Membaca Jejak Chairil Anwar
Author:editorTembi / Date:29-04-2015 / Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu untuk memeriahkan acara itu. Beberepa sajak Chairil Anwar, seperti “Aku’, “Isa’ dan lainnya dibacakan secara bergantian.
Kedung Dharma
Setiap 28 April, kita seperti diingatkan pada Chairil Anwar. Karena pada tanggal dan bulan itu, tepatnya 28 April 1949, penyair pelopor Angkatan 45 itu meninggal, tetapi namanya sampai sekarang tak berhenti disebut. Chairil seperti terus hidup.
“Membaca Jejak Chairil Anwar” merupakan tajuk acara untuk mengenang Chairil Anwar, yang diselenggarakan Senin malam 27 April 2015 di ‘Rumah Seni Kumpul-kumpul’, Karangnongko RT 10, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu untuk memeriahkan acara itu. Beberepa sajak Chairil Anwar, seperti “Aku’, “Isa’ dan lainnya dibacakan secara bergantian.
Adi Wicaksono, penyair yang tinggal di Jakarta dan kebetulan ada di Yogya, membacakan puisi karya Chairil Anwar yang berjudul “Isa’. Pembaca yang lain, misalnya penyair Fauzie Absal, pemain karawatian Pardiman, pertunjukan musik TM-On dan pidato kebudayaan dari penyair Yogya, semasa Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paranggi, yakni Iman Budhi Santosa.
Penyair muda Kedung Dharma Romansa, tampil membaca puisi “Aku” karya Chairil Anwar dengan diiringi biola yang dimainkan oleh Doni. Keduanya, Kedung dan Doni mengolah puisi Chairil seperti dalam lagu rap, sehingga puisi ‘Aku’ seperti hidup di era anak-anak muda kini, dan tidak dalam atmosfir perjuangan.
‘Membaca Jejak Chairil Anwar’ seperti ‘menghidupkan’ kembali Chairil. Karena dia mati muda, dan generasi yang mengenang Chairil, adalah generasi yang tidak mengenal kehidupan Chairil, tetapi mengenali karya-karyanya.
Adi Wicaksono
Maka, ketika dalam acara ini, ada yang memberikan sedikit kisah mengenai Chairil Anwar seperti pernah dituturkan oleh sahabatnya, seperti HB. Yasin, rasanya memberikan imajiansi masa hidup Chairil.
Yassin mengkisahkan, pada suatu hari di tahun 1943, Chairil Anwar datang ke redaksi Panji Pustaka. Seorang pemuda kurus, pucat, tidak terurus, matanya merah liar, tapi kelihatan selalu seperti berfikir. Gerak-geriknya lambat seperti orang tidak perdulian. Ia datang membawa sajaknya AKU untuk di muat di majalah tsb, namun ditolak oleh pimpinan, Armjn Pane,
“Sayang saya tidak bisa memuatnya, terlalu berbau pemujaan terhadap diri sendiri,” kata Armin Pane.
Di majalah TIMUR pimpinan Nur Sutan Iskandar, suatu hari datang Chairil Anwar. Dihempaskannya pintu redaksi, suaranya keras memanggil, “ Yassin Ada disini?”, semua orang langsung berhenti dari pekerjaannya, bengong melihat orang yang datang ini. Matanya yang merah memancar tajam mencari-cari, semua yang ada di ruangan tidak dianggap. Begitu menemukan orang yang dicari mendadak wajahnya berubah. Ia menghampiri mengenakan sandal jepit, langsung duduk di meja di hadapan Jassin, dan langsung terlibat dalam pembicaraan serius.
Chairil Awar membawa sajak terbarunya AKU.
Setelah Chairil Anwar pulang, Jassin dipanggil oleh Nur Sutan Iskandar,
“Jassin, siapa yang baru datang tadi?” tanya Nur Sutan Iskandar
“Seorang pengarang muda yang membawa sajak2nya..” jawab Jassin
“Tidak perduli seorang pengarang, besok kalau datang lagi gantung saja dia!, pemuda tidak tahu sopan santun!” kata Nur Sutan.
Begitulah, akhirnya sajak ‘Aku” karya Chairil Anwar bisa dimuat, tetapi judulnya harus diganti menjadi “Semangat”. Tentu, Chairil tidak suka dengan perubahan judul, tetapi karena situasi pada zaman itu tidak menguntungkan untuk memuat dengan judul ‘Aku’ akhirnya judul “Semangat” disetujuinya.
Dan sajak ‘Aku’ yang asli dimuat dalam ‘Deru Campur Debu’
Cerita di atas hanyalah sepenggal kisah yang disampaikan HB. Yassin, ada kisah-kisah lain yang menarik, yang disampaikan teman-teman seangkatan Chairil Anwar.
Mengenang Chairil Anwar adalah mengenang gejolak anak muda yang melakukan pembaruan pada zamannya.
Ons Untoro
Foto: Tegoeh
Latest News
- 02-05-15
Kamila Andini: Film
Membuat film pendek yang kisahnya diambil dari kehidupan pribadi temannya, Kamila Andini sukses merangkum cerita dengan baik. Kehidupan pribadinya... more » - 02-05-15
Anak Yang Lahir Pada
Tanggal 18 (Jawa) adalah ’dina Celeng’ hari itu Allah menciptakan Matahari dan bulan dan mempertemukan Nabi Yakub dan Nabi Yusup. Anak yang lahir... more » - 02-05-15
Kiprah Paud Mekar Ga
Mereka tidak didampingi oleh kedua orang tuanya. Hanya beberapa guru saja yang mendampingi mereka. Sengaja mereka dilepaskan untuk mencoba mandiri... more » - 30-04-15
Pagelaran Busana “De
Dewaraja menampilkan sebanyak 60 koleksi busana mayoritas untuk perempuan dalam bentuk high neck dress serta flowing coat dress dan sebagian kemeja... more » - 30-04-15
Ini Buku Seni Suara
Dibandingkan dengan buku keluaran baru, buku cetakan tahun 1956 dari Penerbit Yayasan Kanisius ini terkesan sungguh sederhana. Kertasnya warna coklat... more » - 29-04-15
PGTK KHalifah Datang
Kedatangan mereka masih dalam rangka peringatan Hari Kartini sehingga sebagian dari mereka mengenakan pakaian tradisional dan pakaian yang... more » - 29-04-15
Membaca Jejak Chairi
Dalam acara ini ditampilkan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan pidato kebudayaan. Para penyair muda dan penyair senior bergabung menjadi satu... more » - 28-04-15
Denmas Bekel 28 Apri
more » - 28-04-15
Anak-anak Tim-Tim di
Metode yang digunakan Helena van Klinken untuk menyusun buku ini adalah dengan mewawancarai 90 sumber lisan. Berdasarkan hal ini penulis kemudian... more » - 27-04-15
Kearifan Lokal yang
Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui berbagai kearifan lokal masyarakat Lombok, sebagai media pendidikan antikorupsi. Juga berbagai bentuk... more »