Kunjungan SDIT Mutiara Insani Brosot,
Ngelmu Iku Kelakoni Kanthi Laku

Belik, alat-alat rumah tangga tradisional Jawa, jenis-jenis sajen, sepeda motor kuno, kulkas kuno, sepeda onthel kuno yang menjadi koleksi milik Tembi juga membuat mereka heran karena barang-barang itu umumnya tidak mereka kenali lagi.

Mengamati sambil mendengarkan penjelasan tentang terjadinya celengan, difoto: Sabtu, 9 November 2013, foto: suwandi
Mengamati sambil mendengarkan penjelasan tentang terjadinya celengan, foto: suwandi

Kunjungan ke Tembi Rumah Budaya oleh anak-anak sekolah tampaknya memang semakin sering terjadi. Hal ini menjadi semacam indikasi bahwa TembiRumah Budaya memang cukup pantas dijadikan sebagai salah satu tujuan kunjungan, khususnya mereka yang berminat belajar tentang budaya.

Tampaknya pula pelajaran tentang kebudayaan tidak bisa lagi mengandalkan diri pada teori-teori yang didapatkan dari buku semata. Pembayangan tentang produk budayaberdasarkan deskripsi dari buku, gambar ilustrasi, atau bahkan foto-foto tetaplah kurang memuaskan pemenuhan kebutuhan pengetahuan akan kebudayaan. Kunjungan SDIT Mutiara Insani Brosot, Galur, Kulon Progo ke Tembi Rumah Budaya Sabtu, 9 November 2013 dilakukan dalam rangka itu.

Tidak pelak lagi bahwa kemajuan teknologi telah merambah semua wilayah. Tidak terkecuali wilayah Brosot. Generasi muda atau katakanlah anak-anak tidak lagi asing dengan segala macam benda elektronik lengkap denga segala macam programnya. Namun begitu, persentuhan mereka dengan hasil kebudayaan sendiri bisa dikatakan tidak bisa diwakili oleh benda-benda elektronik dan jejaring yang mampu menyampaikan informasi mengenai kebudayaan yang dimaksud.

Persentuhan, pengamatan, dan proses mengalami sendiri dalam menyerap pengetahuan kebudayaan tentau saja hasilnya akan menjadi berbeda dengan “hanya” mengamatinya melalui televisi atau internet, misalnya. Sekalipun internet mampu menyuguhkan sekian banyak informasi mengenainya, persentuhan atau pengalaman langsung berkaitan dengan kebudayaan tetaplah akan berdampak lain.

Belajar memahami hasil dokumentasi video milik <a href='https://tembi.net/id/news/jaringan-museum/kunjungan-sdit-mutiara-insani-brosot--ngelmu-iku-kelakoni-kanthi-laku-5359.html'>Tembi</a>dalam ATM / Automatic <a href='https://tembi.net/id/news/jaringan-museum/kunjungan-sdit-mutiara-insani-brosot--ngelmu-iku-kelakoni-kanthi-laku-5359.html'>Tembi</a>Movies, difoto: Sabtu, 9 November 2013, foto: ons untoro
Belajar memahami hasil dokumentasi video milik Tembi dalam ATM, foto: ons untoro

Kunjungan SDIT Mutiara Insani Brosot ke Tembi menjadikan mereka bisa lebih dekat mengamati langsung apa yang dinamakan celengan (wadah untuk menabung uang logam atau kertas) dengan segala jenis variasi bentuk visualnya. Mereka juga menjadi lebih mengerti tahap-tahapan dalam proses membuat batik.

Keris yang sering hanya dapat mereka lihat sepintas dapat diamati lebih cermat dengan segala macam bentuk dhapur dan pamornya di Tembi. Demikian juga halnya dengan sistem pembagian ruang (kamar) pada rumah Jawadapat mereka amati bahkan mereka rasakan sendiri. Hal demikian bagi mereka menjadi pengalaman yang luar biasa.

Belik, alat-alat rumah tangga tradisional Jawa, jenis-jenis sajen, sepeda motor kuno, kulkas kuno, sepeda onthel kuno yang menjadi koleksi milik Tembi juga membuat mereka heran karena barang-barang itu umumnya tidak mereka kenali lagi. Inilah salah satu keuntungan bagi mereka yang mau mengunjungi museum atau mengamati hasil-hasil kebudayaan secara langsung.

Pada sisi-sisi itu pula mereka mendapatkan penjelasan langsung dari pemandu. Pertanyaan-pertanyaan mereka pun langsung mendapatkan jawaban dari pemandu. Mereka menjadi lebih paham tentang Dwarapala misalnya. Mengerti juga soal sistem penulisan angka tahun di Jawayang dikenal dengan sengkalan. Model-model gapura pun semakin mereka pahami. Perbedaan lesung dan lumping pun akhirnya juga mereka mengerti. Demikian pula soal amphitheater, rumah inap di Tembi yang ditampilkan sebagai rumah ndesa dengan fasilitas hotel berbintang.

Pengalaman-pengalaman demikian tidak bisa diunduh di internet. Pengalaman seperti itu harus dirasakan sendiri dan langsung. Tidak bisa hanya mem-browsing-nya di dunia maya. Mereka harus melakukan semacam “investigasi” langsung. Tidak bisa main copas saja. Seperti pepatah, ngelmu iku kelakoni kanthi laku. Tanpa itu para cerdik pandai atau yang mengaku cerdik pandai hanya akan menjadi cendekiawan salon.

Kulkas kuno tanpa listrik dan baterai dengan casing kayu jati menjadi salah satu objek keheranan pengunjung, difoto: Sabtu, 9 November 2013, foto: ons untoro
Kulkas kuno tanpa listrik dan baterai dengan casing kayu jati
menjadi salah satu obyek keheranan pengunjung, foto: ons untoro

Ke museum yuk ..!

A. Sartono



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta