MENUTUP DESEMBER 2011: KORUPSI DAN KEKERASAN


MENUTUP DESEMBER 2011: KORUPSI DAN KEKERASANTinggal beberapa hari lagi, kita akan meninggalkan tahun 2011 untuk menuju 2012. Ritus rutin tahunan ini selalu memberi pengharapan pada kita. Siapa saja, selalu mempunyai harapan yang lebih baik dari sebelumnya. Kitapun, tentu, memiliki harapan seperti itu.

Namun kita tahu, sepanjang tahun 2011, dari sejumlah masalah yang menyertai, juga sejumlah keberhasilan, ada dua hal yang terus mengganjal, sebab disepanjang langkah untuk menuju 2012, dua hal itu terus menyertai, dalam sekala besar maupun kecil. Di tingkat pusat dan daerah. Dua hal itu, ialah, korupsi dan kekerasan.

Bahkan, menjelang akhir 2011, peristiwa kekerasan yang menimpa masyarakat, dan sudah lama berlangsung, baru (di)muncul(kan) beberapa hari lalu, ialah pembantaian di Mesuji, Lampung, atau tepatnya di desa Sritanjung, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Lampung. Video pembataian beredar dikalangan masyarakat melalui situs jejaring sosial dan, seperti biasa, menyebar ke segala penjuru. Video kekerasan itu telah di putar di Komisi III DPR.

Kompas Minggu (18/12) lalu, pada halaman dua, dengan judul berita ‘Korban Diberondong’ pada lead beritanya menuliskan seperti bisa dibaca berikut ini:

“Sejumlah warga Desa Srijantung, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji, Lampung, mengaku dibrondong aparat polisi dalam konflik lahan sawit dengan PT Barat Selatan Makmur Investindo”.

Kita hanya bisa tertegun, melihat kekerasan dan korupsi terus terjadi di negeri kita. Sebagai warga, kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi. Negara yang mestinya bertanggung jawab terhadap keselamatan warga, terlalu sering abai, bahkan seperti membiarkan kekerasan demi kekerasan, terus berjalan, dan seolah seperti tidak ada titik hentinya. Kasus Mesuji, hanyalah salah satu kekerasan yang kemudian muncul dan mendapat respon. Orang percaya, ada kekerasan lain serupa terjadi di daerah lain, tetapi tidak, atau belum terungkap. Lebih menyedihkan, aparat yang mestinya melindungi warga, malah dikabarkan ikut andil dalam pembantaian warga Mesuji itu.

Lagi-lagi, kita hanya bisa merasa sedih dan jengkel, melihat kekerasan dan korupsi terjadi disekitar kehidupan kita, tanpa kita bisa mengatasinya. Tertangkapnya Nunun dan dibawa ke KPK serta ditahan, semakin meneguhkan bahwa kasus korupsi di Negara kita, terus bergulir tiada henti. Tertangkapnya Nunun dibulan Desember, seolah memberi isyarat, bahwa kasus-kasus korupsi akan berakhir, atau dengan tertangkapnya Nunun, hal-hal yang menyangkut perilaku korupsi akan segera usai.

MENUTUP DESEMBER 2011: KORUPSI DAN KEKERASANMeski kita tahu, rakyat memiliki rasa pesimis yang tebal terhadap pemberantasan korupsi dan upaya mengatasi kekerasan terhadap warga. Karena melihat kenyataan, bahwa koruptor dibebaskan karena dianggap tidak melakukan kesalahan. Atau juga, koruptor divonis ringan, sehingga tidak berapa lama keluar dari penjara dan masih memiliki kekayaan yang sangat berlebih.

Melihat dua hal itu, kita seperti sudah kehilangan air mata untuk menangis. Tak ada gunanya kita menangisi, karena tidak atau belum ada penyelesaian yang tuntas. Kita bisa bayangkan siapa pelakunya yang menggunakan senjata. Orang bisa tahu, siapa yang memiliki senjata. Pastilah bukan orang kampung, atau orang dusun yang memiliki senjata dan menembak warga, atau menganiaya warga.

Kita tahu, korupsi ditemukan di tingkat legislative dan eksekutif. Dua ranah kekuasaan itu, yang mestinya menyelesaikan dua hal itu. Namun kita tahu. Disejumlah daerah, ada anggota legislative yang masuk penjara karena korupsi dan eksekutif mengalami nasib yang sama, dipenjara lantaran korupsi. Jadi, legislative dan eksekutif, bukan wilayah yang bersih dari korupsi demi kepentingan partai sekaligus kepentingan sendiri.

Pengorbanan Sondang Hutagalung yang membakar diri di Istana Negara tidak dipahami sebagai ‘jeritan rakyat’ terhadap kekuasaan untuk dengan segera, setidaknya menuntaskan dua hal, yaitu korupsi dan kekerasan. Dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan warganya.

Mengakhiri tahun 2011 ini, kita hanya mampu sedih sembari mengelus dada atas tragedy yang menimpa warga kita sebagai korban kekerasan. Lagi-lagi, kita hanya bisa berharap, ditahun berikutnya akan teratasi. Meski kita tahu, suatu hal yang muskil. Namun lebih baik berharap ketimbang frustasi.

Ons Untoro

Foto download dari google




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta