Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PUING PUING DI KOTA JOGJA PASCA GEMPA 27 MEI 2006

01 Jan 2008 04:42:00

Yogyamu

PUING-PUING DI KOTA JOGJA PASCA GEMPA 27 MEI 2006

Pasca gempa 27 Mei 2006 bulan lalu ada banyak puing berserakan di Jogja. Orang-orang yang bermukim di kota Jogja kebingungan untuk membuang puing-puing bangunan rumahnya. Maklum, lahan terbuka di kota Jogja sangat minim. Sama seperti kota-kota lain di Indonesia, maupun dunia. Kota identik dengan bangunan atau hunian yang padat. Sehingga ketika bangunan tersebut roboh secara bersamaan, mereka nyaris tidak punya ruang lagi untuk beraktivitas. Juga untuk membuang puing-puing bangunan rumahnya.

Kebingungan dan keterbatasan lahan terbuka menyebabkan orang-orang, khususnya yang tinggal di kota membuang puing-puing bangunan rumahnya di hampir semua bahu jalan raya di kota Jogja. Akibatnya, lalu lintas terganggu. Bahkan jadi hampir selalu macet. Debu beterbangan setiap hari dengan kadar ketebalan yang cukup mengganggu pandangan mata sekaligus pernapasan. Orang-orang pengguna jalan pun tampaknya mencoba memaklumi keadaan darurat yang sedang melanda Joga dan sekitarnya itu. Buktinya, mereka hampir tidak protes dengan keadaan seperti itu.

Sisi buruk dari fenomena itu adalah orang-orang yang semula bingung untuk membuang puingnya menjadi ikut-ikutan membuang puingnya di bahu-bahu jalan di kota Jogja ini. Sekalipun puing-puing itu setiap hari diangkut oleh dinas kebersihan kota, relawan, TNI/Polri, warga, orsos, orpol, ormas, dan lain-lain, tetapi puing-puing tersebut sepertinya tidak pernah habis. Sebagai contoh puing-puing di suatu jalan pada hari kemarin sudah bersih, namun pada hari ini ada lagi. Puing-puing hari ini sudah dibersihkan, tidak tahunya besuk ada lagi.

Seandainya, ya seandainya Singapura mau mengimpor puing-puing robohan rumah dari Jogja untuk reklamasi pantainya tentu tidak perlu membeli pasir dari Batam maupun tempat-tempat di wilayah Sumatera. Jika hal ini bisa dilakukan tentu semuanya untung. Seandainya bisa begitu bagian dari daratan di pulau-pulau yang ada di Indonesia tidak perlu lagi dikeruk untuk membentuk daratan baru di negeri asing. Masak daratan kita dikeruk-keruk sampai berlubang-lubang, sementara daratan negeri tetangga bertambah lebar.

Puing-puing di Jogja sekarang ini menjadi pemandangan baru yang mengganggu dan mencemaskan semua pihak. Dari pengamatan sampai hari ini (28 Juni 2006) puing-puing itu sepertinya belum habis-habis juga. Sampai kapankah semua itu berakhir dan Jogja kembali menjadi bersih dan nyaman, tidak ada perhitungan yang dapat menentukan ketepatannya. Jogja sekarang memang sedang dihiasi bencana dengan asesori puing-puingnya.

Teks dan foto: Sartono K




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta