MELALUI PAMERAN TUNGAL, OKA 'MENJAWAB KEGELISAHAN'

MELALUI PAMERAN TUNGAL, OKA 'MENJAWAB KEGELISAHAN'Seniman selalu memiliki kegeliasan, namun bukan kegelisahan personal belaka. Biasanya, kegelisahan yang melingkarinya berkaitan dengan kreativitas. Artinya, seniman yang tidak memiliki kegelisahan, tanda bahwa seniman itu mengalami stagnasi. Seniman yang masih muda, biasanya penuh kegelisahaan, dan biasanya dari kegelisahan itu akan melahirkan banyak karya.

Sebagai perupa, I Gede Oka Astawa, tidak luput dari kegelisahan. Rasanya, setiap hari Oka, demikian dia sering dipanggil. Tidak lepas dari kegelisahan. Justru karena dia gelisah, memacu sikap kreatifnya untuk (terus) menghasilkan karya. Soalnya adalah, bagaimana dia akan menjawab kegelisahan itu.

Dalam kata lain, kegelisahan seniman, sesungguhnya bukan sekedar gMELALUI PAMERAN TUNGAL, OKA 'MENJAWAB KEGELISAHAN'elisah, melainkan berkaitan dengan sikap kreatifnya. Artinya bukan sekedar gelisah lantaran ada masalah dengan hubungan berelasi. Selain beklaitan dengan karya, kegelisahan itu berkaitan dengan eksistensi dan kualitas. Maka, kualitas kegelisahan akan mempengaruhi hasil karyanya.

Agaknya, I Gade Oka Astawa, hendak menjawab kegelisahan yang melingkupinya. Karya-karya yang dia buat, hasil kreativitas dari sikap gelisahnya, dipamerkan dan, barangkali untuk menjawab kegelisahan itu. Jadi, Oka pameran tunggal untuk menjawab kegelisahannya. Maka, tajuk pamerannya ‘Menjawab Kegelisahan’.

Karya-karyanya menarik, tidak terlalu konevsional, bahkan ia mecoba melakukan eksplorasi. Kelihatan sekali, kalau Oka, melalui karya-karyanya sedang berupaya ‘menjawab kegelisahan’. Setidaknya, melalui pameran tunggalnya, Oka meneguhkan eksistensinya dan sekaligus menunjukkan bahwa dia memang memiliki semangat yang bergejolak. Dan gejolak itu terus mengganggunya untuk selalu menghasilkan karya rupa. Sebagai anak muda, Oka memang harus melewati fase seperti itu.

Karena masih relatif muda dan usianya belum genap 25 tahun, Oka tidak jauh dari rasa cinta seMELALUI PAMERAN TUNGAL, OKA 'MENJAWAB KEGELISAHAN'bagaimana umumnya remaja, atau anak-anak muda yang usianya dibawah 25 tahun. Maka, ada karya Oka yang diberi judul dengan menggunakan kata ‘Cinta’, misalnya ‘Cinta untuk Seni’, atau juga “Fenetrasi Cinta”. Entah kenapa, Oka menghadirkan kata ‘Cinta’ pada bebera judul karyanya.

Beberapa teman I Gede Oka Astawa mengometari ‘kegelisahannya’ dan beberapa diantaranya kita kutipkan seperti bisa disimak berikut:

Seorang temannya yang bernama eRna, yang mengaku sebagai penulis dan sutradara, menuliskan komentarnya seperti berikut bisa dibaca:

“Melihat karya-karya Astawa, saya seperti berdialog dengan warna dan bentuk. Dia berbicara dengan sendirinya. Saya pikir Astawa cukup jelas dan berani untuk memberikan nyawa pada setiap karyanya”.

SahabatnMELALUI PAMERAN TUNGAL, OKA 'MENJAWAB KEGELISAHAN'ya yang lain, Seruni Bodjowati namanya, yang tampaknya teman akrab I Gede Oka Astawa, menuliskan komentarnya seperti bisa disimak ini:

“Sobat saya ini, Oka Astawa, punya semangat luar biasa untuk maju. Energinya melimpah ruah. Inilah modal paling berharga seorang seniman, ayo sobat, melesatlah ke langit kehidupan yang paling indah”.

Putu Wirantawan, sahabatnya yang lain, tidak ketinggalan, ikut memberikan komentar pameran Oka. Dengarkan apa yang dia katakan:

“Saya rasa Gede Oka Astawa pelukis muda usia yang penuh semangat, kreatif dan berani. Selamat datang di hutan belantara seni yang buas, menyenangkan sekaligus mengerikan. Selamat bertarung untuk menjadi pelukis sejati”.

Dari sejumlah komentar sahabatnya, rasanya semuanya mencoba ikut “menjawab kegelisahan” Oka. Jadi, bukan hanya Oka sendri yang gelisah mencari jawab, seniman lainnya juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, cara meresponnya berlainan. Hanya dengan berkarya dan pameran, bagi Oka, adalah jawaban kegelisahan paling pas.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta