Kapel Santo Petrus Kuroboyo Karya Keluarga Wongsodimejo

23 Mar 2016 Kapel Santo Petrus Kuroboyo secara administratif terletak di Dusun Kuroboyo, Kelurahan Caturharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dicapai melalui Pojok Beteng Kulon ke arah selatan (masuk Jl. Bantul/Samas). Setelah sampai di perempatan Palbapang ambil arar ke kanan (arah Srandakan-Brosot). Pada pertigaan Sapuangin ambil arah ke kiri (arah Gejlig Pitu). Lokasi Kapel Santo Petrus berjarak sekitar 1 kilometer dari pertigaan ini.

Bangunan Kapel St Petrus tampak masih baru karena rehab/pembangunan terakhir dilakukan sekitar tahun 2002. Luas dari bangunan kapel ini sekitar 22 m x 8 m. Kapel menghadap ke arah timur dengan rumah penduduk di sisi kanan dan kirinya. Dalam kesehariannya kapel ini dijaga atau dikelola oleh Ibu Bernadetta Mustijem (61), warga setempat yang tinggal di sisi utara (kiri) gereja, tepatnya di RT 05, Kuroboyo, Caturharjo, Pandak, Bantul.

Berdirinya Kapel St. Petrus Kuroboyo tidak lepas dari peran keluarga Wongsodimejo yang saat itu membuka warung di lokasi tidak jauh dari lokasi kapel sekarang. Saat itu, pada kisaran tahun 1933 banyak romo (pastur) yang sering mampir ke warung Wongsodimejo, untuk beristirahat sambil minum limun. Tidak terkecuali almarhum Mgr. Albertus Soegijopranoto, SJ yang kemudian menjadi uskup pribumi pertama di Indonesia. Para romo itu beristirahat di warung Wongsodimejo karena jarak perjalanan yang mereka tempuh antarparoki waktu itu relatif jauh dan jalanan belum sebaik sekarang.

Akhirnya Wongsodimejo dan istrinya, menjadi Katolik dengan nama baptis Yusup dan Maria. Selanjutnya mereka membuat kapel di sebidang tanah pekarangannya.  Kapel dibangun tahun 1950-an. Saat itu dinding kapel telah berupa tembok dengan kerangka kayu jati. Sementara usuk di bagian atas jati dari kayu jati dan usuk bagian bawah dibuat dari kayu glugu. Rengnya dari kayu jati. Sedangkan gentengnya adalah genteng biasa (kecil), tanpa krepus. Penutup genteng paling atas hanya berupa genteng wuwung saja. Pintu terbuat dari kayu jati dan telah pula diberi lisplang yang terbuat dari kayu jati dan dilengkapi salib. Sementara lantai belum bertegel, hanya semen biasa. Ukuran kapel sebelum tahun 1950 lebih kecil dari kapel yang sekarang.

Sebelum gempa 27 Mei 2006 kapel ini telah diserahkan secara resmi kepada Yayasan Papa Miskin, milik Keuskupan Agung Semarang. Saat terjadi gempa 27 Mei 2006 kapel mengalami kerusakan yang cukup berarti dan dibangun kembali oleh Yayasan Papa Miskin sehingga berwujud seperti sekarang ini. Luas tanah Kapel St. Petrus hanyalah seluas bangunan kapel sekarang. Akan tetapi halaman kapel yang kebetulan menjadi halaman rumah dari Bapak Agustinus Wahadi dibeli oleh Yayasan Papa Miskin.

Pasangan Yusup Wongsodimejo dan Maria Wongsodimejo dikaruniai 4 orang anak, yakni Sukiman Pawirodiharjo (tinggal di Wonosari, memiliki cicit pastur yang saat ini sedang studi di Roma), Sukijo Harjosumarto  (tinggal di Kuroboyo, Bantul), Aloysius Sukijan Darmosuwito (tinggal di Kuroboyo, Bantul, punya cucu pastur-Rm Albertus Bagus Laksono, SJ.), Ngatijo Pujosudarmo (tinggal di Jakarta).

Aloysius Sukijan Darmosuwito memiliki 7 orang putra yakni Martha Isminah Suharjo, Maria Istinah Sumbono, Ignatius Wahono, Agustinus Wahadi, Suitbertus Antoro (meninggal di Seminari Bogor), Barnabas Pratiknyo, Agnes Sri Haryanti.

Naskah dan foto:a.sartono

Altar/panti imam Kapel Santo Petrus Kuroboyo, difoto: 18 Februari 2016, foto: a.sartono Profil Kapel Kapel Santo Petrus Kuroboyo, difoto: 18 Februari 2016, foto: a.sartono Profil Kapel Kapel Santo Petrus Kuroboyo, difoto: 18 Februari 2016, foto: a.sartono Papan petunjuk Kapel Santo Petrus Kuroboyo difoto: 18 Februari 2016, foto: a.sartono EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 20-08-16

    Mangut Beyong di War

    Ada cukup banyak kuliner khas, unik, yang sesungguhnya berangkat dari menu-menu tradisional Jawa. Salah satunya adalah mangut ikan salem (sejenis... more »
  • 20-08-16

    Kisah Kemuliaan Hati

    Judul         : Sita. Sedjarah dan Pengorbanan serta Nilainja dalam Ramayana Penulis       : Imam Supardi... more »
  • 20-08-16

    Ada Tiga Hari Baik P

    Pranatamangsa: mulai 25 Agustus memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, usia 24 hari, sampai dengan 17 September 2016. Candrane: Suta Manut ing Bapa... more »
  • 20-08-16

    Macapatan di Museum

    Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah salah satu raja di Yogyakarta yang disegani oleh Belanda di kala itu.  Ia mewarisi sikap ayahnya, yakni... more »
  • 19-08-16

    Hardi: Sang Presiden

    Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more »
  • 19-08-16

    Wisuda MC Jawa Lanju

    Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more »
  • 18-08-16

    Obituari Slamet Riya

    Mestinya, pada  Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang  digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30  di Tembi Rumah Budaya,  Slamet... more »
  • 18-08-16

    Peserta Badan Diklat

    Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more »
  • 16-08-16

    Karyawan Bir Bintang

    Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more »
  • 16-08-16

    Suara Malam dan Peso

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more »