PUNAHKAH MEMEDI SAWAH ?

Memedi Sawah atau disebut juga Orang-orangan Sawah merupakan fenomena yang saat ini hampir punah. Dari sekian banyak sawah yang ada di Jogja hampir semuanya tidak lagi dipasangi Memedi Sawah. Mungkin dirasa memang tidak perlu lagi. Sosok Memedi Sawah telah kalah peran dibandingkan pestisida, senapan angin, atau jaring. Burung pemangsa padi bisa dibasmi/dimusnahkan dengan alat-alat atau benda yang lebih canggih itu.

Akan tetapi persoalannya mungkin bukan terletak pada pembasmian burung itu sendiri. Kemungkinan di masa lalu masyarakat kita memang telah lebih arif dalam menyikapi lingkungan. Kedatangan burung pemangsa padi pada masa itu tidak ditanggulangi dengan dijaring. Tidak pula ditembak atau diketapel. Akan tetapi lebih banyak diusir dengan teriakan atau gerakan-gerakan tertentu. Harapannya, petani ingin mengusir burung tetapi tidak memusnahkannya. Keberadaan burung mungkin telah dipahami sebagai penyeimbang keberadaan-kelestarian alam. Untuk itu mereka cukup diusir, dikurangi populasinya, namun tidak dilibas habis.

Memedi Sawah merupakan alat yang dibuat dengan harapan agar burung tidak berani mendekati areal persawahan. Untuk itulah Memedi Sawah sering dibuat menyerupai orang. Menyerupai dalam arti ukuran maupun pakaian yang dikenakannya. Tidak mengherankan jika pakaian yang dikenakan pada Memedi Sawah adalah pakaian bekas dari si petani itu sendiri. Petani berharap bahwa dengan diberi pakaian bekas yang pernah dikenakannya itu burung pun akan takut. Bahkan banyak petani yang sengaja mengenakan pakaian bekas yang miliknya yang masih lekat dengan daki atau keringat. Bagi mereka hal demikian menjadikan Memedi Sawah lebih memiliki efek mengusir burung atau bahkan tikus karena bau atau aroma Memedi Sawah tersebut searoma dengan keringat atau BB si petani yang tengah berkeringat.

Belum lama Tembi berusaha ”memburu” Memedi Sawah ini. Sungguh, sangat-sangat tidak mudah ! Tembi pun hampir putus asa untuk dapat melihat keberadaan Memedi Sawah tersebut. Mirip-mirip dengan memburu memedi dalam arti sesungguhnya yang sungguh sangat sulit.

Untung juga Tembi bisa menemukannya di sebuah areal persawahan yang justru tidak terlalu lebar, yakni areal persawahan di Desa Sumberadi, Mlati, Sleman. Padahal sejauh ini Tembi telah berusaha memburu ke areal-areal persawahan di berbagai tempat seperti Bambanglipuro, Minggir, Seyegan, Pakem, Turi, Prambanan, dan sebagainya. Memedi Sawah yang berhasil ”memberi penampakan” pada Tembi itu pun hanya berjumlah dua buah. Selain itu, Memedi Sawah yang berhasil ditemukan Tembi itu kesannya dibuat dengan agak asal-asalan. Lebih mirip sebagai benda hasil penyambungan dua buah kayu menjadi palang dan diberi baju bekas. Itu saja.

Berbeda dengan Memedi Sawah masa lalu yang hampir selalu merupakan sosok yang dibuat mirip orang. Kepala terbuat dari ”cumplung” (kelapa bolong-kering), diberi caping rusak, digambari wajahnya dengan arang atau kapur, diberi baju dan celana bekas, serta pertulangan yang terbuat dari kayu atau bambu hampir selalu diberi ”daging” yang terbuat dari jerami kering (seperti Memedi Swah atau Orang-orangan Sawah dalam cerita Kancil).

Memedi Sawah yang berhasil dipotret Tembi mungkin merupakan generasi Memedi Swah akhir. Memedi Sawah ini dibuat petani setempat tidak dalam kerangka festival atau lomba. Ia dibuat mungkin untuk memenuhi emosi romantik masa lalu dari petani yang bersangkutan yang mungkin pernah terkesan dengan sosok Memedi Sawah di masa lalu.

Memedi Sawah mungkin memang akan menjadi punah ....

a.sartono

PUNAHKAH MEMEDI SAWAH ? PUNAHKAH MEMEDI SAWAH ? PUNAHKAH MEMEDI SAWAH ?




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta