Prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta (4)

Author:editorTembi / Date:19-01-2015 / Kesatuan prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta yang lain adalah Dhaeng. Struktur prajurit ini terdiri atas dua orang panji yakni Panji Parentah dan Panji Andhahan, satu orang pembawa panji-panji dan dua orang sersan, prajurit pembawa senapan serta prajurit pembawa tombak.

Prajurit Dhaeng pembawa tombak, difoto: 05 Oktober 2014, foto: a.barata
Prajurit Dhaeng pembawa tombak

Kesatuan prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta yang lain adalah Dhaeng. Struktur prajurit ini terdiri atas dua orang panji yakni Panji Parentah dan Panji Andhahan, satu orang pembawa panji-panji dan dua orang sersan, prajurit pembawa senapan serta prajurit pembawa tombak.

Nama dwaja (klebet/bendera) dari Bregada Prajurit Dhaeng adalah Bahningsari. Warna dasarnya putih dengan bagian tengahnya terdapat pola hias berbentuk bintang bersudut delapan. Pola hias ini berwarna merah. Kesatuan Prajurit Dhaeng memiliki tombak lambang kesatuan yang dinamakan Kanjeng Kyai Jatimulya dan ber-dhapur Dhoyok.

Seragam pakaian untuk Panji (Lurah) adalah topi mancung (berbentuk seperti kelopak/tutup bunga kelapa) berwarna hitam dengan model tempelangan dan berhiaskan bulu-bulu berwarna putih, blangkon berwarna hitam wulungdengan bentuk kamicucen. Baju yang dikenakan adalah baju sikepanberwarna putih, di dadanya tumpal berwarma merah. Bagian lengan diberi strip berwarna merah.

Srempang (selempang) berwarna kuning keemasan menyilang ke arah kanan dan dilengkapi dengan krega di bagian belakang. Selain srempang berwarna kuning keemasan ada pula srempang buntal yang merupakan kombinasi dari warna merah, kuning, hijau, dan biru dimana srempang buntal disilangkan ke arah kiri. Pada zaman dulu srempang yang menyilang ke arah kiri ini sebenarnya berupa rangkaian dari buah-buahan.

Lonthong (semacam sabuk/stagen) bermotif cindhe dengan kamus (epek) berbordir kuning emas dikenakan di luar baju sikepan. Keris yang dikenakanberwarangka gayaman dengan oncen dan dikenakan di lonthong sisi depan sebelah kiri dan miring ke arah kanan luar.

Prajurit Dhaeng pembawa senapan/senjata api, difoto: 05 Oktober 2014, foto: a.barata
Prajurit Dhaeng pembawa senapan/senjata api

Celana yang dikenakan adalah celana pantalon panjang berwarna putih dengan strip berwarna merah di kanan dan kiri bagian luar. Selain itu juga mengenakan sayak berwarna merah dengan strip kuning melengkung bersudut tiga (kencongan tiga). Sepatu yang dikenakan adalah sepatu kulit berwarna hitam dang bertali, serta kaus kaki berwarna putih.

Pakaian Prajurit Dhaeng pembawa panji-panji hampir sama dengan pakaian yang dikenakan Panji (lurah) dalam kesatuan ini. Hanya saja Prajurit Dhaeng pembawa panji-panji tidak membawa pedang karena sudah membawa panji-panji.

Prajurit berpangkat sersan dalam Bregada Prajurit Dhaeng mengenakan seragam seperti yang dikenakan prajurit Panji. Perbedaannya terletak pada bulu-bulu pada topi berwarna merah-putih. Srempang berwarna merah menyilang di dada dan di punggung dilengkapi dengan wadah peluru (krega) berwarna merah di belakang samping kanan. Lonthong yang dikenakan oleh prajurit berpangkat sersan ini juga bermotif cindhe, hanya saja kamus (epek) yang dikenakan polos hitam (tidak berbordir). Lonthong dan kamus ini dikenakan di luar baju sikepan. Sersan ini mengenakan keris berwarangka gayaman sebagai kelengkapan busananya. Cara sersan mengenakan disebut dengan gaya (cara) dianggar di samping kiri.

Selain prajurit yang berpangkat seperti yang disebutkan di atas, ada pula prajurit berpangkat jajar di dalam kesatuan Prajurit Dhaeng. Pakaian Prajurit Jajar mengenakan lonthong berwarna biru polos dengan kamus (epek) polos berwarna hitam dan dikenakan di luar baju. Prajurit Dhaeng berpangkat jajar tidak mengenakan sayak kencongan segi tiga. Prajurit Dhaeng yang membawa senjata berupa senapan (senjata api) disebut sebagai Prajurit Dhaeng Sarageni.

Ada pula Prajurit Dhaeng Sarahasta, yakni prajurit pembawa tombak. Di dalam kesatuan prajurit ini juga terdapat prajurit berpangkat sersan dan jajar. Sersan (Wirawredha) Prajurit Dhaeng mengenakan seragam seperti yang dikenakan Sersan Sarageni. Perbedaannya, baju sikepan dikenakan di luar menutupi kamus dan lonthong, tidak memakai srempang, mengenakan bara cindhe kiri dan kanan. Keris yang dikenakan berwarangka branggah/ladrang dan memakai oncen serta diselipkan di bagian belakang tidak dikewal.

Prajurit Dhaeng berpangkat Lurah sedang keluar dari Sitihinggil bersama pasukannya, difoto: 05 Oktober 2014, foto: a.barata
Prajurit Dhaeng berpangkat Lurah sedang keluar dari 
Sitihinggil bersama pasukannya

Prajurit Dhaeng berpangkat jajar mengenakan seragam seperti yang dikenakan Sersan Sarahastra. Hanya saja lonthong (sabuk) yang dikenakan polos berwarna biru. Kamus (epek) yang dikenakan juga polos berwarna hitam, tidak memakai bara, sayak kencongan segitiga berwarna putih dan keris berwarangka branggah (ladrang) dengan oncen, diselipkan di pinggang belakang bagian kanan.

Musik pengiring (unen-unen) terdiri dari satu buah tambur (genderang) yang dipegang oleh orang yang di beri nama Mas Nititengara, satu buah seruling oleh Mas Nitipermuni, satu buah ketipung dipegang oleh Mas Nitisanjaya, satu buah dhodhog dipegang oleh Mas Nitipranjana, satu buah bendhe besar dipegang oleh Mas Nitibremara, satu buah bendhe kecil dipegang oleh Mas Nitigumita, kecer dipegang oleh Mas Nitiruntika, dan pui-pui (dermenan) dipegang oleh Mas Nitiprengawit. Iringan gendhing untuk Prajurit Dhaeng ada dua, yaitu Kenaba untuk lampah macak, dan Ondhal Andhil untuk lampah mars (cepat).

Ke Yogya yuk ..!

ASartono 
foto: A. Barata
sumber: Ir. H. Yuwono Sri Suwito, M.M., 2009, Prajurit Kraton Yogyakarta: Filosofi dan Nilai Budaya yang Terkandung di Dalamnya, Yogyakarta: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta pada tahun.

Yogyakarta Yogyamu

Latest News

  • 20-01-15

    Kyai Sorogeni Diyaki

    Kedatangan Kyai dan Nyai Sorogeni di wilayah Banaran ini dengan maksud untuk mendita (hidup layaknya seperti pendeta), yakni meninggalkan... more »
  • 20-01-15

    Kamus Jawa-Belanda,

    Salah satu koleksi buku lama di Perpustakaan Tembi adalah buku tentang kamus bahasa Jawa-Belanda, dan sebaliknya. Buku terbitan tahun 1931 ini masih... more »
  • 20-01-15

    Maria Pratiwi Jatuh

    Maria menjadi harpanis muda Indonesia yang berhasil mencapai sertifikat skor tertinggi dari Royal School of Music dari tahun 2008 sampai 2011. Selain... more »
  • 19-01-15

    50 Years of Blessing

    Avip Priatna adalah salah satu konduktor yang sejak 1995 telah berkontribusi membawa harum nama Indonesia dengan memenangkan beragam kompetisi paduan... more »
  • 19-01-15

    Asean Youth Center,

    Sebuah ruang yang diharapkan bisa menginspirasi dan mengembangkan kreativitas generasi muda sedang dibangun, rencananya akan ada 100 Asean Youth... more »
  • 19-01-15

    Ludruk Budhi Wijaya,

    Selain sebagai pengungkapan suasana kehidupan masyarakat, ludruk juga dapat berfungsi sebagai penyaluran kritik sosial, dan sekaligus sebagai hiburan... more »
  • 19-01-15

    Prajurit Keraton Kas

    Kesatuan prajurit Keraton Kasultanan Yogyakarta yang lain adalah Dhaeng. Struktur prajurit ini terdiri atas dua orang panji yakni Panji Parentah dan... more »
  • 17-01-15

    Mengenang 100 Hari,

    Sejumlah teman Bakdi Sumanto, termasuk murid-muridnya akan membacakan karya-karya Bakdi Sumanto baik berupa puisi maupun cerpen. Bahan-bahan yang... more »
  • 17-01-15

    Kisah Pujangga Walmi

    Usman Effendi, dalam buku ini tidak hanya menulis tentang kisah Rama dan Sita saja, tetapi juga latar belakang pujangga Walmiki menciptakan epos... more »
  • 17-01-15

    Menjelajah ke Museum

    Museum Radya Pustaka Surakarta termasuk salah satu tempat wisata budaya yang sudah lama ada. Museum ini berdiri pada 28 Oktober 1890 atau hampir... more »