Tembi

Makanyuk»KIKIL LOMBOK IJO DAN BRONGKOS

17 May 2010 11:20:00

Makan yuk ..!

KIKIL LOMBOK IJO DAN BRONGKOS

Yang disebut sebagai desa seringkali membawa imajinasi pada eksotisme, sehingga orang, terutama yang tinggal di kota, senang ‘mengungjungi’ hal-hal yang dianggap sebagai desa, termasuk makanan. Bahkan, untuk menunjukkan sebagai desa perlu juga disertakan kata desa. Karena itu, ada warung makan –untuk tidak menyebut restoran—yang memberikan imajinasi desa dengan melengkapi propertinya berupa kursi bambu, dan jenis makananpun memberi kesan desa, atau setidaknya Jawa. Atau barangkali sebagai jenis menu keseharian orang Jawa.

Ada satu warung, yang menamakan dirinya ‘Wong nDesa Bumbune Bu Sri’. Nama warung ini, rasanya, dengan sengaja, membangun imajinasi pada satu eksotisme, yang diharapkan bisa menarik minat orang untuk mengunjungi. Letak warung di ring road selatan. Persis sebelah barat diperempatan ring road kasihan.

Dua jenis menu yang khas desa, atau setidaknya dikenal oleh masyarakat Jawa ialah ‘kikil lombok ijo’ dan ‘brongkos’. Selain itu ada mangut lele, thengkleng, penyetan, sea food, aneka sambal dan aneka minuman.

Dua jenis menu ‘khas desa’ saya pesan, yaitu brongkos dan kikil lombok ijo. Sebagaimana umumnya brongkos, disertai kacang ketolo, tahu putih, telur dan daging. Brongkosnya, meski ada cabe riwit merah, tidak terasa pedas, sehingga kelengkapan lain dari berongkos, yang memberi unsur pedas adalah kikil lombok ijo. Jenis menu disebut terakhir ini, rasa pedasnya menggigit.

Jadi, dua jenis menu dipesan untuk saling melengkapi. Pada brongkos kuahnya memberikan rasa segar dangurihnya tidak ketinggalan. Sedang, pada kikil lombok ijo, menambah rasa pedas yang menggigit, sehingga perpaduan brongkos dan kikil lombok ijo, seperti menyatukan rasa gurih dan pedas. Rasanya, kedua rasa itu merupakan eksotisme desa.

Harga kedua jenis menu tidak terlalu mahal. Khas harga desa untuk dinikmati orang kota. Satu porsi kikil lombok ijo harganya Rp 6500 dan satu porsi brongkos harganya Rp 8500. Ditambah sepiring nasi Rp 2000 dan dilengkapi segelas juice jambu Rp 5000. Agaknya, yang eksotis bukan menunya, melainkan juga harganya.

Menu kikil memang mudah ditemukan di warung-warung Yogya, yang khas menyajikan menu keseharian. Namun biasanya, kikil dimasak secara oseng-oseng, sehingga dikenal dengan nama oseng-oseng kikil. Rasanya jugapedas, bahkan sangat pedas.

Di ‘Warung ndeso bumbune bu Sri’ kikil dimasak dengan lombok ijo. Kalau di Gunung Kidul dikenal dengan lodeh lombok ijo, yang menggunakan santan. Pada masakan kikil lombok ijo bumbune bu Sri, tidak menggunakan santan. Lazimnya, masakan kikil memang tidak menggunakan santan.

Perpaduan kikil dan lombok ijo, yang nampaknya, kalau melihat lodeh lombok ijo, merupakan jenis menu khas di Yogya umumnya, dan desa khususnya. Atau paling tidak, jenis menu keseharian orang Jawa. Tampaknya, orang-orang yang hidup kesehariannya tinggal di kota (besar) dan terbiasa dengan jenis makanan fastfood, seringkali merasa kangen pada menu yang memberikan imajinasi desa.

Kikil lombok ijo, rasanya memberikan imajnasi itu.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta