Masih Banyak Warung Sawah di Bantul

Masih Banyak Warung Sawah di Bantul

Sawah, dalam persepsi klangenan, bukan sekadar penghasil padi tapi bagian dari alam yang berdampak positif baik fisik maupun psikologis. Udara yang segar dan warna hijaunya menimbulkan rasa nyaman. Tidak heran sebagian rumah makan dengan sadar menempatkan sawah sebagai bagian integral konsep ruangnya. Sebuah rumah makan di Bandung , Sapu Lidi, malah merekayasa petak sawah dan dangau bagi pengunjung. Sebagian rumah makan memajang nama sawah di plangnya. Di Yogya misalnya ada The Sawah dan Soto Sawah. The Sawah dengan sangat terencana dan rapi membentuk arsitektur yang amat artistik dan terkesan natural meski pengunjung tak bisa melihat sawah dari dalam rumah makan ini. Sedangkan nama Soto Sawah hasil “ketidaksengajaan” karena awalnya lahir sebagai bangunan sangat sederhana di tengah sawah. Walau lama kemudian sawahnya raib berganti ragam bangunan, nama bekennya tetap dipakai.

Masih Banyak Warung Sawah di Bantul

Di Bantul kita masih mudah melihat hamparan sawah. Apalagi dalam perjalanan ke selatan makin banyak sawah yang terbentang hijau menyejukkan mata. Jadi kalau ada warung makan yang terletak di tepi sawah rasanya lumrah saja. Bagi pengelola warung mungkin ini hal biasa saja, bukan konsep ruang yang dimanfaatkan optimal sebagai daya tarik. Bahkan ekstrimnya, banyak warung yang membuat bangunannya memanjang ke belakang tanpa jendela untuk melihat sawah. Jadi meski berada di tengah atau di tepi sawah pengunjung tak bisa memanjakan matanya menikmati pemandangan sawah. Orang datang ke warung ini semata karena dorongan lidah atau perut, bukan mata. Kalau mau bermain klasifikasi, ini satu fenomena di ujung kutub yang mengesankan ketidakpedulian pengelolanya atas keberadaan sawah dalam tata ruangnya.

Masih Banyak Warung Sawah di Bantul

Di ujung kutub satunya adalah warung yang sangat sadar memasukkan sawah dalam tata ruangnya. Posisi kursi makan diatur sehingga pengunjung menikmati hidangan sambil memandang hamparan sawah. Di salah satu foto ini tampak beberapa pengunjung warung pak Kenthus bisa menikmati sawah sambil tentu saja menikmati mi atau bakso. Tempat makan lainnya yang memanjakan mata dengan hamparan sawah misalnya Warung Dhahar Pulo Segaran di Tembi Rumah Budaya dan Rumah Makan Parangtritis.

Berada di tengah klasifikasi ini adalah warung yang “apa adanya” tapi pengunjung masih bisa memandangi sawah. Misalnya beberapa angkringan di tepi sawah. Atau warung-warung yang dari jendelanya memberikan ruang bagi mata pengunjung untuk menikmati hamparan sawah. Banyak di antaranya berupa warung-warung sederhana, yang menjual mi ayam atau gorengan, serta minuman kopi, teh atau jeruk. Untungnya warung-warung semacam ini banyak ditemui. Dengan kantong pas-pasan orang bisa bersantap sambil merasakan sentuhan alam. Walau bisa juga ada yang menganggap ini fenomena biasa saja lantaran sudah jadi pemandangan keseharian. Tapi ketika sawah telah menghilang, berganti bangunan, muncullah kerinduan terhadap sentuhan alam ini.

Masih Banyak Warung Sawah di Bantul

Untung masih banyak sawah di Bantul. Untung masih banyak tempat makan di Bantul yang “berinteraksi” dengan alam, disadari atau tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.

barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta