Rumput di Jalan Malioboro

Rumput di Jalan Malioboro

Malioboro sebagai jantung kota Jogja sekaligus ikon wisata di wilayah ini terus mengalami penataan. Awal bulan Agustus 2012 taman-pot yang selama ini ada dan dibuat di ruas yang menjadi pemisah jalur lambat dan cepat (devider) digantikan dengan tanaman rumput. Mulailah rumput jenis gajah mini ditanam di devider tersebut. Tampaknya Malioboro memang sangat membutuhkan pemandangan hijau, udara segar, dan penyerapan polutan dari semburan knalpot kendaraan. Seiring sejalan dengan hal itu tanaman merambat pun makin diperbanyak. Tanaman merambat tersebut dililitkan atau dirambatkan pada pergola-pergola hijau yang juga mulai “bertumbuhan” di berbagai kompleks pertokoan atau kios di kawasan ini.

Rumput gajah sendiri dikenal sebagai rumput yang tidak mudah mati asalkan asupan airnya mencukupi. Sekalipun terinjak-injak rumput jenis ini tidak akan cepat mati. Akan tetapi rumput gajah mini yang baru saja ditanam itu pada liburan Lebaran bulan Agustus 2012 kemarin hampir seluruhnya mati. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya wisatawan yang menyerbu Jogja. Malioboro yang menjadi salah satu magnet wisata Jogja boleh jadi menerima kunjungan wisatawan dalam jumlah paling banyak dibandingkan dengan objek wisata Jogja yang lain. Akibatnya rumput yang belum lagi dapat menumbuhkan dan mengembangkan dirinya itu mati karena terinjak-injak ribuan kaki wisatawan. Apa boleh buat. Itulah resikonya.

Rumput di Jalan Malioboro

Idealnya, rumput itu mesti terus dirawat selama dua minggu sampai satu bulan terlebih dulu agar memperoleh pertumbuhan yang baik. Akan tetapi ketika pertumbuhan rumput gajah itu belum lagi sempurna, ribuan kaki telah melibasnya. Pada sisi ini terasa bahwa penanaman rumput itu seperti menemui kesia-siaan. Jika dilihat dari sisi pengeluaran anggaran (APBD), hal demikian itu menjadikannya seperti sebuah pemborosan. Namun ternyata rumput tersebut merupakan pindahan dari rumput-rumput taman yang dibongkar. Jadi, dari sisi anggaran mungkin cukup hemat juga.

Menanam tanaman apa pun terlebih-lebih rumput yang rawan diinjak-injak orang tidaklah mudah. Apalagi keletakan tanaman tersebut berada di tengah kota yang sangat padat oleh kunjungan orang. Penjagaan dan perawatannya perlu penanganan yang ekstra ketat. Oleh karena itu Pemkot tidak bisa bergerak sendirian. Perlu dukungan yang luas dari masyarakat, terlebih-lebih para pelaku UKM di Malioboro sendiri. Mereka dapat dilibatkan untuk ikut menjaga dan merawat tanaman tersebut. Kepedulian masyarakat sangat penting pada sisi ini. Sebaik dan seberguna apa pun program yang diluncurkan pemerintah jika masyarakatnya tidak mendukung atau abai, maka program tersebut tidak akan berhasil. Jauh dari kemanfaatan.

Rumput di Jalan Malioboro

Malioboro yang demikian padat dan mengandungi sekian banyak kepentingan tentu saja menimbulkan begitu banyak persoalan. Meskipun demikian, pada sisi lain hal itu juga menumbuhkan begitu banyak gagasan dan kreativitas untuk memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di sana. Malioboro, seruas jalan seribu kepentingan, seribu gagasan, seribu kreativitas, seribu kenangan.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta