Melacak Sejarah Kassian Chepas Melalui karya Fotografi
Sebuah Catatan Atas Pameran Tunggal Fotografi Cahyadi Dewanto

Melacak Sejarah Kassian Chepas Melalui karya Fotografi Sebuah Catatan Atas Pameran Tunggal Fotografi Cahyadi Dewanto

Kassian Cephas (1845-1912), sering juga dituliskan dengan Kasijan Chepas, merupakan fotografer pribumi Jawa yang cukup fenomenal. Disa menjadi terkenal karena karya fotografinya menjadi bersifat dokumentatif dan menjadi rujukan banyak orang terutama yang memiliki perhatian besar pada dunia kesejarahan, seni fotografi, dan arkeologi. Karya-karya fotografi Chepas menjadi dokumen penting bagi dunia tersebut.

Tidak urung hal ini juga menggelitik hasrat Cahyadi Dewanto selaku mahasiswa S2 Jurusan Fotografi, ISI Yogyakarta. Cahyadi begitu penasaran akan sosok Chepas ini sehingga ia mau bersusah payah melacak jejak kesejarahan Chepas tidak saja melalui karya fotografinya, namun ia juga mencoba melacak jejak riwayat hidupnya. Apa yang dilakukan Cahyadi ini kemudian dipresentasikannya dalam sebuah pameran fotografi di Bentara Budaya Yogyakarta dan dibuka Sabtu malam, 21 Juli 2012. Pembukaan pameran dilakukan oleh KPH Anglingkusuma setelah sebelumnya diberi pengantar oleh fotografer kawakan sekaligus dosen ISI, Risman Marah.

Melacak Sejarah Kassian Chepas Melalui karya Fotografi Sebuah Catatan Atas Pameran Tunggal Fotografi Cahyadi Dewanto

Cahyadi memamerkan 13 karya fotografi yang merupakan hasil pelacakannya ata jejak sang fotografer, Chepas. Dari pelacakannya bersama kamera kesayangannya itu Cahyadi bisa mengendus jejak sejarah Chepas. Chepas adalah fotografer resmi Keraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII (1855-1877). Tidak mengherankan jika karya-karya fotografinya berkenaan dengan kehidupan Keraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII cukup banyak. Bukan hanya itu, berbagai candi beserta detil panil-panilnya dan peristiwa kala itu juga banyak yang tidak luput dari jepretannya. Bahkan beberapa foto hasil karyanya juga menampilkan sosok dirinya sendiri. Mungkin dalam istilah sekarang, Chepas termasuk fotografer yang narsis juga.

Cahyadi berhasil mendokumentasikan bekas-bekas bangunan atau katakanlah bekas kampung Chepas. Tidak mudah memang. Cahyadi sendiri tidak tahu persis berapa kali ia mesti bertanya kepada sekian banyak orang dari berbagai kalangan dan profesi. Berapa kali ia harus membuka buku. Meskipun demikian, serpih-serpih jejak sejarah Chepas ini mulai bisa dibangun dan dirangkai oleh Cahyadi melalui catatan dan terutama melalui kamera fotonya.

Melacak Sejarah Kassian Chepas Melalui karya Fotografi Sebuah Catatan Atas Pameran Tunggal Fotografi Cahyadi Dewanto

Nisan Chepas yang dulu diisukan dicuri orang pun berhasil diendus Cahyadi. Cahyadi berhasil memotretnya. Ternyata nisan Chepas tidak hilang atau dicuri orang, namun justru diamankan. Cahyadi menyajikan karya fotografi pelacakannya atas Chepas dalam format hitam putih. Mungkin dari sana Cahyadi ingin memberi kesan tentang kesejarahan yang lebih kental sebab format hitam putih memang hampir selalu memberi imajinasi tentang foto kuno atau lama. Hal ini mungkin sesuai juga dengan tema pamerannya: ”Jejak Sang Fotografer: Kassian Chepas”.

Naturalisasi pernah menjadi pilihan Chepas sehingga ia diterima dan dianggap sejajar dengan bangsa Belanda. Lodji Ketjil pernah menjadi saksi sejarah bagaimana ia bergaul dengan orang-orang Eropa saat itu. Karyanya di dunia fotografi yang langka dan mewah saat itu tak urung membuatnya terkenal dan ia pun mendapatkan penghargaan the gold medal of Orange-Nassau dari Ratu Wilhelmina. Keterkenalan Chepas juga dibuktikan dengan dinamainya jalan di sisi timur Lodji Ketjil (Jalan Mayor Suryotomo sekarang) dengan nama Chepas Street.

Melacak Sejarah Kassian Chepas Melalui karya Fotografi Sebuah Catatan Atas Pameran Tunggal Fotografi Cahyadi Dewanto

Pelacakan atas diri Chepas bagi Cahyadi belumlah tuntas. Banyak misteri yang menyelimuti sejarah Chepas. Cahyadi terus merangkai sejarahnya melalui foto-foto yang dibuatnya. Mungkin karya fotografi Cahyadi sendiri kelak akan menjadi sejarah pula. Persis seperti karya Kassian Chepas sendiri.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta