Karyawan Bir Bintang Jakarta Belajar Menabuh Gamelan

16 Aug 2016 Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke Tembi untuk melakukan kegiatan budaya, yakni belajar karawitan, membatik topeng kayu, dan diakhiri dinner atau makan malam. Setiba di Tembi, mereka disambut dengan ucapan selamat datang oleh Tembi yang diwakili Divisi Marketing, Sugihandono.

Walaupun sebagian besar dari mereka berasal dari wilayah Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY), namun sepertinya belum pernah ke Tembi. Seperti yang diungkapkan oleh Suyoto asal Magetan, Jawa Timur yang sudah 21 tahun bekerja di PT Bir Bintang bagian produksi. Ungkapnya, “Iya Mas, bener aku baru pertama kali tahu Tembi ya karena berkunjung kali ini. Sebelumnya tidak tahu. Hebat ya Tembi.

Kemudian rombongan dibagi menjadi dua, 50 orang melakukan kegiatan membatik kayu, sementara 50 orang belajar gamelan. Kegiatan membatik kayu mengambil lokasi di depan galeri Wonogiri, sementara rombongan yang belajar gamelan diarahkan ke pendopo (sebanyak 25 orang) dan galeri Purworejo (juga 25 orang). Mereka yang belajar gamelan di pendopo Yudonegaran Tembi diajari menabuh gending “Gugur Gunung” yang berlaraskan nada Pelog. Sementara yang belajar di galeri Purworejo diajari gending “Sluku-Sluku Bathok” berlaraskan nada Slendro.

Antusiasme mereka untuk merasakan langsung menabuh gamelan sangat tinggi. Buktinya, ketika mereka disuruh langsung menuju ke gamelan, mereka berebutan. Padahal sudah dewasa semua. Namun setelah diberi tahu Tembi, bahwa semua peserta nanti mendapat giliran menabuh, akhirnya sebagian dari mereka mengalah dan menunggu giliran berikutnya. Saat menunggu giliran, mereka diajarkan olah vokal untuk menyanyikan lirik atau syairnya.

Jadilah mereka belajar gamelan dan olah vokal secara bersama-sama. Bahkan 7 pendamping dan instruktur di masing-masing kelompok sampai kewalahan karena hampir dari semuanya belum pernah memainkan gamelan Jawa. Namun karena semangat mereka dan kesabaran pendamping dari Tembi, mereka sedikit demi sedikit mulai bisa menabuh gamelan dengan benar. Jadilah mereka menunjukkan kebolehannya menabuh gamelan diselingi menyanyi Jawa oleh para wiraswara/penggerong (penyanyi pria). Sementara syair dalam gending “Gugur Gunung” adalah sebagai berikut:

//Ayo, ayo, kanca, kanca, ngayahi karyaning praja/ kene, kene, kene, kene, gugur gunung tandang gawe/ sayuk-sayuk rukun gotong royong ro kancane/ lila lan legawa kanggo mulyaning negara// - //Siji, loro, telu, papat, maju papat papat/ diulang-ulungake supaya enggal rampunge/ holobis kontul baris, holobis kontul baris/ holobis kontul baris, holobis kontul baris//.

Kelihatan mereka sangat menikmati belajar gamelan dan bernyanyi Jawa. Beberapa kali mengalami kesalahan tidak mereka hiraukan. Mereka tetap berlatih sambil kadang-kadang gelang-geleng kepala sambil menikmati alunan gamelan. Ketika waktu dinner tiba, sepertinya mereka tidak mau berhenti. “Mas sekali lagi ya,” Pinta mereka kepada instruktur, agar diizinkan memainkan sekali lagi. Ya akhirnya pendamping Tembi menuruti permintaannya hingga mereka merasa puas. Setelah puas, akhirnya belajar gamelan diakhiri.

“Wah sepertinya waktu untuk belajar gamelan kurang Mas!” ungkap Deo kepada Tembi usai belajar gamelan memainkan bonang. Lanjutnya, “Apalagi baru kali ini aku belajar gamelan. Tadi aku sebenarnya sudah agak bisa dan sangat menikmati menabuh bonang, yang memang pukulannya mendahului gamelan lainnya. Sayang waktunya habis. Aku sangat seneng dan sangat berkesan, bisa belajar gamelan pertama kali di Tembi Rumah Budaya.” Ungkap pria asal Semarang yang hampir 2 tahun bekerja di Bir Bintang bagian Packaging (Pengepakan) dengan bangga.

Tembi menjelaskan bahwa sebenarnya waktu kegiatan budaya sudah ditunggu sejak pukul 15.30. Namun ternyata rombongan baru tiba di Tembi setelah pukul 17.00. Padahal pukul 18.00 sudah harus santap makan malam. Itulah sebabnya, waktu latihan berlatih gamelan menjadi lebih singkat. “Kalau tahu begitu, tadi kita langsung ke sini saja, bisa berlatih lama, apalagi tempatnya sangat nyaman dan Njawani banget,” kata Suyoto, yang ternyata juga berprofesi MC Jawa di Jakarta.

Naskah:Suwandi
Foto:Indra,Suwandi

PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi PT Bir Bintang Belajar Budaya di Tembi Rumah Budaya, Kamis, 11 Agustus 2016, sumber foto: Indra/Tembi EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 19-08-16

    Hardi: Sang Presiden

    Sekitar pertengahan 2000-an, saya pernah melihat sebuah gambar yang terpampang di tangga rumah seorang sastrawan yang kebetulan saya kenal secara... more »
  • 19-08-16

    Wisuda MC Jawa Lanju

    Para wisudawan kursus Panatacara Pamedharsabda MC Basa Jawa di Tembi Rumah Budaya angkatan IX rupanya mempunyai pandangan yang hampir sama. Kesamaan... more »
  • 18-08-16

    Obituari Slamet Riya

    Mestinya, pada  Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang  digelar 18 Agustus 2016, pukul 19.30  di Tembi Rumah Budaya,  Slamet... more »
  • 18-08-16

    Peserta Badan Diklat

    Sebanyak 80 orang SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) baik provinsi, kabupaten, dan kota dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke Tembi Rumah... more »
  • 16-08-16

    Karyawan Bir Bintang

    Menjelang maghrib hari Kamis 11 Agustus 2016, Tembi Rumah Budaya dikunjungi oleh karyawan PT Bir Bintang Jakarta sejumlah 100 orang. Mereka datang ke... more »
  • 16-08-16

    Suara Malam dan Peso

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-59, yang akan diselenggarakan Kamis, 18 Agsutus 2016, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta akan... more »
  • 16-08-16

    Kapak Batu di Pajang

    Senin, 25 Juli 2016 Sunardi (43) warga Dusun Manukan, Kelurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY menemukan sebuah benda yang... more »
  • 15-08-16

    Ketika Politik Prakt

    Haruskah kita bersikap jujur di depan sebuah karya seni? Pertanyaan itu muncul dalam diri saya ketika hadir dalam pembukaan pameran tunggal karya-... more »
  • 15-08-16

    Menikmati Semangkuk

    Judul naskahnya ‘Semangkuk Sup Makan Siang  atau Cultuurstelsel’  karya Hedi Santosa yang dimainkan oleh Whani Dproject selama dua hari 10... more »
  • 15-08-16

    Dunia Indigo dalam E

    Karya Edo Adityo sebagai penyandang disabilitas dan sekaligus indigo mungkin terkesan sangat personal, ekspresif, unik, dan sekaligus magis. Dalam... more »