Tembi

Yogyakarta-yogyamu»JEMBATAN BANTAR LAMA, KENANGAN AKAN WETAN PROGO DAN KULON PROGO

25 Mar 2009 08:03:00

Yogyamu

JEMBATAN BANTAR LAMA,
KENANGAN AKAN WETAN PROGO DAN KULON PROGO

Jembatan merupakan sarana penyambung jalan yang dibangun di atas sebuah cekungan. Entah cekungan itu berupa lubang besar (jurang), sungai, selat, atau bahkan laut. Jembatan berfungsi memudahkan perhubungan manusia dari daratan yang satu ke daratan yang lain.

Di wilayah Yogyakarta ada begitu banyak jembatan dalam berbagai ukuran dan kisahnya. Salah satunya adalah Jembatan Bantar Lama yang sering juga dinamakan Jembatan Bantar I. Posisi Jembatan Bantar Lama ini sekarang berada di sisi paling utara dari semua (kompleks) Jembatana Bantar yang dikategorikan menjadi Jembatan Bantar I, II, dan III.

Jembatan Bantar Lama (I) dalam keseluruhan tampilan dan konstruksinya berbeda dengan Jembatan Bantar II dan III. Jembatan Bantar Lama yang diduga dibangun pada masa kolonial ini (ada yang menyebut pada zaman pendudukan Jepang) membentang di atas Sungai Progo. Sebuah sungai yang menjadi pembatas wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul di sisi timur dan Kabupaten Kulon Progo di sisi barat. Bentangan Jembatan Bantar Lama ini memiliki ukuran panjang sekitar 220 meter. Lebar jembatan kira-kira 5 meteran. Ketinggian jembatan dari permukaan air Sungai Progo sekitar 25 meteran.

Jika diamati, maka kelihatan bahwa konstruksi utama dari Jembatan Bantar Lama terdiri atas bentangan baja yang bertumpu pada tiang beton bertulang yang ditanam di ruas sungai. Konstruksi baja tersebut diperkuat dengan bentangan kawat baja pilin dengan diameter sekitar 5 Cm. Bentangan kawat baja yang menjadi penyangga beban gantung atau tekan ini berjumlah 9 buah pada masing-masing sisi jembatan. Dengan demikian kawat baja keseluruhannya berjumlah 18 buah.

Kecuali beban tekan disangga oleh bentangan kawat baja, beban vertikal dan vertikal yang didapatkan oleh jembatan ini juga disangga oleh konstruksi tiang di kanan kiri sisi jembatan, persilangan baja yang mengalasi jembatan, dan tiang penyangga di bagian bawah jembatan. Untuk menguatkan perekatan antarbaja tersebut digunakan sistem kuncian dengan menggunakan mur baut yang bisa dibuka tutup dan sistem kuncian mati dengan las maupun klem. Dengan demikian, jika diamati maka akan terlihat begitu banyak tonjolan atau pentolan sekrup dan mur menghiasi permukaan batang-batang baja yang digunakan sebagai konstruksi utama jembatan ini.

Kedelapan belas kawat baja pilin yang bertugas membantu menyangga beban tekan ini juga berfungsi sebagai penyangga (menggantung) jembatan. Untuk mengunci ujung-ujung kawat baja tersebut digunakan plat baja lengkung setengah lingkaran yang sekaligus juga berfungsi sebagai bibir-bibir jembatan, baik di sisi timur maupun sisi barat. Kawat-kawat baja tersebut ditumpangkan dan mengikuti lengkungan bibir jembatan dan dimasukkan ke dalam struktur beton bertulang di bagian tiang jembatan paling pinggir. Untuk lebih menguatkan dan mengunci kawat baja tersebut digunakan banyak sekrup dan baut yang mematikan posisi kawat baja di atas plat baja lengkung tersebut.

Jembatan ini juga dilengkapi dengan sistem roda atau roll pada keempat ujungnya. Hal tersebut berfungsi untuk membuang beban dan getaran yang didapatkan oleh jembatan tersebut.

Kini Jembatan Bantar Lama nyaris tidak difungsikan kecuali hanya untuk kendaraan roda dua. Karat telah banyak menghiasi permukaan bajanya. Jembatan ini paling tidak telah berusia 67 tahunan (jika kita mengacu pada pendudukan Jepang). Telah banyak jasa yang diberikannya bagi manusia. Jembatan yang membentang di Jl Wates-Yogya ini dalam skala usia telah masuk sebagai Benda Cagar Budaya. Jika melintas di Jembatan Bantar, jangan ada baiknya Anda menikmati keunikan tampilan Jembatan Bantar Lama ini. Dari situ mungkin Anda dapat mengenang Kulon Progo maupun Yogyakarta pada umumnya.

Foto dan teks: a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta