Setelah 35 Tahun Tari Srimpi Rangga Janur Dipentaskan Kembali
Author:editorTembi / Date:03-06-2014 / Kisah Srimpil Rangga Janur, mengambil cerita dari Mahabarata, yang menggambarkan pertarungan antara Dewi Srikandi melawan Dewi Larasati. Iringan untuk pertunjukan tari ini menggunakan gamelan laras slendro. Durasi dari pertunjukan tari ini sekitar 90 menit.
Para penari srimpi dan pengiring
Setelah 35 tahun tari ‘Srimpi Rangga Janur’ kembali dipentaskan. Pada Jumat malam 23 Mei 2014 di nDalem Tejokusuman, jalan KH Wahid Hasyim, Yogyakarta, perkumpulan tari Kridha Beksa Wirama, yang didirikan oleh GBH Tedjokusuma dan BPH Sorjodingrat pada tahun 1918, mementaskan tarian tersebut.
Pertunjukan ini merupakan program rekonstruksi karya tari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang diselenggarakan Taman Budaya Yogyakarta bersama Kridha Beksa Wirama, dan memilih tari ‘Srimpi Rangga Janur’ versi Hamengku Buwana VIII sebagai bahan rekonstruksi, bukan versi Hamengku Buwana VII.
Dipilihnya tari Srimpi Rangga Janur untuk direkonstruksi, karena tari klasik ini sudah lama tidak dipentaskan. Selain itu, tari srimpi ini memiliki beberapa keunikan dari pola susunan gerak, serta iringan yang menggunakan kemanak.
Ndalem Tejokusuman, yang dipilih sebagai arena pertunjukan tari adalah tempat Kridha Beksa Wirama didirikan dan sebagai ruang aktivitas perkumpulan tari ini. Ndalem ini sekarang sudah dimiliki oleh orang lain, dan KBW, kependekan dari Kridha Beksa Wirama tidak memliki tempat seperti dulu untuk berlatih.
Rumah besar itu sekarang dibiarkan kosong dan tidak terawat. Malam itu, pada saat pementasan tari Srimpi Rangga Janur, terlihat banyak pengunjung datang. Halaman yang terletak di sekitar pendapa dipakai untuk parkir sepeda motor dan mobil.
Kisah Srimpil Rangga Janur, mengambil cerita dari Mahabarata, yang menggambarkan pertarungan antara Dewi Srikandi melawan Dewi Larasati. Iringan untuk pertunjukan tari ini menggunakan gamelan laras slendro. Durasi dari pertunjukan tari ini sekitar 90 menit.
Tari Srimpi Rangga Janur dimainkan oleh penari perempuan. Tetapi pertunjukan tidak menyajikan peperangan laiknya dalam pertunjukan laga, melainkan keindahan dari gerak tari srimpi yang menyimpan falsafah perang yang disajikan.
Sri Eka Kusumaning Ayu, ketua pelaksana program menyebutkan bahwa Taman Budaya Yogyakarta sepanjang tahun 2014 melakukan rekonstruksi tiga tarian klasik, yang, jarang atau bahkan tidak pernah lagi dipentaskan di hadapan publik. Ketiga tari itu ialah Srimpi Rangga Janur, Angguk Putra, dan tari Jathilan Jago.
Salah satu adegan tari Srimpi Rangga Janur
Kridha Beksa Wirama, yang didirikan 17 Agustus 1918, merupakan perkumpulan tari klasik gaya Yogyakarta pertama yang didirikan di luar tembok Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sejak saat itu masyarakat luas bisa menikmati pertunjukan tari klasik gaya Yogyakarta, yang sebelumnya hanya dipentakan di dalam keraton.
KRT Agus Istianto Nagara, juru bicara KBW mengatakan, sejak awal berdiri, meski jumlahnya tidak banyak, Kridha Beksa Wirama memiliki siswa dari negeri asing seperti Amerika, Rusia, Thailand,, Tiongkok, Maroko, Belanda. bahkan Mrinalini, penari terkenal dari India pada tahun 1929 pernah menjadi siswa di KBW.
‘Sampai tahun 1947 KBW telah mendidik 521 siswa perempuam dan 3.196 siswa laki-laki dalam olah tari,” kata Agus Istianto Nagara.
Kridha Beksa Wirama, lanjut Agus Istianto, telah melahirkan penari-penari hebat, seperti Gusti Nurul (putri Mangkunegara VII), Natagara, Poerbacaraka, Priyono (Menteri P dan K), Prof Dr Koentjaraningrat, R Suyadi Hadisuwanto (tokoh Taman Siswa), Sudarsa Pringgabrata, Prof RM Wisnu Waedhana, Sutamba Jagabrata, Basuki Kuswarga, Bagong Kussudiarja, Prof Dr RM Soedarsana.
“Masih ada sejumlah penari lain, yang sekarang masih aktif dan ada yang menjadi pengajar tari,” kata Agus Istianto.
Ons Untoro
Foto: Eko Nuryono
Latest News
- 07-06-14
Patung Prajurit Pata
Kesatuan/bregada prajurit ini mula-mula dibentuk pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I (1755-1792). Jumlah personilnya 40 orang. Oleh... more » - 07-06-14
Hari Keberuntungan O
Bencana bagi orang Wuku Mandasiya adalah terkena senjata tajam dan kebakaran. Agar terhindar dari marabahaya, orang wuku Mandasiya perlu membuat sega... more » - 07-06-14
Wajah Baru Museum Ko
Suasana Museum PWI yang menempati satu kompleks dengan Balai Srikandi ini, sekarang tampak begitu bagus, asri, dan nyaman. Pintu masuk menghadap ke... more » - 07-06-14
Rakyat Jawa Timur Me
Judul : Rakyat Jawa Timur Mempertahankan Kemerdekaan. Jilid 1 Penulis : Dra. Irna H.N. Hadi Soewito Penerbit : Grasindo, 1994,... more » - 06-06-14
Puro Pakualaman Yogy
Setiap hari Minggu pekan ke-2 dan ke-4 dalam sebulan, di halaman Sewandanan Puro Pakualaman Yogyakarta, yang berlokasi di Jalan Sultan Agung, selalu... more » - 06-06-14
Nola Be3 Turunkan Ba
Penyanyi Be3, Riafinola Ifanisasi alias Nola tak pernah dengan sengaja mengarahkan putrinya, Naura, untuk serius di dunia tarik suara. Bakat itu... more » - 06-06-14
Salah Satu Pramuka I
Pramuka-pramuka kecil ini memang sengaja diajak ke Tembi supaya pengetahuan mereka semakin lengkap. Bukan hanya soal belajar sandi, baris-berbaris,... more » - 06-06-14
Yen Pinuju Bungah El
Pepatah ini mengajarkan bahwa kehidupan manusia bisa dipastikan selalu diikuti oleh dua hal yang sifatnya seperti bertentangan, namun keduanya... more » - 05-06-14
Menjelajah Majapahit
Tak perlu pergi jauh ke Rijks Museum di Amsterdam untuk melihat arca Maharesi Agastya, di Indonesia kita bisa melihatnya dengan simulasi virtual yang... more » - 05-06-14
Monolog ‘Jual Ubat’
Pertunjukannya sarat kritik sosial, dan permainannya bersahaja, tetapi terlihat dia memiliki kemampuan keaktoran. Khalid sedang melakukan penyadaran... more »