Tembi

Yogyakarta-yogyamu»PENJUAL BUNGA TABUR DI YOGYAKARTA

01 Jan 2008 05:06:00

Yogyamu

PENJUAL BUNGA TABUR DI YOGYAKARTA

Malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon merupakan malam yang dikeramatkan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya suku Jawa. Sebenarnya pengkeramatan itu sendiri tidak identik dengan makna keramat yang mengasosiasikan pada gambaran gambaran seram, menakutkan, penuh hantu, dan sebagainya. Pasaran Kliwon merupakan pasaran yang dianggap netral dan ideal bagi masyarakat Jawa. Pada dunia primbon atau semacam penghitungan waktu Jawa, pasaran Kliwon merupakan pasaran yang dianggap relatif paling baik. Kliwon dalam perhitungan ilmu perprimbonan atau sistem waktu dan makna simboliknya ala Jawa memiliki unsur warna putih dan menduduki mata angin di posisi tengah. Dalam perpaduannya dengan penghitungan hari secara internasional pasaran Kliwon yang dianggap ideal adalah malam Selasa dan malam Jumat Kliwon.

Tidak mengherankan kalau kemudian pada malam-malan Selasa dan Jumat Kliwon itu orang Jawa melakukan ritual menengok kubur kerabat atau nenek moyangnya.
Ritual menengok kubur merupakan salah satu wujud kepedulian atau penghormatan orang-orang yang hidup terhadap orang-orang yang sudah meninggal dunia. Dalam pandangan ini hubungan batin antara si mati dan si hidup tetap dipelihara. Hubungan atau komunikasi batin ini memang sering tidak dapat dimengerti oleh banyak orang. Dalam anggapan banyak orang si mati adalah sesuatu yang sudah hilang. Sudah bukan lagi urusan yang hidup. Anggapan tersebut bagi masyarakat Jawa pada umumnya tidak begitu diterima. Dalam pandangan masyarakat Jawa menjaga hubungan dengan nenek moyang atau orang yang sudah meninggal merupakan sesuatu yang mempunyai makna tertentu. Dalam pandangan itu pula mereka menganggap bahwa yang telah meninggal perlu selalu terus menerus didoakan, dirawat dan dikunjungi kuburannya. Bahkan diajak berbincang secara batin.

Hal semacam itu sebenarnya merupakan representasi dari eratnya hubungan kekerabatan dari orang yang telah meninggal dan yang masih hidup. Bagi masyarakat Jawa hubungan semacam itu perlu selalu dijaga bahkan diteruskan pada generasi berikutnya. Tidak mengherankan pula jika pada hari-hari tertentu khususnya pada pasaran Kliwon kebanyakan orang-orang Jawa mengunjungi kuburan nenek moyang atau kerabatnya.

Adanya tradisi atau ritual jiarah kubur ini secara langsung maupun tidak memicu munculnya bisnis jual beli bunga tabur. Penjual bunga tabur untuk keperluan baik peziarahan umum maupun ziarah kubur dapat dengan mudah ditemukan di Yogyakarta. Penjual bunga tabur ini dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional di Yogyakarta. Di samping menjual bunga tabur mereka umumnya juga menjual benda-benda lain sebagai kelengkapan dari ritual peziarahan, seperti minyak wangi Srimpi atau Air Mata Duyung, kemenyan, dupa, ratus, dan sebagainya.

Pasokan dari bunga tabur ini biasanya berasal dari daerah-daerah pegunungan berhawa sejuk sperti Kaliurang, Ambarawa, Tawangmangu, dan sebagainya. Jenis bunga yang dijual biasanya terdiri atas bunga mawar berwarna merah dan putih, bunga kenanga, kantil, selasih, dan melati. Bunga-bunga tersebut dipandang sebagai bunga yang cukup baku untuk keperluan peziarahan.

Berikut ini Tembi menyajikan hasil bidikannya berkaitan dengan para penjual bunga tabur di Yogyakarta. Silakan simak.

Foto: Didit PD
Teks: Sartono K.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta