Tembi

Berita-budaya»UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

09 May 2011 07:50:00

Rumah di Desa Keyongan, Sabdodadi, Bantul, akhirnya siap ditempati. Sebagai orang Bali dan umat Hindu, saya mengawalinya dengan ritual tradisi yang luhur untuk menempati tempat tinggal baru, yakni upacara melapas alit untuk rumah tinggal baru. Maka pada Saniscara-ugu – kalender Bali yang jatuh pada Sabtu 26 Maret 2011 – upacara melapas alit pun dilakukan, tepatnya pada jam 11.00. Hari tersebut, Saniscara-ugu, adalah hari baik untuk upacara ini, upacara yang dilakukan untuk membersihkan tempat tersebut dan memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

Sesajen yang digunakan berjumlah empat pejati. Pejati adalah sesajen yang sering digunakan sebagai sarana untuk menyatakan kesungguhan hati dalam melaksanakan upacara. Pejati pertama dipersembahkan kepada surya/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pejati kedua ditempatkan di plangkiran (tempat sajen dari kayu) di dapur. Pejati ketiga ditempatkan di hadapan Wasi atau Pemangku. Wasi adalah orang yang menghaturkan atau mempersembahkan sajen ke hadapan Ida Hyang Widi Wasa.

Sedangkan pejati ke empat adalah pejati sukle (bersih) untuk pak Wasi Prayasita. Sesuai namanya, pejati ini digunakan untuk pembersihan acumen/sodan (rangkaian kue, buah, palabungkah dan sampian). Acumen pertama ditempatkan di dapur, acumen kedua di sumur, acumen ketiga di pekarangan, sedangkan acumen terakhir ditempatkan di depan pintu masuk. Di depan pintu juga diberi tamiyang yang terbuat dari janur yang melambangkan tameng dan Dewata Nawa Sanga karena menunjuk sembilan arah mata angin. Gunanya untuk menjaga agar rumah jauh dari bahaya dan penghuninya selamat.

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

Sebelum Wasi memulai melapas alit, Juru Banten mempersiapkan semua banten (sajen). Diawali dengan menata banten di ruang tamu, di plangkiran diletakkan daksina dan sodan. Daksina adalah sajen yang terbuat dari janur yang berisi kelapa, telur dan hasil bumi (palabungkah). Sodan adalah sajen yang berupa rangkaian kue. Kedua sajen ini juga diletakkan di depan Wasi dan di dalam dapur. Sedangkan di sumur diletakkan sodan dan kompor. Semua banten diberi dupa. Setelah persiapan banten selesai mulailah Wasi melaksanakan upacara melapas alit.

Pertama, Wasi menghaturkannya ke surya meminta pembersihan dan keselamatan penghuninya. Setelah itu ia menyucikan prasiste (sajen untuk membersihkan tempat ibadah atau orang) untuk dipercikkan ke semua ruangan rumah. Wasi diibantu Juru Banten yang mempersiapkan prasiste yg sudah dimantrakan. Juru Banten berkeliling dari plangkiran ruang tamu, menuju ke plangkiran di dapur, sumur dan kompor, setelah itu ke ruang tidur, sudut pekarangan, dan terakhir di depan rumah.

Selajutnya ada satu sampian (sajen yang terbuat dari janur) di prasiste yang harus dirusak sebelum dilebar (disebar) di depan rumah. Setelah dilebar selanjutnya saya sekeluarga sebagai penghuni rumah melakukan persembahyangan. Pertama dilakukan trisadya (mantram dalam agama Hindu), dilanjutkan panca sembah (lima tahap persembahyangan dalam agama Hindu), setelah itu nunas (meminta) air suci dan bije (beras yang direndam dalam air, simbol rezeki dan keselamatan), dan terakhir perama shanty (doa penutup) untuk kelancaran upacara tersebut dan selamat menempati tempat tinggal baru dengan astungkara.

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL

Sebagai penutup, saya sekeluarga melakukan syukuran kecil dengan Wasi, Juru Banten, tetangga, dan kerabat keluarga. Kami menyantap masakan khas Bali yang sebelumnya telah kami sediakan, yakni lawar, sate lilit, ayam betutu, sayur ares dan sambal khas Bali, sambal mentah. Selesailah upacara melapas alit yang dilakukan seorang umat Hindu yang tinggal di tanah Jawa.

Pak’de Bawa


Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta