Kamila Andini: Film Pendek Indonesia Semakin Baik

02 May 2015 Membuat film pendek yang kisahnya diambil dari kehidupan pribadi temannya, Kamila Andini sukses merangkum cerita dengan baik. Kehidupan pribadinya sebagai ibu ikut masuk dalam beberapa scene filmnya.

Kamila Andini, Film Pendek Indonesia Semakin Baik
Kamila Andini dalam presentasi film pendeknya

Empat tahun vakum membuat karya film, Kamila Andini sibuk mengurus Rintik Asa Kalani, putri pertamanya bersama sineas Ifa Isfansyah. Bagi Kamila perempuan memiliki fase dimana ia harus memilih menomorsatukan keluarga baru bekerja. Ditemui usai pemutaran film pendeknya yang berjudul ‘Diana Sendiri Diana’ di IFI (Institut Francais di Indonesia), Jakarta Pusat, Kamila mengaku sedang menikmati dunianya sebagai ibu.

Film pendek Kamila bercerita tentang polemik kehidupan poligami. Filmnya ini terinspirasi dari kehidupan temannya, yang kemudian ia kembangkan sedemikian rupa. “Lewat film ini terlihat jelas saya tidak pernah setuju dengan poligami. Karena apapun keputusannya, berpisah atau bertahan belum tentu sesuai dengan perasaan perempuan, sebagai ibu dan istri yang paling berat adalah kompleksitas perasaan,” katanya.

Bicara tentang perkembangan film pendek di Indonesia menurut Kamila sangat menarik, “Film di Indonesia kebanyakan berkembang dari komunitas. Ruang-ruang independen ini sangat kuat, terutama di daerah, mereka semua masih hidup dan terus membuat film, semakin ke sini saya semakin kagum dengan karya-karya mereka,” papar ibu satu anak ini.

Kamila Andini, Film Pendek Indonesia Semakin Baik
Adegan dalam film Diana Sendiri Diana

Film pendek menurut Kamila adalah ruang dimana kita bisa bermain dengan bentuk, tema dan lainnya. Tidak seperti film panjang atau film komersial yang sejak awal sadar akan berhadapan dengan penonton, distribusi dan penjualan. “Film pendek bebas untuk bikin apa aja, keberagamannya lebih jelas terlihat,” tambahnya.

Festival film merupakan ruang alternatif untuk para pembuat film pendek Tanah Air. Di Indonesia ruang dan persoalan distribusinya saja yang belum ada. “Bioskop di Indonesia hanya untuk film-film panjang atau komersial, sementara kita para pembuat film kan ingin juga bertemu dengan penonton,” kata Kamila.

Festival film Skala nasional ataupun internasional sama-sama menjadi tempat bertemu para pembuat film. Berkompetisi dengan para sineas dari berbagai negara tentu akan menjadi energi untuk para pembuat film agar lebih membuka wacana tentang sinema, bentuk film dan lainnya, begitu menurut sutradara film The Mirror Never Lies ini.

Kamila Andini, Film Pendek Indonesia Semakin Baik
Kamila Andini bersama penulis dari Makassar , 
foto: dok.pri

Bicara tentang film panjang terbarunya, peraih penghargaan "Best Director" di China International Children Film Festival ini sedang mempersiapkan syutingnya dalam waktu dekat, targetnya akhir tahun rilis. Temanya masih sama, tentang anak dan keluarga. “Ini film panjang kedua aku setelah empat tahun vakum. Ceritanya masih tentang anak-anak karena aku suka sekali anak-anak. Ditambah lagi aku sekarang sudah jadi seorang ibu,” kata Kamila.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 19-09-15

    Merti Bakpia 2015 Me

    Grebeg Bakpia ini diawali dengan kirab gunungan bakpia lanang (lelaki) dan gunung bakpia wedok (perempuan). Keseluruhan kue bakpia yang digunakan... more »
  • 19-09-15

    Konser Reog N Roll B

    Konser musik dianggap paling efektif untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Atas dasar itulah Kementerian Pariwisata menggandeng grup... more »
  • 19-09-15

    Nasi Goreng Mafia, S

    Ada beragam menu yang disajikan. Semua dengan nama berbau mafia. Nama-nama sangar ini sekaligus mencitrakan kesan menyengat, pedas, atau panas yang... more »
  • 19-09-15

    Naga Dina Senin Pon

    Pada bulan Besar ini ‘naga tahun’ dan ‘naga jatingarang’ menyatu di utara. Sedangkan tempat ‘naga dina’ berubah-ubah sesuai dengan hari dan pasaran.... more »
  • 18-09-15

    Liputan Majalah Kaja

    Gedung Kesenian Sobokarti dibangun oleh Belanda pada tahun 1930 yang aslinya bernama Volkstheater Sobokarti yang berarti tempat berkarya. Gedung ini... more »
  • 18-09-15

    Terima Kasih Bu Susi

    Acara penutupan pameran ini terasa istimewa karena tidak saja dilakukan oleh menteri, namun juga karena diiringi acara yang relatif lebih banyak dari... more »
  • 18-09-15

    Yogyakarta Night at

    Komunitas anak-anak muda ini telah menunjukkan aksi konkret dalam upaya memperkenalkan dan mencintai museum kepada publik. Dengan acara yang... more »
  • 17-09-15

    Arwinto Bersorban Aw

    Dalam antologi ini terdapat 101 puisi, yang dibagi dalam dua bab. Pada bagian pertama diberi judul “Pulang Ke Tubuh Sendiri” dan bagian kedua... more »
  • 17-09-15

    Jembatan Nambangan-N

    Hal yang menarik dari Jembatan Nambangan-Nangsri ini adalah pintu plat baja yang cukup besar. Pintu ini ditempatkan di ujung jembatan di wilayah... more »
  • 17-09-15

    Kegelisahan Rence Al

    Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat... more »