Gudeg Mercon Asem Gede, yang Meledak-ledak di Mulut

26 Apr 2014 Bu Tinah ingin membuat terobosan baru. Jadilah ia memadukan gudeg konvensional (basah) dengan Oseng-oseng Mercon, yang berupa oseng-oseng kikil dan tempe dengan cabai yang luar biasa banyak sehingga terasa sangat pedas dan meledak-ledak di mulut seperti mercon.

Detail tampilan Gudeg Mercon Bu Tinah, difoto: Selasa, 22 April 2014, foto: a.sartono
Detail tampilan Gudeg Mercon Bu Tinah

Gudeg seperti yang telah umum dikenal mungkin bukan merupakan kuliner yang aneh. Namun Gudeg Mercon mungkin merupakan sesuatu yang unik. Gudeg Mercon dapat ditemukan di Jl Asem Gede, Jetis, Yogyakarta. Gudeg ini dikelola oleh Ibu Ngatinah (55) yang populer dengan sebutan Bu Tinah. Gudeg Mercon merupakan gudeg lesehan yang mulai buka pukul 20.00 WIB. Warung Gudeg Mercon ini terletakan persis di seberang jalan sisi utara dari Gudeg Bu Djuminten.

Menurut Resy, putri Bu Tinah yang mendampingi Bu Tinah dalam kesehariannya, mereka sengaja membuat Gudeg Mercon karena telah begitu banyak gudeg konvensional di Yogya. Bu Tinah ingin membuat terobosan baru. Jadilah ia memadukan gudeg konvensional (basah) dengan Oseng-oseng Mercon, yang berupa oseng-oseng kikil dan tempe dengan cabai yang luar biasa banyak sehingga terasa sangat pedas dan meledak-ledak di mulut seperti mercon.

Bukan hanya itu, Bu Tinah juga memadukan gudeg produksinya dengan sate dan tempe mendoan. Memang sate dan tempe mendoan ini sifatnya bebas. Artinya, konsumen boleh menambahkan atau tidak dalam menu utama gudegnya.

Tampilan Warung Gudeg Mercon Bu Tinah, difoto: Selasa, 22 April 2014, foto: a.sartono
Tampilan Warung Gudeg Mercon Bu Tinah

Bagi  Tembi hal yang disajikan dalam Warung Gudeg Mercon Bu Tinah ini memang menantang. Di samping kurang lazim, sensasi rasa dan tampilannya tentu juga kurang umum sebagai gudeg biasa. Untuk itu  Tembi mencoba Gudeg Mercon dengan oseng-oseng mercon, suwiran, telur, tahu, krecek, dan satu tusuk sate ayam.

Gudeg Mercon memang beda dengan gudeg pada umumnya. Sensasi ledakan merconnya yang pedas memang terasa seperti memporakporandakan syaraf dalam mulut. Pada galibnya Gudeg Mercon terasa lebih ringan daripada gudeg konvensional. Selain itu, rasa manis yang nyamleng (sempurna) dari gudeg konvensional tidak didapatkan dalam Gudeg Mercon.

Rasa manis Gudeg Mercon terintimidasi oleh pedas mercon, dan takaran gula jawa yang memang sengaja dikurangi. Kuah areh (santan)-nya pun terasa lebih ringan. Gudeg Mercon yang ditambah setusuk sate ayam dalam irisan relatif besar ternyata bisa juga nyambung dalam keseluruhan komposisi rasanya. Sungguh beda dengan gudeg konvensional.

Untuk Gudeg Mercon dengan komposisi gudeg, tahu, telur, krecek, oseng-oseng mercon, dan satu tusuk sate ayam dibanderol dengan harga 23 ribu rupiah. Teh panas dihargai 2 ribu rupiah.

Bu Tinah sedang sibuk melayani pelanggan, difoto: Selasa, 22 April 2014, foto: a.sartono
Bu Tinah sedang melayani pelanggan

Rata-rata dalam sehari warung ini mampu menghabiskan 6 ekor ayam. Itu belum dihitung berapa kilo (butir) telur, rempela ati, berapa tusuk sate, tahu dan tempe, krecek, dan sebagainya.

Seperti umumnya lesehan model kaki lima, penikmat Gudeg Mercon dipersilakan bersantap beralaskan tikar yang digelar di atas trotoar. Penerangan untuk tempat makan mengandalkan nyala lampu jalan dan lampu emperan toko. Dalam hembusan angin malam dan langit terbuka Gudeg Mercon memberikan pengalaman dan sensasi tersendiri. Bagi yang ingin mencicip Gudeg Mercon diharap punya cukup kesabaran mengingat antrenya sering relatif banyak.

Menurut Resy Gudeg Mercon ternyata telah buka sejak tahun 1992. Jadi sudah cukup lama juga malang-melintang di dunia pergudegan dengan style dan taste yang berbeda dengan mainstream pergudegan pada umumnya.

Makan yuk ..!

Naskah dan foto: A. Sartono

KULINER

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 26-03-16

    Masuk Mangsa Kasepul

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasepuluh (10), umurnya 24 hari, mulai 26 Maret s/d 18 April. Musim padi tua, burung-burung sedang membuat sarang. Ternak-... more »
  • 26-03-16

    Hujan Membasahi Bula

    Hujan deras sejak siang sampai malam hari mengisi Yogyakarta, sehingga Sastra Bulan Purnama edisi ke-54, Rabu malam, 23 Maret 2016 di Tembi Rumah... more »
  • 26-03-16

    Mulat Sarira Nagri P

    Pematung Indonesia yang dikenal lewat mahakaryanya Patung Garuda Wisnu Kencana, Bali; I Nyoman Nuarta menggelar acara Mulat Sarira Nagri Parahyangan... more »
  • 24-03-16

    Irama Tjitra Pernah

    Pada Jumat, 18 Maret 2016 di Pendapa Wiyatapraja Kepatihan Danurejan Yogyakarta ditampilkan dua jenis tarian, yakni Tari Bedaya Menak dan Tari Klana... more »
  • 24-03-16

    Candu di Jawa pada A

    Berikut ini adalah foto tempat penjualan candu (opium) dan beberapa aktivitas menikmati candu di Jawa. Khusus untuk bangunan (rumah) penjualan candu... more »
  • 23-03-16

    Macapat Malam Rabu P

    Malam itu, Malam Bulan Purnama. Kangjeng Adipati Wirasaba mengadakan syukuran besar guna memenuhi ‘nadar’ yang pernah diucapkan. Jika istrinya dapat... more »
  • 23-03-16

    Kapel Santo Petrus K

    Kapel Santo Petrus Kuroboyo secara administratif terletak di Dusun Kuroboyo, Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah... more »
  • 22-03-16

    Ajaran Luhur dalam S

    Pendidikan budi pekerti bagi masyarakat Jawa menjadi hal yang penting dan diprioritaskan. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya serat Jawa dan buku... more »
  • 22-03-16

    Berekspresi dan Bere

    Bagi anak-anak, musik merupakan hal yang sangat melekat dan identik dengan keceriaan. Tak sedikit orangtua yang memperkenalkan musik sejak dini,... more »
  • 21-03-16

    Pergantian Pengurus

    Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more »