Tembi dalam Program ACICIS
Jumat, 7 September 2012 Tembi Rumah Budaya kembali berpartisipasi dalam program yang diselenggarakan oleh ACICIS yang bekerja sama dengan FIB, UGM Yogyakarta. Apa yang dilakukan Tembi ini sudah merupakan yang ke empat kalinya. Program ACICIS sendiri dilaksanakan setiap satu semester satu kali. ACICIS merupakan akronim dari Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies. ACICIS merupakan lembaga nirlaba yang didirikan tahun 1994 di Australia dengan berbagai kantor perwakilannya di berbagai negara. ACICIS didirikan untuk mengatasi halangan atau hambatan para mahasisa Australia yang ingin belajar selama satu semester di universitas0universitas di Indonesia. ACICIS sendiri berjejaring dengan 20 universitas di Australia, satu dari Belanda, satu dari Inggris, dan Yayasan Selandia Baru-Asia yang mewakili universitas-universitas di Selandia Baru.
Sejak 1994 itu pula ACICIS telah menempatkan 1.300 orang mahasiswa di berbagai universitas di Indonesia. ACICIS juga didirikan untuk menawarkan pengalaman pendidikan internasional kepada mahasiswa melalui program studi di luar negeri yang menantang yang didesain dengan keprihatinan pastoral yang tinggi. ACICIS juga dirancang untuk dapat memproduksi lulusan yang siap bekerja, berpengetahuan lintas budaya dengan kemampuan untuk memahami dunia dari perspektif global.
Jumat 7 September 2012 dengan menempati ruang multimedia di FIB UGM kembali ACICIS menyelenggarakan pameran atau promosi tentang berbagai lembaga (lembaga swadaya masyarakat) atau komunitas yang dapat dipakai sebagai tempat atau media studi bagi para mahasiswa Australia (yang tergabung/berjejaring dengan ACICIS). Dalam kesempatan ini ACICIS mengundang 40 LSM/NGO, akan tetapi mengingat kapasitas, maka yang hadir ada 15 NGO/lembaga. Di antara lembaga-lembaga itu ada Tembi Rumah Budaya, Animal Friend Jogja, Mitra Wacana Woman Resource Centre, Muhammadiyah Sapen Elementary School, Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Youth Interfaith Forum on Sexuality, Bulaksumur Pos, Swagayugama, WALHI Jogja, Stichting Help for Jogja, dan lain-lain.
ACICIS mengarahkan para mahasiswa untuk tidak hanya belajar bahasa Indonesia saja, namun diharapkan mereka juga bisa terlibat langsung dengan apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tempatnya studi. Tembi Rumah Budaya dalam hal ini juga menyediakan dirinya untuk dapat digunakan sebagai salah satu tempat “in country studies” di antara lembaga-lembaga lain.
Tembi berharap bahwa apa yang dilakukannya bersama ACICIS dan UGM bisa semakin menambah luas jejaring-persahabatan antar berbagai bangsa. Dengan demikian akan semakin terbukalah wawasan pengetahuan, terutama dari sisi sosial budaya. Dari sisi-sisi ini maka akan terbentuklah kesalingmengertian dan rasa saling menghormati dalam keberagaman dan perbedaan. Pada intinya luasnya jaringan, pada gilirannya akan turut memperluas segala macam kekayaan, baik dalam pengertian spiritual maupun material.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta(01/09)
- 24 Juni 2010, Kabar Anyar - BENTENG: DULU, KINI, DAN ESOK(24/06)
- Danang Bramasti, Pastor yang ingin Lepas Bebas(16/08)
- Kliping (09/11)
- TOMBAK GUNUNGAN TANGGUH MADURA(05/11)
- Laskar Dagelan Lelucon Jogja Bicara Indonesia(05/04)
- 27 Januari 2010, Yogya-mu - KETEDUHAN DI JALAN PAKUNINGRATAN: BAGAIMANA MEWUJUDKANNYA(27/01)
- Seta(14/09)
- KICIK KAMBING, TONGSENG, SATE DAN TENGKLENG(12/07)
- Memilih Hari dan Tanggal untuk Berpergian(24/11)