Tembi

Berita-budaya»MACHINE THE LONG TABLE EXPERIMENT

07 Jun 2011 07:47:00

MACHINE : THE LONG TABLE EXPERIMENTSeni rupa, apalagi seni instalasi, sarat dengan experimentasi dan selalu bertanya akan makna dari seni yang disampaikan ke publik. Seperti halnya apa yang dilakukan dalam pameran seni rupa di Sangkring Rabu (1/5) lalu dengan menampilkan tajuk ‘Machine No 6 The Long Table Experiment’. Kolaborasi dua komunitas seniman yang menyebut atau dinamakan ‘Six _A dan Six needles Six’

Pembukaan pameran diawali dengan ‘pertunjukkan’ dari performace perupanya, yang bisa dilihat melalui layar. Mereka, para perupa di ruang pameran melakukan performance. Masing-masing berdiri di atas meja panjang dan perlengkapan yang telah disediakan untuk keperluan experiment ada di meja panjang. Di tempat duduk, di ruang terbuka, hadirin melihat performance dari ‘Six_A dan Six needles Six’ yang diambil melalui kamera dan ‘disiarkan’ serta ‘diputar’ di ruang terbuka, dimana para hadirin datang dalam pembukaan pameran.

Dua karya disatukan secara langsung, yakni performance dua kelompok yang melakukan kolaborasi dan karya seni visual dalam bentuk reportase on the spot. Dari keduanya, publik bisa melihat langsung di depan meja panjang, para perupa saling melakMACHINE : THE LONG TABLE EXPERIMENTukan experimentasi.

Masing-masing perupa melakukan aktivitas bersama dan jenis kegiatan yang berbeda. Di tempat yang sama dan pada waktu yang sama, mereka berkarya bersama, tetapi bukan sedang kerjasama. Tidak saling bertegur atau berinteraksi. Masing-masing perupa asyik dengan aktivitasnya sendiri. Ada perupa yang terus menerus merendam kepalanya di air yang sudah dituang di ember. Ada perupa yang membuat juice dan asyik ‘memblender’ buah. Hasilnya dituang digelas dan diberi ‘hiasan’ gambar dua orang laki-laki dan perempuan. Ada perupa yang asyik membolik-mbalik tulisan dan seterusnya. Pendeknya, kolaborasi yang mereka lakukan dalam bentuk ‘kerja sendiri’ dan dilakukan secara bersama-sama.

PadaMACHINE : THE LONG TABLE EXPERIMENT realitas keseharian, kita bisa melihat dalam kebersamaan masing-masing bekerja sendiri dan untuk dirinya sendiri. Meski ada interaksi dan tegur sapa, tetapi bukan sedang bekerjasama, misalnya di pasar-pasar, kaki lima dst. Tampaknya, performance ‘The Long Table Experiment’ hendak menyampaikan pesan, bahwa individualitas telah merambah kehidupan dibanyak bangsa, bukan hanya negeri-negeri maju, tetapi termasuk Indonesia dan Tasmania, negara di mana ‘Six_A’ tinggal.

Di ruang pameran tidak ditemukan karya seni rupa yang menggunakan media kanvas. Yang dipamerkan adaMACHINE : THE LONG TABLE EXPERIMENTlah jenis karya instalasi kolaborasi dari ‘Six_A dan Six needles Six’. Bahan lokal berupa bambu, yang di Tasmania merupakan barang baru, dan di Yogya sangat mudah dicari, merupakan bahan yang dipakai kolaborasi dan dari bahan lokali nilah ‘aliran’ kolaborasi, ditandai dengan air, yang bisa dilihat.

Dari ‘tatanan’ instalasi, diantara garis bambu yang melintang, terdapat payung warna biru, dan pada, sebut saja, tikungan garis dari bambu, ditandai dengan payung yang diletakkan secara terbalik sehingga payung menghadap keatas, dan pada dataran payung diberi tanah dan rumput. Begitulah, orang bisa melihat payung warna biru ditumbuhi rumput warna hijau.

Seni instalasi dan performance art seringkali ‘mengasingkan’ penikmatnya dari makna yang dimaksudkan. Atau barangkali, maknanya terserah publik, entah makna apapun yang akan ditempelkan. Namun, mustahil, dalam berkreativitas tanpa memiliki makna yang hendak disampaikan.

Pameran ini, yang dibuka pada Rabu (1/6) lalu akan berakhir pada Selasa (7/6). Dan tampaknya, orang akan masih terus penasaran pada performance yang ‘bekerja sendirian’ dalam kebersamaan. Mungkin, itulah seni rupa kontemporer.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta