‘Kulepas Dia Terbang’ Ke Malaysia
Author:editorTembi / Date:21-11-2014 / Lagu puisi tersebut dipentaskan di acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-38, yang diselenggarakan Senin malam 10 November 2014 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Dadofe hanya menggubah satu puisi menjadi lagu, dan dinyanyikan secara duet oleh Daladi dan Feryna.
Feryna
Irwan Abu Bakar, penulis puisi berjudul ‘Kulepas Dia Terbang’, yang terkumpul dalam antologi puisi “Peneroka Malam’, memang telah terbang kembali ke Malaysia melalui Bandara Adisucipta, Yogyakarta. Puisi tersebut digubah menjadi lagu oleh kelompok musik Dadofe, kependekan dari Daladi, Doni dan Feryna. Daladi memetik gitar, Doni memainkan biola dan Feryna sebagai vokal.
Lagu puisi tersebut dipentaskan di acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-38, yang diselenggarakan Senin malam 10 November 2014 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Dadofe hanya menggubah satu puisi menjadi lagu, dan dinyanyikan secara duet oleh Daladi dan Feryna.
Anggap saja mereka sedang memulai bersama mengolah puisi menjadi lagu. Karena baru pertama kali bersama pentas, jadi belum ada yang khas dari penampilannya. Petikan gitar Daladi memang belum terasa lembut, namun nadanya terdengar pas, dan ditingkahi gesekan biola Doni. Maka dua alat musik berpadu saling mengisi, dan petikan gitar Daladi terasa semakin kurang lembut.
Tentu saja, bukan karena petikan gitarnya, melainkan lebih pada gitarnya yang, barangkali perlu ganti yang baru sehingga jemari Daladi bisa semakin lincah menari. Dua permainan alat musik itu diwarnai suara vokal dari Feryna, rasanya seperti sedang di pub mendengarkan seorang penyanyi mengalunkan lagu.
Puisi ‘Kulepas Dia Terbang’ mengalun melalui suara Daladi dan Feryna. Bulan purnama yang menjadi penanda acara tidak menampakan diri karena cuaca mendung. Penampilan kelompok musik Dadofe ini mengisi malam yang dingin dalam acara Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan tiap bulan Oleh: Tembi Rumah Budaya.
Ketiga pemain itu kelihatan mantap, dan tak berhenti pemtas di Sastra Bulan Purnama. Karena pada pagi harinya, setelah dari Tembi, acara dilanjutkan diskusi mengupas novel Meja 17 karya Irwan Abu Bakar di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Dadofe kembali mengisi dengan membawakan lagu ‘Kulepas Dia Terbang’.
Ketiganya bisa dikatakan spontan untuk bersama dan mengolah puisi menjadi lagu. Sesudahnya ketiganya akan ‘dilepas terbang’ untuk mengalunkan lagu dengan garapan yang lebih aduhai.
Musikalisasi puisi memang bukan hal yang baru di dunia sastra. Karena itu mengolah puisi untuk menjadi lagu, perlu mencari terobosan baru agar tidak mengulangi yang sudah dilakukan para pendahulunya. Dengan demkian musikalisasi puisi menemukan penafsiran baru, dan bukan hanya baru pada penambahan alat, melainkan lebih pada penafsiran, hal inilah yang menjadi tantangan dari Dadofe.
Berikut kutipan puisi berjudul ‘Kulepas Dia Terbang’ karya Irwan Abu Bakar, yang dinyanyikan oleh Dadofe.
Kelompok musik Dadofe: Daladi, Dini Feryna
KULEPASKAN DIA TERBANG
(untuk Dinie dengan rindu)
Dia yang baru penuh bulu sayapnya itu
perlu terbang tinggi mengejar kedewasaan
lalu aku lepaskan dia terbang pergi, terbang tinggi
walau dengan ragu, walau dengan rawan.
Kulepaskan, kulepaskan dia terbang pergi
biar kukuh bulu dan sayap
biar utuh cengkam dan cerap
biar tentu layang dan layap walau dengan ragu,
walau dengan rawan.
Kulepaskan, kulepaskan dia terbang tinggi
biar kukuh bulu dan sayap
biar utuh cengkam dan cerap
biar tentu layang dan layap
biar tahu timur dan barat.
Kulepaskan, kulepaskan dia terbang tinggi
kerana dia anak lelaki
tepisnya bernama tanggungjawab
terjahnya bernama jihad.
Aku menanti tanpa mengharap
kecuali doa di hari-hari pergi.
Nonton yuk ..!
Ons Untoro
Foto: Sartono
Latest News
- 02-12-14
Membincangkan Puisi
Wayang mungkin memang bukan hal asing bagi Gunawan Maryanto sebagai orang Jawa sekaligus yang berkecimpung di dunia pedalangan. Oleh karenanya karya... more » - 02-12-14
Theresia berbicara t
Lewat karya seni grafisnya yang dipamerkan di Bentara Budaya, Jakarta, pada 21-30 November 2014, Theresia Agustina Sitompul memanfaatkan karbon... more » - 02-12-14
Sri Sultan Hamengkub
Sri Sultan HB VIII berkunjung ke penerbit ini sekitar tahun 1936—1937. Kunjungannya diberitakan Majalah Kajawen No 14 tanggal 17 Februari 1937. Pada... more » - 01-12-14
KOLABORASI BUDAYA DA
Penonton terhibur dan menikmati serangkaian gerak tari yang lincah serta energik khas Didik Nini Thowok. Ia memadukan tari topeng khas Indonesia... more » - 01-12-14
Safari Gebyar Museum
Usai sudah kegiatan safari Gebyar Museum 2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY bersama 6 museum anggota Barahmus DIY. Kegiatan safari... more » - 01-12-14
Nasihat Tanpa Terkes
Buku ini bisa dijadikan bacaan penghibur hati, sekaligus untuk belajar tembang macapat. Melalui tembang-tembang tersebut seseorang memperoleh... more » - 29-11-14
Prajurit Keraton Kas
Berdasarkan hirarkhi keprajuritan keraton, di bawah Komandan (Kumendham) ada Pandhega (Kapten). Sebutan kalenggahan dari Pandhega adalah Bupati Enem... more » - 29-11-14
Orang Jumat Pon Cepa
Orang kelahiran Jumat Pon hatinya baik, kalau bicara berusaha tidak menyakiti orang lain, mendambakan kerukunan dan kedamaian keluarga dan saudara,... more » - 29-11-14
Pasinaon Basa Jawa K
Ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k = bahasa... more » - 29-11-14
Kebo Bule Nongol Pad
Konon ketika Paku Buwono II berniat memindahkan Keraton Kartasura, ia mempercayakan kepada kebo bule, yang sudah beranak pinak, untuk menemukan... more »