Dimawan Krisnowo Adji
"Hits Maker" Dari Jogjakarta

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Dalam musik industri yang seringkali muncul dilayar televisi mungkin mudah melihat siapa musisi paling handal atau paling jago bermain alat musik, seperti gitar, drum atau dalam menciptakan sebuah karya musik. Biasanya kata-kata “jago” atau “ahlinya” dalam musik ini dilihat dari jam terbang si musisi itu sendiri, melalui proses yang panjang dengan segala kendalanya. Berbeda dengan musisi yang tergabung dalam sebuah kelompok musik besar seperti orkestra. Kita tidak pernah benar-benar tahu siapa dari mereka semua yang paling jago memainkan alat musiknya atau yang paling jenius dalam menciptakan sebuah komposisi.

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Berbeda dengan pria kelahiran Jogjakarta, 13 Desember 1970 yang satu ini. Sudah makan asam garam di dunia musik orkestra, kepiawaiannya bermusik dan karya-karya ciptaannya bisa dibilang selalu menjadi “hits maker”. Nama lengkapnya Dimawan Krisnowo Adji, perjalanan karir musiknya sebagai pemain cello bisa dikatakan berhasil sebagai seorang musisi. Mengenal musik sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Wawan begitu panggilannya sudah rajin nyanyi di gereja menggunakan gitar dan kulintang. “Sejak SD kegiatan musikku sudah banyak, begitu masuk SMP, mulai memainkan alat musik yang lebih beragam, seperti pianika dan lainnya. Sampe akhirnya aku ketemu guruku Pak Siswanto beliau pemain alat musik fagot, dari dia juga aku diarahkan ke sekolah musik.”.

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Cita-cita Wawan menekuni dunia musik didikung penuh oleh keluarga, apalagi kakaknya, Oni Krisnerwinto sudah lebih dulu masuk sekolah musik SMM (Sekolah Menengah Musik) di Jogjakarta. Saat ujian masuk, setiap murid di haruskan memainkan alat musik, klarinet menjadi alat musik pilihan Wawan. “Aku sudah berbulan-bulan menyiapkan materi dan latihan untuk ujian masuk SMM. Begitu sampai disana, aku mendengar bunyi yang sangat indah dan menyentuh. Aku penasaran dan langsung melihat alat musik apa itu, ternyata cello. Dari situ aku langsung memilih cello untuk aku tekuni sampai sekarang,”. Mempelajari cello tak semudah yang dia lihat, selama berbulan-bulan Wawan hanya bisa memainkan nada panjang dan belajar membunyikan alat musik tersebut. “Kalau istilah orang bilang sampe berdarah-darah aku belajar cello. Tapi aku nggak pernah nyerah, karena aku sudah terlanjur jatuh hati sama alat musik ini,” katanya.

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Keseriusan Wawan membuahkan hasil, ketika ia meneruskan kuliahnya di ISI Jogjakarta, kecintaannya pada cello semakin bertambah. Kepiawaiannya memainkan cello akhirnya Wawan rajin mengikuti berbagai workshop musik atau disebut ‘Music Camp’ yang diadakan 2 tahun sekali di kampus. “Peminatnya banyak, ibaratnya dari 50 peserta yang dipilih hanya 5 orang. Bukan hanya dari Jogjakarta saja, Jakarta, Bandung dan kota lain juga mengikuti acara ini,”. Terpilih dari orang-orang yang dipilih, Wawan semakin melebarkan sayap karir musiknya, mengikuti workshop musik ASEAN Youth Music, Jakarta, European-Indonesian Music Camp, Yogyakarta (1992). ASEAN Youth Music Workshop, Brunei Darussalam (1993). Masterclass Cello dan Chamber music oleh Cecylia Barezyk dari USA (1995). ASIA Youth Orchestra on Tour of Asia, Hongkong (1996) ASEAN University Art Festival, Brunai (1997). Dan Mondial Festival on Tour (Netherland, 2004).

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Sekarang, namanya sudah dikenal khususnya di kalangan musisi orkestra, ditambah ia pernah bergabung dengan Nusantara Chamber Orchestra, Orkes Simfoni Jakarta, Twillite Orchsetra dan Erwin Gutawa Orkestra. Belakangan Wawan juga disibukkan dengan mengisi konser dalam berbagai konser orkestra, salah satunya ia beruntung terpilih menjadi salah satu pengisi musik konser Andrea Bocelli di Indonesia beberapa waktu lalu. Belum lagi kerjasamanya bersama Ubiet dan Keroncong Tenggaranya. Bersama kelompok musik ini, Wawan membawa lagu-lagu tradisional sampai ke Jerman dan Belanda. Saat ini, Wawan juga tercatat sebagai principal cello dalam komunitas musik yang dibentuk sejak tahun 1992, Sa’Unine string Orchestra. Dalam dua album Sa’Unine, Wawan juga banyak mengaransemen lagu-lagu dan menciptakan karya-karya baru di album kedua. Jika dalam dunia musik industri ada istilah ‘hits maker’, dalam tubuh Sa’Unine dialah sang hits maker yang selalu menciptakan karya-karya yang jenius. “Inspirasi bisa datang darimana saja, kadang cerita dari teman atau pengalaman batin sendiri. Aku juga banyak mendengar, dan melihat berbagai pertunjukkan musik,” katanya.

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Lalu apalagi yang ingin dicapai dari seorang musisi berbakat sepertinya, katanya masih banyak, ia tidak akan pernah berhenti berkarya atau bermain musik. Tidak ada pencapaian tertinggi dalam musik, karena baginya pencapaian artinya akan ada titik berhenti atau selesai. “Aku nggak mau seperti itu, aku mau main musik sampai tua dan terus melestarikan musik-musik nusantara.

Dimawan Krisnowo Adji "Hits Maker" Dari Jogjakarta

Temen nan yuk ..!

Natalia S.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta