Menggali Potensi Benteng Vredeburg Di Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta

Seminar Museum Benteng Vredeburg, Rabu 26 Juni 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Sambutan Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Banyaknya bangunan-bangunan kuno berlabel Benda Cagar Budaya (BCB) di titik nol km, membuat tempat ini menjadi daya tarik yang luar biasa bagi semua wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu, di tempat ini juga banyak ditemukan tempat-tempat wisata lainnya yang tidak kalah menarik, seperti wisata belanja Kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo, Pusat Kuliner, Taman Pintar, Taman Budaya, dan masih banyak lagi. Banyaknya tempat wisata itu tentu saja menjadi harapan bagi Yogyakarta untuk dapat meningkatkan kunjungan kepariwisataan.

Di sisi lain, sudah selayaknya setiap elemen di kawasan titik nol km harus berkreatif menciptakan hal baru untuk mendukung kepariwisataan tersebut. Demikian pula dengan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Selain sebagai tempat museum dan BCB, harus terus mengambil langkah-langkah strategis untuk menciptakan inovasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Maka masukan dari berbagai pihak, termasuk dari ilmuwan yang berkompeten, masyarakat yang peduli budaya terus dilakukan dalam berbagai kegiatan.

Demikian antara lain yang disampaikan oleh Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Dra Zaimul Azzah MHum, dalam sambutan Seminar Sehari bertema “Menggali Potensi Benteng Vredeburg sebagai Salah Satu Ikon Titik Nol Km” yang diselenggarakan oleh museum setempat bertempat di Gedung E. Dalam seminar itu ada sumbang saran dari 4 pembicara, yakni: Prof Dr Laksono, Drs Djoko Dwiyanto, Dr. Ir. Arya Ronald, dan Syarief Teguh Prabowo SSTP.

Seminar Museum Benteng Vredeburg, Rabu 26 Juni 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Para Pembicara Seminar dan Moderator

Prof Dr Laksono, Guru Besar Antropologi FIB UGM, tanpa makalah, menyampaikan antara lain bahwa Kawasan Malioboro dan sekitarnya, termasuk Museum Benteng Vredeburg, Gedung Agung, dan lainnya bukan sebagai peradaban Malioboro, tetapi sebenarnya tempat itu hanya menjadi media untuk membuat Indonesia menjadi real. Ibaratnya seperti orang-orang suku yang meninggalkan kedaerahannya untuk menjadi orang Indonesia.

Menurut Djoko Dwiyanto, pengajar Arkeologi FIB UGM dan juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan DIY, menyampaikan pandangan bahwa sudah selayaknya Museum Benteng Vredeburg melakukan pengembangan internal maupun eksternal, terutama kemitraan dengan elemen lain di kawasan ini. Salah satu pengembangan eksternal yang sudah ditempuh seperti misalnya kerjasama 3 instansi antara Benteng Vredeburg, Taman Budaya, dan Taman Pintar. Bisa dikembangkan pula dengan kawasan Malioboro juga, misalkan kawasan strategis wisata kota dalam bentuk Wisata Sejarah Budaya.

Sementara menurut Dr Ir Arya Ronald, ia memberi gagasan bahwa potensi yang dimiliki Museum Benteng Vredeburg adalah meliputi historis arkeologis, arsitektural, dan potensi ekonomi. Sayangnya semua potensi itu belum mampu meningkatkan daya saing Museum Benteng dengan obyek wisata lain yang berada di satu kawasan titik nol. Sebeb Museum Benteng dihadapkan pada tidak adanya diversifikasi produk. Jika pun ada, maka produk itu juga harus ditentukan oleh faktor promosi dan pemasaran. Museum Benteng, belum kuat di bidang pemasaran.

Seminar Museum Benteng Vredeburg, Rabu 26 Juni 2013, sumber foto: Suwandi/Tembi
Para Peserta dari Kalangan Guru dan Mahasiswa Sejarah

Syarief Teguh Prabowo SSTP, Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Malioboro berpendapat bahwa kawasan titik nol km perlu ditata karena memiliki kelebihan-kelebihan, antara lain: tempat publik berkumpul dengan berbagai kepentingannya, tempat pariwisata, tempat ekspresi seni budaya, pintu gerbang ke Kraton Kasultanan dan Kawasan Malioboro, Kawasan Cagar Budaya, serta Kawasan Bersejarah. Maka kawasan itu perlu kebijakan dari pemerintah.

Ke museum yuk ..!

Suwandi



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta