakarta  Bahasa... more »
  • 21-05-14

    Membaca Puisi di Ten

    Hujan pun bertambah deras. Puisi terus dibacakan. Bunyi hujan sekaligus menjadi musik bagi pembacaan puisi Sastra Bulan Purnama edisi ke-32 yang... more »
  • 21-05-14

    Sanding Gendhing yan

    Pertunjukan ini memberikan proses belajar kepada pengrawit-pengrawit cilik, supaya mengerti makna dari karawitan dan mengenal karakter dari alat... more »
  • 20-05-14

    Retno Maruti, Tak Ke

    Pertunjukan tari selain sebagai santapan mata, juga bisa menjadi santapan batin yang konon bisa membuat orang bisa berpikir lebih positif. Itu yang... more »