Damasus Panggah
Ingin Cello Jadi Alat Musik Populer
Kesederhanaan dan sifat pendiam pemain musik Cello yang tergabung dalam kelompok musik Sa’Unine String Orchestra, Damasus Panggah membuat saya sebagai teman ngobrolnya cukup kesulitan mengorek cerita dari pemain musik handal ini. Sesekali ia hanya tersenyum menjawab pertanyaan atau dengan singkat menjawab pertanyaan saya yang panjang. tapi itulah dia, dibalik sifat pendiamnya toh tersimpan talenta yang besar dalam dunia musik. Tak hanya handal membawakan alat musik Cello, ia juga rajin membuat karya aransemen musik sesuai gayanya.
Lahir dan besar di Jogjakarta, memang akhirnya membawa ayah satu anak ini memilih menjalani hidupnyasebagai musisi, awalnya ia serius bermusik adalah, dengan membentuk band sejak SMP dan mahir bermain gitar. Begitu memasuki SMA, Panggah memilih Sekolah Menengah Musik (SMM) Jogjakarta untuk meneruskan hobinya di musik. Alat musik cello sendiri dikenal Panggah saat ia di SMM, meski baru melihat alat musik cello, pengenalan dengan alat musik tersebut berjalan lancar sampai ia masuk di ISI Jogjakarta. “Di ISI, saya memperdalam cello bersama bapak Budi Ngurah, sampai akhirnya lulus dan “nge-job” disana-sini.” Papar Panggah.
Perkenalan dengan Sa’Unine justru dimulai saat Panggah masih di SMM, berkenalan dengan Oni Krisnerwinto akhirnya membawa ia komitmen untuk masuk dalam komunitas musik Sa’Unine. Berada dalam komunitas musik string ini seperti keluarga dan membuatnya nyaman. Saling menghargai, mengerti dan membantu satu sama lain lah yang membuat Panggah nyaman berada disini. Apalagi mengusung lagu-lagu nusantara yang dirasa satu tujuan dengan perjalanan bermusiknya. “Kenyamanan disini tidak bisa saya dapatkan dimanapun,”.
Bersama Sa’Unine Panggah mengatakan akan terus membawa lagu-lagu nusantara lewat musik string, dengan harapan bisa terus berkembang dan dikenal banyak orang dengan karya-karyanya. Satu lagi yang ingin dicapainya adalah menjadikan alat musik cello populer, seperti gitar. Katanya bermain cello tidak sulit, yang penting adalah bermain dengan hati dan berusaha. Dan tentu saja kedepannya adalah membuat sanggar atau wadah untuk siapa saja yang ingin berekspresi sesuai kemampuan dan idealisme mereka.
Temen nan yuk ..!
Natalia.S
Artikel Lainnya :
- Denmas Bekel(08/10)
- KOBATE, CERMIN KREATIVITAS ANAK-ANAK DARI DESA(27/05)
- 20 Nopember 2010, Jaringan Museum - MENGENAL KERETA-KERETA PUSAKA MUSEUM KRATON KASULTANAN YOGYAKARTA (7)(20/11)
- 25 Februari 2011, Figur Wayang - Yamadipati (25/02)
- SEKARSULI, SENTRA BARANG BEKAS DI LUAR KLITHIKAN(01/01)
- Cara Baru Mendengarkan Musik Tradisi(20/01)
- ENTHOK GORENG, RICA2 DAN JUICE JAMBU(21/11)
- 23 Agustus 2010, Klangenan - NEGARA KESEJAHTERAAN DI NEGARA (YANG TIDAK) SEJAHTERA(23/08)
- Keistimewaan dan Papan Nama(06/09)
- Aja Nggege Mangsa(28/08)