Tembi

Makanyuk»MENIKMATI SENSASI WARUNG JADUL SIDO SEMI, KOTAGEDE, YOGYAKARTA

30 May 2008 07:45:00

Makan yuk ..!

MENIKMATI SENSASI WARUNG JADUL “SIDO SEMI”,
KOTAGEDE, YOGYAKARTA

Jadul banget. Begitu komentar yang hampir pasti terlontar dari setiap pengunjung Warung Es Sido Semi di kawasan Kotagede, tepatnya 100 meter sisi selatan kompleks Makam Kotagede. Bagaimana tidak. Bagi orang yang belum paham tentang warung ini, mereka pasti akan menduga bahwa warung ini hanyalah rumah penduduk biasa yang dibiarkan berdiri begitu saja seperti sejak dulu kala, minim polesan. Jadi, terkesan sangat natural.

Tulisan yang sudah “kluwus” sebagai penanda atau nama warung ini juga terbilang jadul banget. Tulisan warung es di tempat itu dituliskan dengan kata-kata atau huruf YS yang kemudian bunyi lengkapnya menjadi Warung YS Sido Semi Mbok Mul. Ys dalam tulisan itu dimaksudkan sebagai es.

Begitu kita masuk ke warung tersebut, meja kursi kayu ala ndesa siap menyambut kita. Demikian juga jajaran stoples yang dalam bahasa Jawa disebut lodhong yan gberisi aneka makanan lokal siap menawarkananeka cemilan lokal. Lodhong atau stoples imi terbuat dari kaca bening dengan tutup yang juga terbuat dari kaca dengan pegangan berbentuk bola ping pong. Di dalam lodhong-lodhong ini kita dapat mencomot rempeyek kacang, kripik belut, krupuk, dan sebagainya.

Aksen kejadulan lain yang dapat kita rasakan juga terpampang di dinding-dinding warung itu. Pada dinding-dinding warung itu kita disuguhi daftar harga yang dituliskan ketika kurs rupiah masih menggunakan satuan setali, seringgit, serupiah, sesen, dan sebagainya. Kita bisa membayangkan (dengan kacamata sekarang) bagaimana rupiah senilai Rp 1,- dapat digunakan untuk membeli segelas es kopyor. Nilai Rp 2,5,- dapat ditukarkan dengan semangkuk es burjo.

Selain itu, ada pula tulisan dalam huruf Jawa yang diterakan di atas papan tulis kecil yang jika dibaca berbunyi PARA TAMU KULA SUWUN SABAR (para tamu saya mohon bersabar). Ada lagi tulisan berhuruf Jawa yang lain yang berbunyi BAYAR DULU MAS SING BENER. Kemudian di depan pintu utama warung juga adatulisan yang tidak kalah naturalnya yang berbunyi YEN SELO SO’ TUTUP. Kalimat ini bisa diartikan sebagai kalau senggang kadang tutup atau kalau hari Selasa kadang tutup.

Ciri khas lain yang menjadi daya tarik utama Warung Sido Semi adalah pada sisi menu-menunya. Menu utama dari warung ini adalah Es Burjo. Es Burjo dari warung ini menurut pemiliknya yang bernama Dalijan Mulyo Hartono (74)/suami Mbok Mul sejak dulu (sekitar tahun 1957-an) tetap sama. Baik dalam rasa, porsi, maupunn komponennya. Komponen dari Es Burjo Warung Sido Semi adalah bubur kacang ijo, bubur ketan, santan, gula, dan berbagai bumbu rempah-rempah. Khusus untuk ketan sebagai campuran bubur kacang ijo di warung ini digunakan ketan putih (bukan ketan hitam) seperti bubur kacang ijo pada umumnya. Soal rasanya, memang beda. Burjo produk warung ini terkesan lebih encer namun lebih segar dan gurih. Manisnya terasa lebih melegakan (tidak melekat di tenggorokan seperti rasa manis yang diakibatkan oleh gula bit). Sedangkan ketan putih yang menjadi salah satu komponen burjonya terasa lebih kental.

Satu lagi menu yang spesifik dari warung ini adalah bakso. Bakso yang dijual di warung ini sejak tahun 1957-an sampai sekarang juga sama. Mengapa bisa sama begitu ? Ternyata rahasianya terletak pada kecermatan pemiliknya, Pak Dalijan. Pak Dalijan sejak awal mula telah menerapkan ukuran-ukuran tertentu pada semua bahan yang akan diolahnya. Baik itu meliputi bumbunya maupun bahan bakunya. Semuanya ditimbang agar rasa dan kualitas semua bahan yang akan diolahnya menjadi pas dan pakem di setiap waktu.

Bakso produk Warung Sido Semi ini bisa dibilang agak unik sebab pada setiap mangkuknya akan dibubuhi dua potong irisan tomat segar. Bagi orang yang hobi menyantap bakso hal itu akan dianggap aneh karena tidak ditemukan di tempat lain. Ketika Tembi menyantapnya, ternyata rasa agak asam dari isisan tomat ini juga cocok untuk rasa bakso yang gurih-gurih hangat.

Bakso yang dibuat Pak dalijan pun boleh dikatakan khas banget jadulnya. Hal ini mengingatkan Tembi ketika masih kanak-kanak dulu. Pada tahun-tahun 70-an ya begitulah rasa bakso yang dikenal awam di desa-desa. Agak sedikit pliket (lengket) dengan tekstur pemukaan bakso yang agak mengkilat. Kalau dikunyah akan terasa agak lekat-lekat di gigi namun terasa juga kenyalnya. Agak berbeda dengan bakso produk sekarang yang cenderung kuat kekenyalannya. Satu lagi, Pak Dalijan tidak pernah mau menggunakan kecap lain selain kecap produksi lokal yang maaf, kami tidak akan menyebutkan merknya karena kami khawatir dicap sedang promosi. Kecap lokal (maksudnya buatan Yogyakarta) ini menurut Pak Dalijan rasanya sungguh pas buat masakannya. Bahkan nasi putih dicrot-croti kecap ini akan terasa sedap untuk dimakan langsung. Hebatnya, kecap ini dibuat tanpa bahan pengawet, pengental, pewarna, maupun tambahan bahan kimia lainnya. Silakan tebak dan cari sendiri jika Anda penasaran.

Jika kita duduk dan menyantap santapan di Warung Sido Semi Kotagede ini terasa benar kita dibawa ke masa lalu yang ndesa beneran. Bangunan warungnya ndesa. Kluwus dan sederhana. Apa adanya. Demikian juga mebelairnya, daftar harga, menu, ramuan, dan orang-orang yang menyajikannya benar-benar style ndesa tanpa dibuat-buat.

Minuman limun yang disajikan di warung ini pun benar-benar khas juga. Jangan harap Anda bisa menemukan limun atau minuman kemasan bermerk internasional atau nasional di tempat ini. Limun di tempat ini khusus buatan lokal juga. Yang paling khas dari limun buatan lokal ini adalah tutup botolnya yang bisa dipakai berulang-ulang karena memang dibuat menyatu dengan botolnya. Tutup botol limun ini terbuat dari keramik yang dirangkai dengan kawat besi yang bibuat seperti berengsel sehingga bisa dibuka dan ditutup. Orang Yogya mengatakan bahwa tutup botol limun ini sebagai tutup jeglegan. Artinya, tutupnya bisa dijeblak tanpa harus lepas dari engselnya. Uniknya pula, setiap kita membuka tutup botol jeglegan ini maka dari mulut botolnya akan keluar suara, zzzzzzztttt akibat keluarnya gas karbon dari dalam botol. Suara seperti itu terasa sensasional di telinga. Lain dengan tutup botol kemasan sekarang yang sekali buka langsung dibuang.

Jika Anda ke Yogyakarta, khususnya jika di Kotagede ada baiknya Anda mampir ke warung ini sambil mengenangkan masa kecil Anda. Barangkali Anda akan menemukan kembali kenang-kenangan masa kecil Anda yang di masa kini terasa indah banget. Begitu barangkali !

Tim Tembi: sartono, suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta