Seni Fotografi dalam Pameran Hisfa

Author:editortembi / Date:29-03-2014 / Meski ada kata amatir dalam perkumpulan ini, tetapi sesungguhnya para kreatornya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan teknis dalam fotografi, dan sudah mempunyai pengalaman seperti Agus Leonardus, Risman Marah, Aries Liem, Doni Fitri dan lainnya.

Wajah, karya Aries Liem dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, dalam pameran foto Hisfa, foto: Ons Untoro
Wajah, karya Aries Liem

Hisfa, kependekan dari Himpunan Seni foto Amatir, menggelar pameran fotografi yang diberi tajuk ‘The Work Without Border #2’, 21-29 Maret 2014 di Bentara Budaya, jl Suroto, Kotabaru, Yogyakarta. Pameran menyajikan 25 karya dalam beragam obyek foto.

Meski ada kata amatir dalam perkumpulan ini, tetapi sesungguhnya para kreatornya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan teknis dalam fotografi, dan sudah mempunyai pengalaman seperti Agus Leonardus, Risman Marah, Aries Liem, Doni Fitri dan lainnya.

Foto-foto yang dipamerkan memang bisa mengejutkan bagi orang lain, yang terbiasa memahami karya foto sebagai kerja dokumentasi, yang hanya sekadar mendokumentasikan peristiwa, lebih-lebih karya foto yang hanya, sekali lagi hanya, untuk menampilkan dirinya sendiri.

Sebagian dari karya Hisfa ini menyajikan seni fotografi yang menyerupai seni lukis, atau setidaknya menghadirkan imajinasi bagi publik yang melihatnya.

Mengambil obyek foto memang tidak sekadar merekam, tetapi selalu ada ide di belakangnya. Ada pemikiran yang menyertai, sehingga merasa perlu mengambil obyek yang dilihatnya. Sebab ada banyak obyek di sekitar kita, tetapi tidak semua diambil. Kerja fotografi memang ‘tidak dibingkai’, melainkan melompati, maka tema yang disertakan ‘The Work Without Border’ terasa tepat bagi kerja fotografer.

Bencana Gunung Kelud, karya Risman Marah dalam pameran foto Hisfa di Bentara Budaya Yogyakarta, foto: Ons Untoro
Bencana Gunung Kelud, karya Risman Marah

Foto yang berjudul “Wajah” karya Aries Liem, menyajikan garis-garis yang memberi kesan abstrak, tetapi jika dilihat secara teliti, garis-garis itu membentuk wajah. Hanya saja tidak bisa ditebak wajah siapa, juga bukan wajah Aries Liem. Karya ini mengambil obyek yang cerdas, dan terlihat sekali bahwa Liem telah melompati batas.

Karya fotonya mirip sekali sebagai seni lukis, dan ini artinya Liem menempatkan karya fotografi sebagai karya seni, bukan sekadar kerja dokumentatif. Melalui fotografi, agaknya, Liem sedang menciptakan karya lukis.

Lain lagi dengan Risman Marah, yang menyajikan karya dengan judul “Bencana Gunung Kelud”. Dari judulnya kita membayangkan bahwa Risman akan menyajikan Gunung Kelud sedang meletus. Tetapi Risman menyajikan karya lain, obyeknya tidak terlihat jelas, dan warna biru menyelimuti.

Kita menduga, bencana gunung kelud yang sampai di Yogya adalah abunya yang tebal, dan dengan indahnya imajinasi abu diproduksi Risman melalui karya fotografi. Namun, dia tidak mengambil obyek abu yang tebal, tetapi imajinasi Risman melayang jauh, dan sampailah pada warna biru: jauh yang kita lihat adalah warna biru.

Foto yang lain berjudul ‘Simalakama’ karya Bertie Laurens. Obyek foto ini juga tidak mudah ditemukan di sembarang tempat, atau mungkin malah tidak ditemukan. Maka, Bertie, rasanya, menciptakan obyek yang kemudian diintip dari balik kamera: klik!. Maka, jadilah seni fotografi karya Bertie Laurens.

Seperti halnya karya Aries Liem, karya Bertie Laurens menyerupai karya seni lukis, yang menyajikan imajinasi surealis. Pada karyanya, warna merah dari semangka bisa menghadirkan imajinasi peristiwa, apalagi pada bentuk buah semangka itu, yang bisa dibayangkan sebagai kepala, menancap jarum suntik.

Simalakama, karya Bertie Laurens dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta pada pameran foto Hisfa, foto: Ons Untoro
Simalakama, karya Bertie Laurens

Pada karya Bertie Laurens, kita seperti diajak masuk dalam kehidupan yang getir sekaligus miris, tetapi sebagai karya tidak meninggalkan keindahan.

Rasanya, unsur keindahan pada pameran foto Hisfa ini tidak ditanggalkan. Dari pameran ini, misalnya, kita bisa melihat keindahan foto Prambanan yang diambil dari atas sehingga terlihat hamparan Prambanan. Atau juga foto yang menyajikan ikan lumba-lumba melompat dari laut. Pada foto ini, tentu, momentum tidak bisa dilepaskan.

Dari pamerann foto Hisfa, kita semakin diyakinkan bahwa kerja fotografi bukan sekadar kerja dokumentatif, tetapi sebuah kerja kreatif yang tak henti-hentinya menerobos batas, sehingga kebebasan kreatif menyertainya.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Peristiwa budaya

Post new comment

Latest News

  • 29-03-14

    Joglo Kweden Pernah

    Sejak tahun 1960-an di tempat ini secara rutin diselenggarakan upacara merti dusun, namun selama dekadea 1970-an vakum. Merti dusun Dusun Kweden... more »
  • 29-03-14

    Hari Sangat Baik bag

    Orang Wuku Kurantil teguh pendiriannya, rajin, disenangi banyak orang, namun boros dan tidak dapat dijadikan pelindung. Agar terhindar dari mara... more »
  • 29-03-14

    Seni Fotografi dalam

    Meski ada kata amatir dalam perkumpulan ini, tetapi sesungguhnya para kreatornya adalah orang-orang yang memiliki kemampuan teknis dalam fotografi,... more »
  • 29-03-14

    Tari Gatotkaca Gandr

    Tari ini ingin menunjukkan sisi romantisme Gatotkaca yang selalu diidentikkan dengan ksatria yang gagah perkasa di medan perang. Penggambaran profil... more »
  • 28-03-14

    Empat Keris Tangguh

    Kerajaan Galuh termasuk salah satu kerajaan yang pernah ada dan terkenal di Jawa Barat. Itulah sebabnya, kerajaan ini juga menghasilkan produk-produk... more »
  • 28-03-14

    Sumur Sinaba

    Sumur sinaba sesungguhnya ingin menggambarkan tentang orang yang selalu menjadi tujuan orang lain untuk diminta pertolongan. Artinya orang yang... more »
  • 27-03-14

    ‘Pesta Rakyat’ dalam

    Karya seni patung yang dipamerkan ini masing-masing mengundang imajinasi yang berbeda, sehingga ketika kita memasuki ruang pamer Taman Budaya... more »
  • 27-03-14

    Upacara Wiwit dan Pa

    Upacara Wiwit ini biasa dilakukan pada hari tertentu yang “jatuhnya” dimaknai sebagai baik sesuai dengan perhitungan hari dan pasaran Jawa. Setelah... more »
  • 27-03-14

    Dari Moloku Kie Raha

    Judul : Dari Moloku Kie Raha hingga Negara Federal. Biografi Politik Sultan Ternate Iskandar Muhammad Djabir Sjah  Penulis : Irza Arnyta... more »
  • 26-03-14

    Jalan Parangtritis:

    Perubahan nama Jl Danunegaran menjadi Jl Parangtritis terjadi sejak tanggal 7 Oktober 1956. Nama Jl Parangtritis tidak lagi hanya sepanjang jalan... more »