Buku Pramoedya Di Toko Buku
Kita pasti tidak lupa, betapa susahnya mencari buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer di toko-toko buku ketika rezim orde baru masih kokoh. Buku apa saja karya Pramoedya tak luput dari pelarangan. Setelah Pram panggilan akrab dari Pramoedya Ananta Toer dibebaskan dari tahanan di Pulau Buru dan berhasil menyelasikan novelnya dan diterbitkan oleh Hasta Mitra. Publik sastra khususnya dan publik umum mencari buku, yang dikenal sebagai teatralogi. Namun, belum sempat buku itu beredar luas sudah terlanjur dilarang.
Tapi sekarang, setelah reformasi bergulir sepanjang 14 tahun, buku-buku Pram dalam bermacam judul mudah sekali ditemukan di toko-toko buku. Di mana ada toko buku, besar maupun kecil, kalau toko buku tersebut memajang buku sastra, utamanya novel, pastilah novel Pramoedya tidak ketinggalan dipajang.
Novel-novel lama, seperti Cerita Dari Blora, Perburuan, Panggil Aku Kartini Saja, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, Jejak Langkah, Arus Balik dan masih banyak yang lain diterbitkan ulang dengan cover berbeda dan kemasannya jauh lebih bagus dari sebelumnya. Novel-novel Pramoedya seperti itu mudah didapatkan di toko-toko buku, bahkan bisa dikatakan ‘mendonimasi’ ruang pajang toko buku. Di deretan novel-novel, dari banyak judul novel yang ada, yang mudah ditemukan novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer yang terdiri dari banyak judul.
Seorang anak muda, yang sedang melihat-lihat novel disatu toko buku di Yogyakarta, membuka novel karya Pramoedya Ananta Toer, yang kebetulan sampul plastiknya sudah lepas. Anak muda itu membaca novel, Pramoedya dengan membuka halaman demi halaman di toko buku. Apa yang dilihat ‘ Tembi’ di toko buku tersebut, setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer dibaca oleh beragam generasi.
Yang menarik, toko-toko buku tidak lagi sembunyi-sembunyi memajang karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Malah sebaliknya, dengan terbuka buku-buku Pramoedya diberi ruang yang luas sehingga banyak buku Pramoedya dipajang disitu. Dengan demikian, orang tidak lagi kesulitan mencari dan memilih buku-buku karya Pramoedya. Tetralogi yang pernah dilarang, sekarang mudah sekali dicari, karena sudah dicetak ulang dengan cover yang berbeda. Dikemas lebih menarik, dan orang tahu, membaca isinya tetap memikat.
Banyak dari buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer mengalami cetak ulang berulang kali. Ini artinya, buku Pramoedya digemari oleh banyak orang. Salah satu contoh, buku yang berjudul ‘Jalan Raya Pos, Jalan Daendales’ cetakan pertama Oktober 2005, saampai April 2012 telah mengalami cetak ulang 9 kali. Hanya dalam jangka waktu 3 bulan dari cetak pertama bulan Oktober 2005, bulan Desember 2005 sudah cetak ulang yang kedua. Pada bulan Maret 2006 cetak ulang yang ke 3, pada bulan Juni 2006 kembali cetak ulang yang ke 4. Berikutnya April 2007 cetak ulang ke 5. April 2008 cetak ulang ke 6, Maret 2009 cetak ulang ke 7, Februari 2010 cetak ulang ke 8 dan April 2012 cetak ulang ke 9. Judul-judul buku yang lain, kiranya juga mengalami cetak ulang dan tidak hanya sekali cetak ulang. Kita kutipkan sedikit dari apa yang ditulis Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul ‘Jalan Raya Pos, Jalan Rasa Daendeles’. Pada alinea terakhir di halaman 25.
“Dengan semakin panjangnya Jalan Raya Pos, Daendeles memperluas tanampaksa kopi di daerah-daerah yang cocok untuk tanaman itu. Tanampaksa ini kemudian dihidupkan kembali semasa Orba. Hanya yang ditanampaksakan adalah tebu”.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- DOLANAN BENGKAT(01/11)
- 26 Januari 2011, Perpustakaan - JUDUL BUKU 76(26/01)
- NASI MERAH DAN WELUT LOMBOK IJO(17/10)
- 8 Desember 2010, Yogjamu - GUNUNG MERAPI DALAM SOSOKNYA YANG MEMPESONA(08/12)
- 5 Oktober 2010, Kabar Anyar - RAMI AKHIRNYA ANGKAT SENJATA(05/10)
- SALAK, SALAH SATU IKON SLEMAN(29/12)
- GADIS JOGJA MASUK FUJINKAI 1944(07/09)
- Bijdragen(08/07)
- Batara Guru(30/03)
- 28 April 2010, Perpustakaan(28/04)