Tembi

Yogyakarta-yogyamu»ALUN ALUN SELATAN YOGYAKARTA KINI

01 Jan 2008 04:09:00

Yogyamu

ALUN-ALUN SELATAN YOGYAKARTA KINI

Pasca pengalihan lokasi pedagang klitikan dari Alun-alun Selatan Yogyakarta ke bekas pasar hewan Pasar Kuncen, Alun-alun Selatan Yogyakarta kemudian berubah menjadi area yang kembali lapang. Dalam pengertian ini Alun-alun Selatan menjadi alun-alun atau lapangan sungguhan. Tidak ada lagi pedagang yang berjajar-jajar di sepanjang pinggiran alun-alun yang mangkal di sepanjang hari (meskipun pedagang yang bukan penjual klitikan juga masih ada).

Area bekas lapak pedagang klitikan ini sekarang diubah menjadi area bermain dan berolah raga. Sarana olah raga yang ditempatkan di situ berupa alat-alat olah raga yang lazim digunakan untuk pelatihan otot (latihan beban dan kecepatan). Alat-alat olahraga ini sengaja didisain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu memberikan efek menyenangkan (rekreatif) tidak saja bagi orang dewasa namun juga bagi anak-anak.

Alat olahraga ini jika kita amati lebih mirip alat permainan saja. Akan tetapi alat permainan ini memberikan efek kesehatan bagi tubuh jika dimainkan terus-menerus (secara teratur). Alat olahraga ini sengaja dibuat dengan bermacam-macam model karena ada yang dibuat untuk mengencangkan otot betis, paha, dan pinggul. Ada alat yang dibuat untuk mengencangkan otot tangan/lengan, melatih gerak reflek, dan sebagainya. Alat-alat bermain dan berolah raga ini juga dicat dengan cat warna-warni yang mencolok untuk memikat perhatian orang.

Selain itu Alun-alun Selatan juga ditanami pohon pakel, yakni sejenis pohon mangga yang berbau sangat harum jika buahnya sudah masak. Pohon pakel ini ditanam di tempat itu bukan dengan asal-asalan. Pohon ini ditanam dengan suatu maksud sebagai simbol dari masa akil baliq. Pakel dikonotasikan sebagai akil baliq. Konotasi ini diambilkan dari suku kata ‘kel’ dari kata ‘pakel’ yang dipersamakan dengan bunyi suku kata ‘kil’ dari kata ‘akil’.

Tampaknya usaha untuk mengembalikan kawasan Alun-alun Selatan Yogyakarta untuk menjadi seperti alun-alun yang sebenarnya memang cukup berhasil. Jika pada masa lalu orang tidak berani sembarangan menggunakan alun-alun sebagai tempat beraktivitas, kini hal itu nyaris tidak terjadi lagi. Banyak orang telah dan terus menggunakan tempat ini untuk berbagai aktivitas. Mulai dari sekadar jalan-jalan, olahraga, berjualan, momong anak, pacaran, dan sebagainya. Tampaknya hal semacam itu memang tidak atau belum dilarang karena alun-alun memang digunakan untuk ruang dan fasilitas umum. Hanya saja penggunaan ruang semacam itu memang perlu diatur dan diawasi. Jika memang tanpa aturan dan pengawasan tampaknya tempat-tempat terbuka semcam itu akan banyak diserbu orang, bahkan dikapling-kapling seenaknya seolah merekalah yang empunya ruang terbuka itu. Pengalihan pedagang klitikan dari tempat ini ke Pasar Kuncen merupakan upaya pemerintah dan keraton untuk mengatur penggunaan ruang-ruang itu.

Pasca pindahnya para pedagang klitikan di tempat itu, Alun-alun Selatan Yogyakarta ini terasa lebih lega. Lebih bersih dan tidak semrawut. Tampaknya kita memang selalu harus sadar diri untuk menata diri sendiri agar tidak mengganggu dan melanggar kepentingan orang lain. Alun-alun adalah milik keraton. Boleh saja kita menggunakannya asal memang ada ijin dan bisa diatur. Tanpa ijin dan aturan tampaknya kita akan terus berbenturan dengan pihak lain karena kepentingan kita bisa beragam dan berbeda-beda.

sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta