- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Temen»Oni Krisnerwinto Tak Ingin Terkenal Sendiri
14 Nov 2011 07:46:00Mungkin tidak banyak orang yang bisa menentukan pilihan hidup di usia yang masih muda. Salah satunya adalah Oni Krisnerwinto. Conductor, composer, arranger dan seniman musik multi talenta kelahiran Jogjakarta 15 Oktober 1969. Lulus Sekolah Menengah Pertama Oni sudah merasakan “dorongan jiwa” yang besar pada musik dengan memilih Sekolah Menengah Musik. Jurusan yang bisa jadi bagi kebanyakan orangtua agak meragukan bagi masa depan anaknya, tidak bagi orangtua Oni. Tentu saja, karena sang ibu yang memiliki bakat menyanyi dan ayah yang suka main gitar sangat mengerti kemana harus mengarahkan sekolah anaknya yang sesuai dengan bakatnya.
Darah seni yang mengalir dalam diri diakui Oni adalah bakat keturunan dari orangtua yang akrab dengan dunia musik. “Ibuku dulu sering mendapat undangan nyanyi, salah satunya di kantor bapakku yang berprofesi sebagai tentara,” katanya. Bakatnya yang kuat dalam bermusik mulai terasah setelah ia dibelikan gitar oleh bapaknya. “Waktu itu ada teman bapak yang menggadaikan gitar, dan gitar itu bapak belikan untukku. Aku belajar gitar dari bapakku,” tambah Oni. Bakat musiknya pun terus berkembang. Saat di SMP, Oni bersama teman-teman membentuk grup band membawakan lagu-lagu the Beatles, di grup ini Oni memainkan alat musik bass guitar.
Minat yang besar dalam bidang musik mendorongnya untuk belajar lebih fokus dalam bermusik. ”Aku disarankan oleh bapak, jika ingin lebih, pelajari yang lebih sulit. Aku disarankan belajar biola.” Dukungan besar dari orangtua membuatnya semakin mantab menjadi pemusik meski jauh sebelumnya Oni Krisnerwinto sempat bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian karena terpengaruh ibunya yang senang dengan tanam-tanaman.
Lulus Sekolah Menengah Musik Oni Krisnerwinto melanjutkan pendidikannya ke Institut Seni Indonesia, Yogyakarta di jurusan musik dengan program studi Musikologi dengan instrument mayor biola dan instrument minor saxophone. Kuliah di jurusan yang sangat sesuai dengan jiwanya membuat bakat musik dalam jiwanya semakin berkembang. Tidak hanya biola dan saxophone yang bisa ia kuasai. Alat musik yang lain juga ia “lahap” karena alat musik seperti piano, perkusi, dan beberapa jenis alat musik tiup dapat ia pelajari tanpa harus membeli sendiri.
Di kampus ISI talenta bermusiknya semakin terasah. Ia mendapat pengajaran dari dosen tamu. Selain itu Oni juga banyak mengikuti workshop di dalam dan di luar negeri. Di masa kuliah inilah Oni membentuk kwartet string sebagai sarana latihan ensamble dengan nama Sa’unine. Sebuah nama yang dalam bahasa jawa berarti asal bunyi tetapi sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam yaitu usaha untuk mengeksplorasi segala bunyi khususnya dengan alat musik gesek. “Nama Sa’Unine sendiri aku lupa dari siapa, tapi yang pasti nama itu kita gunakan karena pada suatu kesempatan tampil, kami diharuskan memiliki nama untuk grup kami itu,” ujar suami dari Valentin dan bapak dua anak ini.
Oni Krisner memulai karirnya sebagai musisi professional sejak tahun 1989 di beberapa orchestra seperti Nusantara Chamber Orchestra (violin), Orkes Symphoni Jakarta (violin), Twilite Orchestra sebagai Concert Master dan arranger, Erwin Gutawa Orchestra sebagai Concert Master, arranger dan assiten conductor dan terakhir sebagai Conductor pada Magenta Orchestra.
Seiring dengan asahan talenta yang semakin matang dengan kiprahnya di beberapa orchestra serta keterlibatannya dalam mendukung musisi senior seperti Widya Kristiyanti, Dian HP, Aminoto Kosin, Jimmy Manoppo dan lain-lain, tampaknya juga menjadi bekal yang cukup untuk membuatnya mandiri. Saat yang menandakan kemandiriannya itu ia abadikan dalam nama anak keduanya yang lahir 7 tahun lalu dengan nama lengkap Carlo Devasvara Krisner. Devasvara adalah ungkapan dari keinginan Oni untuk menjadi musisi yang mandiri.
Kemandirian itu semakin mempertegas posisinya dalam kancah musik Indonesia. Bersama Sa’Unine dan Hypersax-nya ia mendapat kepercayaan untuk ikut “menggarap” album para musisi baik itu grup maupun solo. Nama-nama seperti Gigi, Bebi Romeo, Sheila on 7, Ungu, Anggun C Sasmi, Dewa19, Kerispatih, Glen Fredly, Samson, Drive, Nine Ball, Andra&the Backbone, dan lain-lain adalah nama-nama yang pernah ia tangani dengan memberi sentuhan orkestrasi pada album mereka.
Apa yang ia raih dengan Sa’Unine itu sesungguhnya bukanlah cita-cita yang pernah ia impikan saat membentuk kelompok Sa’Unine. Ia tidak ingin disebut sebagai pemilik Sa’Unine. Meskipun ia sendiri mengakui namanya melekat kuat pada Sa’Unine String Orchestra. “Lambat laun pasti akan bisa, Sa’Unine harus tetap ada meski tanpa Oni.” Itu yang ia inginkan. Keabadian. Oni Krisnerwinto adalah sosok seniman musik yang tidak ingin jadi terkenal dan mahir sendiri. Kebahagiaannya adalah ketika orang yang ia bagi senang dengan apa yang ia berikan. Sama seperti ia memberi kesempatan pada rekan-rekannya di Sa’unine String Orchestra untuk mengeksplorasi talenta bermusiknya. Tidak sebatas main dan dibayar lalu selesai.
Temen nan yuk ..!
ypk
Artikel Lainnya :
- Gua-Sumur di Gunung Permoni, Bantul, Jogja(12/09)
- 2 Juli 2010, Figur Wayang - Pandhawa Gubah(02/07)
- Daftar judul buku(18/05)
- BEBERAPA FOTO SUNGAI SEBELUM DAN SETELAH MERAPI MELETUS(11/05)
- 15 Mei 2010, Denmas Bekel(15/05)
- TeMBI Is In Da House (On Twitter)(23/08)
- Daftar judul(18/03)
- Serat Sesorahipun Tin Sastrawirya(27/06)
- DOLANAN SOYANG-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-34)(08/06)
- PUSAT KERAJINAN BAMBU, MALANGAN, SUMBERAGUNG, MOYUDAN, SLEMAN (17/03)